Selasa, 21 Februari 2012

Seputar Agama Sinto dari Jepang



Aliran Sinto adalah rahasia alam yang diwariskan kepada keturunan dari Hwang Ti dan telah dipelajari dan dikembangkan dalam jangka waktu yang cukup panjang.  Tapi yang patut disayangkan adalah bahwa salah satu kecermelangan kebudayaan Timur ini tidak awet terwariskan ke generasi di jaman sekarang ini.

Sama halnya dengan Taoisme.  Kembali kepada "Sifat Asal" dan mencapai kekekalan merupakan inti ajaran Taoisme yang sesung­guhnya dan betul betul dapat dilatih sampai menjadi kenyataan.  Namun sayang sekali banyak orang tidak mendapat pelajaran yang sesungguh­nya.  Sewaktu guru saya yang tak berwujud, Yang Mulia San San Chiu Hou, mulai mengajari saya rahasia rahasia Taoisme, saya pun tidak mengerti pada mulanya.  Tahu pun tidak pernah bahwa ada hal hal seperti yang diajarkan itu.

Mengenai aliran Sinto Jepang, Yang Mulia San San Chiu Hou suatu kali pernah mengantar saya ke suatu alam roh yang unik yaitu ke sebuah istana langit.  Di pintu masuk ke istana digantung sebuah papan nama:  "Istana air".   Ketika saya masuk kedalamnya, anehnya saya dapatkan bahwa semua orang disana adalah orang Jepang.

"Guru, bagaimana aliran Sinto bisa masuk ke Jepang?"
"Memang harus demikianlah keadaannya. 
Aliran Sinto di Jepang terbagi menjadi 3 bagian: (1) Sinto aliran istana air, (2) Sinto aliran sinar Magenta, dan (3) Sinto
aliran para dewa.  
Para dewa di Jepang dapat dikategorikan menjadi 3 tingkatan: (1) Maha Dewa, (2) Dewa kecil, dan (3) Dewa Bumi. 
Mengenai Sinto aliran istana air, banyak orang Jepang yang sudah lupa karena banyak catatan rahasia yang tidak
terwaris­kan ke jaman sekarang."

"Siapakah yang membawa Sinto aliran istana air ke dunia manusia?"
"Dewa Thian Ci turun ke bumi sewaktu berusia 10 tahun dengan banyak pengetahuan mengenai alam asli di jagad raya ini.  Ia dapat masuk ke alam angkasa utara, ke alam alam bintang di langit, dan ke alam istana laut yang jumlahnya ratusan ribu di bumi.  Setelah berusia 14 tahun, ia dapat bebas terbang ke langit dan bumi, keatas dapat mencapai alam Budha dan Bodhisatwa, kebumi dapat masuk kealam jin dan setan.  Dia hidup di dunia selama 53 tahun sebelum akhirnya kembali ke alam dewa Istana Air."

"Guru, apakah tujuan saya datang kesini hari ini?"
"Untuk mempelajari kitab rahasia dari Sinto aliran istana air sehingga dapat menambah pengalaman."

Yang Mulia San San Chiu Hou menunjukkan beberapa buku itu.  Isi buku buku itu benar benar luar biasa.  Ada cara ramalan yang disebut "Raja Dewa Timur".   Ada mantra "5 unsur organ tubuh."  Ada buku tentang cara menyatu dengan alam dan bagaimana membuat tubuh menjadi kecil seperti bayi.  Ada catatan tentang hu "5 pegunungan dalam mimpi".  Ada rahasia dewa penyatuan langit.  Ada buku yang membuka tabir mimpi.  Ada mantra pengejar roh.  Ada buku tentang cara bagaimana roh keluar.  Ada sutra yang membahas perbedaan didalam pembangkitan roh.  Ada stempel stempel untuk pengundangan para dewa.  Ada buku yang menjelaskan tentang cara menetralisir frekwensi hantu dan jin.  Ada cara meneropong 9 alam angkasa.  Ada cara penghindaran malapetaka yang datang dari 8 penjuru.  Ada cara meneropong alam dewa laut.  Ada gambar puluhan ribu dewa, termasuk para dewa di gunung Thai-San.  Ada gambar nyata pengadilan angkasa.  Ada informasi tentang penguasa langit barat, Yao Ce Cing Mu.  Ada peta alam langit istana Utara dari Giok Tjing Ce Lan.  Dan banyak lain lainnya lagi.

Sewaktu saya melihat buku buku dan gambar gambar itu, saya hanya dapat tahu sekedarnya saja.  Bahkan ada yang saya sama sekali tidak dapat mengerti.  Guru San San Chiu Hou memberi petunjuk kepada saya, "Buku buku itu lihatlah satu kali, terutama sekali tentang 'rahasia gaib tentang langit dan bumi' yang telah lama lenyap.  Mengenai gambar, pelajari sedikit, terutama yang penting adalah rahasia 3 alam dewa."

"Aliran Sinto ini pernah diajarkan oleh Kong Beng dalam wujud hu dan mantra.  Orang orang kebatinan pada masa itu banyak yang mengincar hu hu tersebut.  Juga, dengan membaca mantra yang diwariskan Kong Beng, akan dapat melihat istana langit Ce Lan.  Bila dilatih sampai sempurna, maka dapat terbang ke angkasa.  Bila belum sempurna latihannya, maka istana langit Ce Lan hanya bisa tampil di hadapan mata saja.  Istana langit Ce Lan adalah istana langit yang paling tinggi di kutub utara angkasa ..."

"Guru memberitahu saya semuanya ini, apakah ada manfaat khususnya di kemudian hari?"
"Di kemudian hari, engkau akan berjumpa seorang master Sinto aliran istana air."

Roh saya bersama guru San San Chiu Hou kembali ke bumi dari markas Sinto aliran istana air itu.  Didalam hati saya, timbul suatu perasaan kekaguman yang besar akan kebudayaan Jepang.  Jepang, sebuah negara kepulauan, ternyata telah benar benar dapat menyerap inti sari dari kebudayaan Tiongkok.  Aliran Sinto mereka bersumber dari Tiongkok.  Sayang sekali, aliran Sinto sekarang ini hampir punah.  Orang yang mempelajarinya dengan sungguh sungguh sudah sangat langka.  Orang yang mengatakan bahwa aliran Sinto adalah tahyul belaka -- sungguh merupakan orang yang tidak mengerti dan tidak mempunyai pengetahuan sama sekali.

**sumber: e-book Padmakumara-1, kisah ke-60

Arwah Penasaran di Sebuah Sumur


Di kota Taichung, di daerah Ta-li, saya mempunyai suatu pengalaman dengan sebuah keluarga petani disana.  Kepala keluarga petani itu bernama Lin Chin Sio yang menderita penyakit rematik.  Istrinya, seorang wanita tua berusia kira kira 50 tahun yang sering menderita encok di pundaknya.  Mereka mempunyai dua anak.  Yang satu adalah wanita yang sudah menikah.  Yang satu lagi adalah seorang pria berusia 30 tahun yang sering menderita sakit kepala.

Tuan rumah memberitahukan saya, "Tinggal di rumah ini tidak pernah satu haripun merasa tenang.  Karena itu, saya khusus mengun­dang anda untuk melihat keadaan rumah saya."

Saya berjalan jalan di halaman rumahnya.  Di ruang tengah rumah terdapat altar Kwan Im dan meja abu leluhur.  Di sebelah kanan terdapat ruang tamu dan dapur.  Di sebelah kiri terdapat tempat untuk menaruh alat tani dan lumbung.  Rumah ini tidak menunjukkan hal hal yang aneh.   Dipandang dari ilmu hong-sui, rumah ini cukup baik.  Di depan rumah ada sebuah parit dengan air yang mengalir.  Pemandangan didepan rumah cukup indah dengan sawah sawah padi yang terhampar luas.  Di belakan rumah terdapat sebaris pohon bambu dan tempat untuk memelihara ayam.  Didepan terang; di belakang ada sandaran.  Seharusnya rumah ini penuh dengan ketenangan.  Jadi saya katakan kepada tuan rumah, "Rumah ini cukup baik.  Begini saja.  Nanti malam saya akan datang lagi.  Pada umumnya secara hongsui -- keadaan siang dan malam itu berbeda."

Ketika saya melangkah keluar dari rumah tersebut, petani tua itu berkata kepada anaknya, "Orang muda ini dikenal pandai hongsui, tapi benarkah itu? Ataukah ia hanya menipu?  Mengapa setelah melihat begitu lama, ia malah terus pergi?"   Anaknya menjawab, "Tidaklah.  Dapat mengundangnya sudah beruntung karena ia sebetulnya sangat sibuk."

Pada malam itu, saya kembali ke rumah petani itu.  Didalam perjalanan dengan mobil, saya melewati sebuah rumah pembakaran mayat.  Didepan rumah tersebut, banyak arwah gentayangan yang melambaikan tangan kepada saya.  Sayapun balas menyapa mereka.  Setelah itu saya melewati kuil 7 dewa jendral.  Saya melihat seekor anjing didepan kuil yang menggonggong terus.  Mungkin ke 7 dewa jendral sedang tidak berada di dalam.  Ke 7 dewa jendral tersebut sebenarnya adalah arwah arwah yang telah meninggal dunia yang karena memiliki kekuatan batin dan mau membantu manusia melakukan kebaikan -- maka dapat mencapai tingkat dewa dan dibuatkan sebuah kuil oleh manusia.    

Meneruskan perjalanan di jalan raya, saya memasuki sebuah lorong kecil gelap yang tak terlihat banyak orang.  Disana saya melihat 2 sosok bayangan dipinggir jalan yang berteriak teriak kepada saya, "Sumur"   Saya berhenti dan bertanya, "Sumur? Apa maksudnya?"    Kedua sosok bayangan itu, satu pria dan satu wanita, tidak tampak jelas rupanya.  Badan mereka basah kuyup.  Yang pria berkata, "30 tahun yang lalu, saya dan adik perempuan saya ini mati didalam sumur.  Kami hidup didalam sumur.  Kami tidak berani pergi jauh; hanya mengikuti Dewa Dapur (Cau Kun Kong).   

Kami berdua hidup (dengan memakai/menyedot) dari spirit (enerji) keluarga kami yang menyebabkan keluarga kami menjadi sakit sakitan.  Kami sadar hal itu tidak baik tapi kami terpaksa melakukan hal tersebut.  Pada siang hari (tadi), kami mengetahui anda datang.  Kami harap anda dapat menolong kami.  Itu sebabnya kami menunggu anda disini malam ini."   Setelah itu mereka hilang.   Saya melihat Cau Kun Kong (Dewa Dapur) berjalan didepan saya; tercium bau arak; rupanya beliau suka minum arak.

Sewaktu saya tiba di rumah petani itu, saya bertanya, "Dimana sumur anda?  Tolong bawa saya kesana."  Sesampai di tepi sumur, saya merasakan adanya getaran getaran.   Setelah kembali ke ruang tamu, saya bertanya kepada mereka,

"Apakah anda mempunyai 2 anak yang mati di sumur ? Apakah anda sebenarnya mempunyai 4 anak; dua diantaranya mati disumur; satu pria berusia 32 tahun; dan satu wanita berusia 30 tahun ?  Inilah yang menjadi penyebab kenapa kalian sering tidak enak badan."

Nyonya Lim sambil menangis bercerita kepada saya, "Begini ceritanya.  Anak perempuan kami yang bernama A-li pada usia 2 tahun bermain di tepi sumur dan terjatuh kedalam sumur.  Sedangkan kakaknya yang bernama A-wang, karena ingin menolong adiknya, juga terjatuh kedalam sumur.   Ketika kami berusaha menolong mereka, mereka sudah meninggal.  Begitu malang nasib mereka."
"Itu terjadi 30 tahun yang lalu," Lim Chin Sio meneruskan.
"Jadi bagaimana baiknya?", tanya putra Lim kepada saya.
"Biarlah saya membacakan doa untuk menolong mereka dengan bantuan Ksitigarbha Bodhisatwa. "

Saya membaca doa sebagai berikut, "Semua makhluk, sejak dahulu kala, karena kebodohannya, menganggap kepalsuan sebagai yang nyata.  Demikian juga dengan orang yang sudah meninggal.  Mereka berputar putar di alam samsara karena kebodohannya.  Hari ini, saya, Lian Sen, memohon kepada para dewa supaya mereka berdua mendapat tempat yang sesuai dengan karma mereka."   Selesai membaca doa, saya melihat sinar kedua arwah tersebut menuju ke langit.   

Keluarga Lim berangsur angsur menjadi sembuh dari penyakit­nya.  Sekarang mereka percaya bahwa roh itu benar benar ada.

 **sumber: e-book Padmakumara-1, kisah no.41

Kisah tentang abortus (pengguguran bayi)



Sejak pertama kali aku mulai mengalami kejadian kejadian aneh tapi nyata delapan tahun yang lalu,  sampai sekarang aku berhubungan secara rutin dengan dunia roh.   

Aku selalu terpesona dengan segala sesuatu yang kulihat di dunia roh.  Pandangan hidupku dan nilai nilai yang kupegang berubah sangat besar karena pengalaman pengalamanku dengan dunia roh.   

Aku masih enggan membicarakan tentang semua yang kulihat dan kudengar didalam dunia roh.  Tetapi ada suatu pengalaman yang aku rasa perlu kuceritakan kepada para pembaca.

Aku dapatkan bahwa dibalik baju baju indah yang dipakai oleh wanita terdapat bayangan bayangan darah merah.
Mereka (hal-demikian) terlihat baik pada wanita yang sudah berkeluarga maupun wanita yang masih belum menikah.
Didalam bayangan bayangan itu aku dapat melihat makhluk makhluk yang belum normal maupun belum dewasa.  Sebagian wanita memiliki lebih dari satu bayangan.  Makhluk itu memancarkan sinar putih.  Karena bayangannya berwarna merah darah, sangatlah mudah menghitung berapa jumlah makhluk itu didalamnya.

Pada suatu siang, ketika aku melewati sebuah jalan di kota Tai-chung, aku secara tak disengaja melirik ke puncak dari sebuah gedung rumah sakit bersalin.  Aku melihat sebuah bayangan darah yang besar mengambang; besarnya seperti kolam air saja!  Aku merasa kaget dan takut!  Bagaimana bisa dan mengapa ada bayangan darah yang begitu besar disana?  Bentuknya seperti matahari terbenam, merah tua dan bercahaya.

Yang lebih menakutkan lagi, didalam bayangan itu aku dapat melihat makhluk makhluk yang masih abnormal, seperti sebuah sarang cacing cacing putih saja.  Sangat menyeramkan.  Aku merasakan kulitku merinding dan sebagian rambutku berdiri.  Aku menjadi pusing kepala dan merasa ingin muntah.  Aku dapat mencium bau darah.  Sungguh sangat tidak nyaman rasanya.

Ketika aku berusaha mengatasi perasaan tidak enak ini, seorang wanita yang kukenal berjalan keluar dari dalam rumah sakit itu.  Namanya adalah Tsai.  Ia pernah datang meminta diramal olehku pada dua tahun yang lalu.  Aku melihat bayangan bayangan darah merah didalam tubuhnya.

"Oh! Pak Lu ada disini!"  Ia merasa malu tersipu sipu melihatku.
"Ini yang nomor empat, bukan?" aku bertanya langsung.  Dua tahun yang lalu ketika aku melihatnya aku mengatakan bahwa ia telah mempunyai tiga anak, dan sekarang aku melihat makhluk putih keempat didalam bayangan darah ditubuhnya.

Ia mengangguk.
"Engkau harus merawat tubuhmu."
"Saya tidak lagi mempunyai arti hidup," jawabnya.
"Jangan berkata demikian!  Hidup ini sungguh bernilai dan mempunyai arti.  Engkau harus mencari arah hidup yang sesuai.  Dapatkanlah arah itu."

"Dulu Pak Lu berkata bahwa saya akan mempunyai lima anak.  Jadi saya hanya mempunyai satu kesempatan lagi."
"Karena itu kau harus merawat tubuhmu.  Ini adalah kesem­patan yang terakhir."

"Saya rasa saya kena kanker barangkali.  Saya merasa lelah dan sering pusing.  Wajah saya juga pucat.   Bila tidak memakai kosmetik, saya terlihat seperti mayat.  Saya tidak mempunyai nafsu makan.   Jantung saya berdetak kencang.  Tangan saya berkeringat.  Dan saya juga mudah masuk angin."

"Tidak.  Engkau tidak berpenyakit kanker.  Nona Tsai.  Dengarlah.  Kembalilah kepada orang tuamu.  Itu akan sangat memban­tu."

Keluarga nona Tsai tinggal di Taiwan Utara.  Nona Tsai pergi ke Taiwan daerah tengah untuk melarikan diri dari keluarganya dan untuk berpelesir.  Aku mengulangi saranku lagi, "Pulanglah ke rumah orang tuamu dan sering seringlah menyebut nama Budha."

"Baiklah, saya akan mendengarkan saran Pak Lu."  Ia mengucapkan terima kasih dan kemudian berjalan pergi.
Setiap kali aku melihat bayangan darah di tubuh wanita dan melihat berapa jumlah makhluk didalam bayangan itu, aku dapat mengetahui berapa jumlah aborsi yang telah dilakukan wanita itu.  Jawaban yang kuberikan selalu tepat.

Aku pernah berdiskusi tentang aborsi dengan seorang temanku yang berprofesi sebagai dokter.  Ia berkata, "Tidak banyak yang dapat kami lakukan.  Kami diminta oleh para pasien;  mereka menginginkan aborsi.   Aborsi adalah suatu hal yang umum.  Meskipun secara prinsip -- kami tidak setuju, tidak dapat disangkal bahwa aborsi memecahkan masalah mereka.  Manusia mempunyai begitu banyak persoalan."  Ia berpikir sejenak, kemudian melanjutkan, "Rumah sakit bersalin mengha­silkan banyak uang dengan melakukan operasi aborsi."

Aku merasa sedih memikirkan hidup dari bayi bayi yang di aborsi.  Makhluk makhluk janin itu sungguh tak berdaya.  Setelah diaborsi, roh mereka menempel kepada ibu mereka atau roh mereka hanya mengambang saja.  Roh roh yang diaborsi ini meningkatkan kekuatan (hawa) kebengisan didalam dunia ini.

Seringkali wanita menjadi lemah tubuhnya setelah mengalami aborsi.
Membaca doa dan bermeditasi dapat memperbaiki kondisi hidup.  Wanita yang telah mengalami aborsi tertolong oleh doa mereka dan doa teman teman mereka.  Pikiran yang ramah, lemah lembut dan penuh harapan dari semua orang yang berdoa sangatlah menolong baik untuk para ibu yang beraborsi maupun makhluk makhluk roh janin nya.

Aku sungguh berterima kasih bahwa nona Tsai menuruti saranku dan kembali kepada orang tuanya.  Ia menikah dengan seorang pria yang bekerja sebagai pegawai negeri.  Mereka sekarang mempunyai seorang putra yang manis.

**dikutip dari e-book: Padmakumara-1, kisah ke-27