Rabu, 24 Agustus 2016

Antara Istri dan Wanita Simpanan

Suatu hari, seorang pria berusia sekitar lima puluh tahun datang ke tempat saya untuk berkonsultasi. Sore hari itu cuaca sangat panas, sehingga pria itu terus-menerus mengeluh panas dan meminta segelas minuman dingin.
Dengan santai, saya mengambil dua gelas besar dan satu gelas kecil untuk dituangkan minuman dingin. Satu gelas besar kuletakkan di hadapan pria itu, satu gelas besar dan satu gelas kecil lagi kuletakkan di samping.
Pria itu bertanya, “Saya cukup meminta segelas saja, mengapa memberi lagi segelas yang besar dan segelas yang kecil?”
Saya tersenyum, “Meskipun Anda datang sendirian, sesungguhnya ada seorang dewasa dan seorang anak kecil menyertai diri Anda. Bagaimana munkgin saya hanya memberi Anda minum dan mengabaikan mereka?”
Pria itu tertegun sesaat, lalu wajahnya berubah pucat.
“Siapa mereka?”
Saya menjawab, “Seorang ibu dan putrinya.”
“Dapatkah Anda mengusir mereka?”
“Sekarang tidak bisa, tapi akan saya coba.”
Pria itu berkata, “Hari ini saya kemari memang untuk menanyakan hal ini. Semoga kesulitan ini dapat teratasi.”
*
Pria ini bernama Wang Deng. Ia cukup terkenal di kalangan industri, dan namanya sering muncul di majalah bisnis. Perusahaan yang dikelolanya terkenal di dunia internasional maupun local. Orang semacam dia tentu menarik perhatian banyak wanita. Mereka ingin mendekatinya serta menyerahkan diri padanya.
Wang Deng mempunyai harta yang berlimpah, sukses dalam tahta dan harta.
Penampilan priayinya mengundang rasa kagum banyak pihak. Di sisinya sering terdapat wanita yang sengaja ingin mendekati, termasuk sekretarisnya.
Wang Deng sendiri sudah menikah dan mempunyai anak. Keluarganya cukup harmonis. Ia sendiri sangat memperhatikan keluarga, juga sangat peduli pada pendidikan anak-anaknya. Dirinya amat mengutamakan karir, sehingga boleh dikata semuanya berjalan cukup sempurna.
Ia juga tahu bahwa ikatan pernikahan antara pria dan wanita sudah ditakdirkan. Jika seseorang merusak hubungan garis takdir ini, maka hubungan cinta dan etika antara pasangan suami-istri juga akan rusak. Kalau sudah telanjur rusak dan tidak dapat diperbaiki lagi, manusia tidak lagi beda dengan hewan. Selain itu, betapa pun pandainya seseorang menjaga rahasia—dikira tidak bakal tercium bau busuk, bagai kulit telur yang tak ada garis sambungan—yang namanya skandal, suatu saat bakal terkuak dan cepat tersebar luas. Nama baik segera tercoreng dan akan kehilangan muka pula.
Oleh sebab itu, Wang Deng amat waspada.
Suatu ketika Wang Deng menghadiri pertemuan di daerah yang jauh. Seorang wanita muda secara khusus ditugaskan untuk melayani kebutuhan dirinya. Ia sangat terkejut begitu melihat wanita itu, sebab wajahnya amat mirip dengan kekasih cinta pertamanya.
Wang Deng bercerita tentang mantan pacarnya itu.
Sambil tersipu malu wanita itu berkata, “Seandainya saja saya adalah dirinya.”
Wang Deng memperhatikan name tag wanita itu, ia bernama Yang Xin.
Yang Xin sangat telaten melayani Wang Deng. Dalam beberapa hari saja Wang Deng telah menaruh simpati pada Yang Xin.
Wang Deng memuji Yang Xin, “Pelayanan Anda sangat bagus.”
Yang Xin menawarkan diri, “Asalkan Anda senang, apapun dapat saya lakukan.”
Perkataan inilah yang membuat hati Wang Deng terombang-ambing. Tubuh rampingnya, senyuman manisnya, jiwa mudanya, wangi tubuhnya, kepolosan hatinya, semua ini tak dapat ia temukan pada diri istrinya.
Manusia terlahir dari nafsu birahi, oleh sebab itu bawaan nafsunya masih kuat. Wang Deng bukanlah boneka kayu, ia juga mempunyai nafsu, hanya saja norma etika membatasi dirinya.
Suatu malam…
Dengan alasan menyerahkan dokumen penting, Yang Xin tiba di hotel tempat penginapan Wang Deng.
Kemudian, mereka berdua melakukan hubungan yang tidak pantas.
Begitu Wang Deng terpeleset satu langkah, dirinya terhempas ke dalam jurang kesengsaraan.
*
Kesenangan sesaat menyebabkan penderitaan tiada akhir.
Yang Xin kemudian hamil dan melahirkan seorang putri.
Kertas tak mampu membalut api, dan skandal ini pun segera terkuak.
Demikianlah,
Tiada gadis tahan dinodaNama baik terancam bahayaMenanggung malu di hadapan sanak saudaraPertikaian terikat selamanyaDi pihak istri resmi Wang DengPasangan mana tak mendambakan hidup langgengKasihan kini menyendiri di kamarSepasang unggas terpisah di telaga indahTakkan lagi terbang berduaKini segala harapan sirnaTiada lagi yang dapat dibanggakanTekanan kian melandaAkhirnya berseteru dalam karma
Perempuan zinah membunuh suami.
Suami membunuh perempuan zinah.
Suami membunuh pria zinah.
Pria zinah membunuh suami orang.
Istri membunuh gundik.
Gundik membunuh istri.
Dan lain sebagainya.
Pedang pusaka di balik wanita
Tidak untuk Arya tapi manusia biasa
Meski bukan untuk memenggal kepala
Diam-diam menggiring ke arah binasa
1. Gagal memenuhi nafsu rendah, timbul rasa benci.
2. Berhasil memuaskan nafsu rendah, namun setelah kenikmatan menjadi hambar, timbul rasa benci.
3. Timbul rasa benci setelah kehilangan nafsu rendah yang pernah dimiliki.
Panji yang malang melintang di langit dan bumi
Berkekuatan besar menyelamatkan makhluk hidup
Memancarkan cahaya terang lima ribu berkas
Bernamaskara pada Bodhisattva atas budi perlindungan
Singgasana teratai emas
Bermaitri karuna pada umat manusia
Memancarkan cahaya mulia
Buddhaloka muncul di hadapan
Vairocana Buddha dengan Kebenaran Mutlak
Sakyamuni Buddha dengan Kebijaksanaan
Nagarjuna Bodhisattva dengan Pandanga Tengah
Padmasambhava Bodhisattva dengan Yoga
Maitreya Bodhisattva dengan Kesadaran
Amitabha Buddha dengan Alam Suci


Saya sendiri merasa bahwa dunia ini penuh dengan pertikaian antara wanita. Seperti konflik antara menantu perempuan dengan ibu mertua, konflik antara sesama ipar perempuan, dan konflik antara istri dengan gundik. Sejak dulu hingga sekarang, semua orang dapat merasakan kekejaman dari pertikaian ini.
Pertikaian di istana Wuze Tian (tokoh ratu dalam sejarah Tiongkok), pertikaian di istana Luhou (tokoh wanita istana dalam sejarah Tiongkok), serta pertikaian di istana Cixi (tokoh ratu pada Dinasti Qing di T iongkok), semuanya penuh dengan tipu muslihat. Setiap pihak belum merasa puas kalau saingannya belum mati tersingkirkan. Kasus-kasus demikian sangat menyeramkan.
Pada dasarnya, pertikaian-pertikaian ini bermula dari dua kata: hasrat memiliki, dan kata yang tidak mungkin dimiliki adalah sifat pemaaf.
Kaum wanita cenderung bertekat lebih bulat daripada kaum pria dan bersifat mudah cemburu dalam hasrat memiliki. Setahu saya, bhiksuni pun tak terkecuali. Alkisah, seorang Mahabhiksu mempunyai beberapa siswi bhiksuni di sisinya. Para siswi ini saling berebut perhatian, akhirnya siswi yang kalah bersaing sempat berniat membunuh gurunya sendiri.
Pikiran seamcam ini disebut pelampiasan kemarahan, jika gagal memaksakan kehendak, lebih baik hancur bersama daripada merelakan keberhasilan orang lain. Ibarat “lebih baik hancur sebagai giok dariapda utuh sebagai batu”.
Saya katakan, kekuatan peralihan dari rasa cinta ke rasa benci seorang wanita sangatlah menakutkan.
Tentu saja dalam hal ini kesalahan bukan sepenuhnya ada pada diri wanita, namun sesungguhnya Wang Deng juga bersalah. Yah, kalau seseorang memang sudah telanjur salah, kesalahan itu susah untuk diperbaiki.
Istri Wang Deng tidak dapat menerima kenyataan bahwa adanya wanita lain di sisi suaminya.
Yang Xin berusaha bersikap sabar, namun sabar itu ada batasnya. Akhirnya ia melampiaskannya pada diri Wang Deng.
Kedua wanita menolak untuk menyerah.
Bayangkan, betapa dalam penderitaan Wang Deng.
Seperti yang kita ketahui, ada empat kata yang berbunyi, “wanita adalah sumber petaka”. Akan tetapi, coba renungkanlah, kalau bukan pria yang memulai berbuat salah, tidak mungkin wanita adalah sumber petaka. Mengapa bisa demikian? Penyebabnya satu kata, nafsu. Nafsu birahi pria dan wanita sering menyebabkan bencana yang amat tradis, bahkan dapat menghancurkan sebuah negara. Mengakibatkan kehilangan nyawa sudah cukup parah, yang lebih parah lagi akan menyebabkan runtuhnya sebuah negara. Namun, sangat disayangkan, kebanyakan orang memilih terlibat dalam nafsu rendah ini, bahkan maut mengintai nyawa pun tidak disesali.
Inilah yang dikatakan “Mati di tengah bunga, jadi hantu pun bahagia”.
Pada zaman ini, kebanyakan orang tidak lagi dapat mengendalikan diri dalam hal nafsu seks. Kebanyakan orang secara diam-diam mendatangi tempat hiburan maksiat untuk melakukan perselingkuhan. Yang lebih parah lagi, ada yang sampai mengabaikan norma keluarga, bahkan ada yang melakukan hubungan sejenis. Jumlah petaka yang diakibatkannya sungguh tak dapat dihitung dengan jari.
Banyak pula kematian yang disebabkan oleh bencana nafsu birahi!
Renungkanlah hal berikut ini,
Berdasarkan angka statistic, 80% dari kasus pembunuhan disebabkan oleh motif cinta. Separuh di antaranya dilakukan secara langsung, dan separuhnya lagi dilakukan secara tak langsung. Sungguh sebuah angka perbandingan yang sangat tinggi. Ada juga kematian yang disebabkan kehabisan energy karena sang korban menuruti kehendak nafsu rendah. Itu memang cari mampus. Kelihatannya mati wajar, padahal sesungguhnya bukan demikian. Semua ini disebabkan keserakahan. Oleh karena itu, kebanyakan kasus kematian semacam ini adalah mati konyol.
Saya pernah menulis sebuah syair:
Perihal nafsu rendah di mata orang awam dianggap sebagai karunia, di mata seorang sadhaka dianggap sebagai malapetaka.
Manusia awam menerimanya sebagai berkakh, maka bencana pun segera tiba.
Para Arya dapat mengatasinya, maka kebijaksanaan pun semakin tinggi hingga memperoleh maha sukha.
Renungilah hal berikut:
Pokoknya, penuh dengan mara bahaya, penuh dengan bencana.
*
Hubungan cinta di luar nikah antara Wang Deng dan Yang Xin telah mengakibatkan pertikaian di antara istri dan kekasih gelap. Lama kelamaan kasih sayang Wang Deng terhadap Yang Xin pun menjadi hambar. Hubungan ini menjadi beban yang melelahkan sehingga ia juga merasa lelah, ia mulai hilang kesabaran. Wang Deng merasakan betapa kesalahan langkahnya telah menyebabkan sebuah keluarga yang harmonis menuju sengsara yang berkepanjangan.
Di pihak Yang Xin, rasa dendam semakin hari semakin menjadi-jadi. Hingga suatu hari, ia kehilangan akal sehat. Dengan membawa putrinya yang masih anak balita, mereka terjun bunuh diri di sungai.
Yang Xin sudah mati, demikian pula putrinya. Sebuah tragedi dari hubungan intim di luar nikah!
Setelah kejadian tragis ini, Wang Deng sering terbangun dalam mimpi larutnya. Ia merasa tubuhnya dingin di tengah malam, ia menderita insomnia dan jantung berdebar-debar. Sekonyong-konyong ia melihat Yang Xin dan putrinya bergandengan tangan menatap dirinya dari kegelapan.
Kejadian aneh pun muncul. Wang Deng dapat merasakan Yang Xin selalu berada di sisinya, suara langkah kakinya terdengar di tengah malam, kursi bergeser tempat, pintu menutup sendiri, tembok mengeluarkan suara aneh. Sering pula ada suara berlarian anak kecil…ini masih tak seberapa, kompor gas yang jelas-jelas sudah dimatikan, tiba-tiba menyala sendiri. Yang lebih aneh lagi, Wang Deng yang susah tidur dan nyeri otot, begitu bangun tidur, tubuhnya memar di mana-mana. Sampai wajah dan leher pun demikian, sungguh menyeramkan, seolah-olah babak belur digebuki orang banyak.
Wang Deng memohon petunjuk pada dewa.
Dewa menjawab, “Digebuki setan!”
Ia meminta fu dari Dewa Adipati Lima Wilayah untuk ditempelkan di rumah. Baik di pintu maupun di jendela sudah penuh dengan fu, namun wajahnya tetap babak belur.
Oleh karena itu, ia mengundang tandu Dewa Adipati Lima Wilayah dan seorang medium untuk mengadakan ritual di rumahnya. Tandu dewa diarak berkeliling rumah, si medium membacok tubuh sendiri dengan pedang hiu sampai berlumuran darah, sambil melukis fu dan menjapa mantra. Segala kemampuan sudah digunakan, namun hasilnya tetap nihil.
*
Setelah Wang Deng usai menceritakan kejadiannya, ia memperlihatkan bekas memar di bagian dada dan punggungnya. Seolah-olah ia menjalani pengobatan alternative penyedotan api yang dewasa ini sedang trendy. Biasanya cara pengobatan ini akan meninggalkan bekas memar di tubuh dalam beberapa waktu.
Saya cukup terkejut atas kejadian ini semua.
Saya bertanya, “Sudahkah Anda memeriksakan diri ke dokter?”
“Tentu, tapi dokter tidak mengetahui penyebabnya, bahkan menurut petunjuk dewa saya digebuki setan. Ritual telah dilakukan, tetap saja percuma. Hari ini saya sengaja menemui Anda dengan harapan Anda dapat membantu saya mengatasi kesulitan ini.”
Saya menoleh dan bertanya pada Yang Xin yang tak berwujud, “Bagaimana kalau damai?”
Saya coba memberi nasihat pada Yang Xin, “Dendam jangan dibalas dengan dendam.”
Yang Xin bertanya, “Mengapa istrinya yang keji dan pencemburu itu tidak mendapatkan pembalasan karma?”
Saya tidak dapat menjawabnya.
Yang Xin berkata, “Petala yang saya alami ini sangat tidak adil. Kemarahan saya baru dapat terlampias jika mereka sudah mendapatkan pembalasan karma yang setimpal.”
Saya berkata pada Yang Xin, “Bagaimana kalau saya menghantar Anda dengan ritual upacara?”
“Percuma,” jawab Yang Xin. “Sebab saya memiliki amanat suci.”
Yang Xin mengeluarkan sehelai panji kecil berwarna hitam, rupanya panji milik alam neraka. Tidak heran kalau Dewa Adipati Lima Wilayah pun tak dapat berbuat banyak.
“Bagaimana kalau saya menyeberangkan arwah Anda?”
“Saya tidak sudi diseberangkan,” Yang Xin bersikeras.
“Kalau saya memiliki amanat suci Ksitigarbha Bodhisattva?”
Yang Xin menjawab, “Bagaimana mungkin Anda memilikinya?”
“Saya dapat mengutus Raja Cakravattin (Dewa yang memutuskan tempat lahirnya arwah enam gati) untuk menahan Anda, lalu mengirim Anda beserta putri untuk berpatisandhi di enam alam gati, agar tidak terus-menerus menampakkan wujud dan mengganggu manusia. Kejadian ini Anda sendiri juga berdosa, tragedi ini juga diakibatkan oleh ketidakmampuan Anda untuk menahan nafsu rendah. Wang Deng dan istrinya tidak bertanggungjawab sepenuhnya. Pikirkanlah baik-baik.”
Saya mengeluarkan panji Ksitigarbha Bodhisattva.
Panji ini adalah:
Begitu panji ini dikibarkan, payung suci dan pataka muncul di ketinggian angkasa. Dengan pancaran cahaya gemilang, Ksitigarbha Bodhisattva muncul di bawah payung suci dengan beralaskan teratai suci yang beraneka warna. Tiga pelita emas ditempatkan di hadapan Bodhisattva yang juga dikelilingi oleh perhiasan bercahaya.
Ksitigarbha Bodhisattva dengan sebuah teratai emas di tangan bersabda,
Saya menyadari bahwa, begitu terkena pancaran cahaya teratai emas ini, ikatan karma buruk pada Yang Xin dan putrinya lenyap seketika. Begitu dipancarkan sekali lagi, rasa dendamnya pun lenyap sudah. Begitu pula kemelekatannya, niat balas dendamnya serta amarahnya juga sirna.
Kini Yang Xin telah berhasil mengatasi kemelekatan pada kemewahan duniawi dan telah timbul pula pikiran yang suci murni. Ibu dan putri berjalan menuju singgasana teratai. Ketika itu langit menampakkan fenomena yang menakjubkan. Dan dalam sekejap mereka pun menempuh Buddhaloka.
Saya tahu bahwa ritual penyelamatan manfaat unik sunya dan nyata ini kelak akan digunakan oleh Maitreya Bodhisattva saat kembali terlahir di dunia saha dalam misi penyelamatan. Sadhana ini sebenarnya adalah Kekuatan Berubah Kesadaran Dasar, yakni begitu cahaya pikiran Maitreya Bodhisattva dipancarkan ke pikiran makhluk hidup, segenap karma buruk langsung lenyap seketika. Kemudian pikiran makhluk hidup akan ditransformasi menjadi pikiran Maitreya Bodhisattva. Ini adalah Kekuatan Berubah Kesadaran Dasar, yakni semua makhluk yang terpancar cahaya ini akan berubah dan segera menyeberang ke Buddhaloka.
Setahu saya, para Buddha dan Bodhisattva menyelamatkan makhluk hidup melalui berbagai metode yang berbeda, namun hasilnya adalah sama:
Panji Ksitigarbha Bodhisattva yang saya gunakan mirip dengan Kekuatan Berubah Kesadaran Dasar. Panji ini sesungguhnya berada pada langit di luar langit. Sesungguhnya mencapai kebuddhaan tak perlu menggunakan apa-apa, terlahir di alam suci hanya terpaut satu niat saja.
*
Wang Deng bertanya pada saya, “Bagaimana mengatasi masalah ini?”
Saya menjawab sambil mengibarkan panji kecil di tangan, “Sudah diselesaikan.”
“Dengan cara apa?”
“Pikiran bagaikan pelukis yang mampu melihkis berbagai alam. Begitu lima skanda muncul, segala metode pun timbul.”
“Apa itu metode pikiran?”
“Cahaya spiritual.”
Saya memberitahu Wang Deng, “Di masa mendatang, Maitreya Bodhisattva yang terlahir di dunia untuk menyelamatkan makhluk hidup pada Tiga Pertemuan Puspa Naga, akan menggunakan metode Kekuatan Berubah Kesadaran Dasar. Terjerumus ke tiga alam samsara disebabkan oleh pikiran, dan semua fenomena berasal dari kesadaran, pikiran makhluk hidup menjadi sama dengan pikiran Maitreya Bodhisattva. Oleh karena itu, semua makhluk hidup akan memperoleh penyelamatan pada Tiga Pertemuan Puspa Naga kelak.”
Setelah mendengarkan hal ini, Wang Deng berkata, “Saya juga ingin mempelajari Buddha Dharma.”
Saya berkata, “Baiklah, orang belajar Dharma dapat melampaui kehidupan materialistis. Kebutuhan duniawi hanya dapat memberikan rangsangan sesaat yang sebenarnya adalah gelombang kebodohan dan khayalan yang selamanya mengganggu ketenangan pikiran. Tanpa bahagia yang teduh, bagaimana mungkin kebahagiaan sejati dapat ditemukan?”
“Bagaimana cara mempelajari Dharma?”
“Terlebih dahulu lenyapkan lobha, dosa, dan moha.”
“Manfaatnya?”
“Pikiran penuh dengan cahaya.”
Wang Deng berlutut dan berguru pada saya.
Setelah ia pulang ke rumah, kejadian-kejadian aneh di rumahnya ternyata hilang semua. Ia kembali dapat tidur dengan normal, memar sekujur tubuh pun hilang, demikian juga rasa nyeri di persendian sudah sembuh. Ia terus berseru, “Dharmaraja Lian Sheng sungguh menakjubkan! Sheng-yen Lu sungguh menakjubkan!”
Keluarga Wang Deng kemudian bersarana pada agama Buddha, dan mereka pun tekun mengamalkan kebajikan.

*sumber:http://tbsn.org/indonesia/news.php?cid=23&csid=146&id=1567

Wanita Dalam Kuburan



Suatu malam, roh saya keluar dari tubuh dan menjelahi sepuluh alam Dharma.
Rupanya masih ada langit di luar langit
Memperoleh jalan sejati menjadi dewa abadi
Seribu satu kitab suci pun tiada guna
Lahir dan mati bersumber dari hati

Saya tiba di sebuah kota di alam bardo. Suasana hiruk-pikuk, jalanan dipenuhi dengan pertokoan yang menjual berbagai macam komoditas, warung makanan dan lesehan kaki lima menawarkan aneka masakan, sungguh ramai. Saya berjalan-jalan di jalan utama, sambil menikmati panorama di sekeliling. Yang sempat mengherankan saya adalah keramaian di sini mirip sekali dengan kawasan timur di Kota Taipei.

Sementara saya sedang berjalan-jalan, sesosok wanita muda yang cantik berjalan ke arah saya. Semula ia berjalan dengan kepala tertunduk, lalu mengangkat kepalanya dan melihat saya sambil berseru, “Oh!”

Saya tidak terganggu oleh tingkahanya, lagi pula keberadaan saya di kota ini memang agak aneh. Kota ini termasuk alam halus, makhluk halus tidak bercahaya, kalaupun ada, cahayanya cukup redup. Sedangkan saya berwujud cahaya, cahayanya sangat kuat, bahkan bercahaya pelangi. Kesegaran cahaya saya mengundang tatapan banyak “orang” di situ.
Tentu saya tidak terlalu menaruh perhatian pada wanita muda yang berseru kaget hingga ia tiba-tiba menghentikan langkah kakinya untuk menyapa saya, “Sheng-yen Lu!”
“Oh!” saya terheran-heran di tempat begini ada yang mengenali saya, “Apakah Anda mengenali saya?”
“Tentu saja, saya telah menjadi pembaca setia Anda selama bertahun-tahun. Saya telah mengoleksi dan membaca sebagian besar buku Anda.”
“Siapakah nama Anda?”
“Xie Qi.”
“Sungguh nama yang indah, sesuai penampilannya.”
“Terima kasih,” Xie Qi terlihat bahagia dan lanjut berkata, “Alangkah bagusnya bertemu Anda di sini, saya kira sudah tiba saatnya untuk keluar dari tempat ini menuju ke tempat yang lebih layak.”
“Saya tidak dapat mengeluarkan Anda dari sini,” saya agak tertegun, “tidak mungkin saya membawamu ke alam lain tanpa alasan sama sekali.”
“Anda pasti akan menolong saya bukan?”
“Bantu sih bantu, tapi bukan membawa serta wanita makhluk halus di sisi saya.”
“Tentu saja tidak,” ujar Xie Qi. “Begitu saatnya tiba, mohon maha pemberkatan dari Anda.”
“Bagaimana Anda tahu saya dapat menolong?”
“Makhluk halus mempunyai lima kekuatan supernatural,” Xie Qi menjawab sambil tersenyum lebar bagaikan mawar yang sedang bermekaran.
Kami berjalan menuju kafe terdekat untuk minum. Xie Qi memesan espresso.
Saya menggeleng-gelengkan kepala dan berkata, “Saya tidak minum kopi.”
“Mengapa?”
“Kopi membuat saya sulit tidur.”
“Di sini tersedia yang non kafein.”
“Oh! Rupanya kota di alam bardo juga tidak ketinggalan, juga tersedia kopi non kafein. Kalau begitu, saya memesan cappuccino non kafein.”

Kami mengobrol dengan leluasa. Ketika saya bertanya padanya bagaimana ia meninggal, wajahnya seketika berubah menjadi muran dan berkata, “Memadu istri muda untuk memperoleh keturunan, tak perlu muda belia, wajah buruk di balik bersolek, semuanya hanyalah sebuah mimpi. Pria kaya memiliki banyak simpanan, mengabaikan istri pertama, semena-mena memuaskan nafsu birahi, nyawa pun tak lagi peduli.”
“Anda istri muda seseorang?”
“Ya.”
“Bagus juga! Biasanya suami lebih menyayangi istri muda,” ujarku.
Xie Qi menghela napas, “Di belakang istri muda, masih ada istri muda. Sheng-yen Lu, tahukah Anda? Orang kaya tidak puas memperistri empat atau lima orang.”
“Sungguh demikian!”
“Sikap orang kaya,” Xie Qi menimpali.
“Apa yang terjadi pada Anda?”
“Saya melompat dari gedung.”
“Anda sungguh bunuh diri dengan melompat dari gedung?”
“Ya,” jawab Xie Qi, “Saya melakukannya dalam kemarahan sesaat.”
“Bukankah dalam buku saya menyarankan orang jangan melakukan bunuh diri?”
“Saat itu pikiran menjadi kosong, tidak teringat.”
“Bukankah Anda baik-baik saja di kota ini?”
“Sheng-yen Lu, Anda mengerti atau pura-pura tidak mengerti? Orang yang bunuh diri akan mengalami kematian ulang pada setiap hari pukul 01.45 atau pada hari ke-1 dan ke-15 penanggalan lunar, sangat tragis. Kota ini hanya tampak luarnya saja begini, semua penghuni di sini sangat menderita.”
“Oh!” saya terperangah.
“Anda harus menolongku meninggalkan tempat ini,” Xie Qi memohon.
Saya mengangguk.
*
Suatu hari, seorang pria perlente bernama Chen De datang menemui saya. Setelah memasuki ruangan, ia segera melepas jas melonggarkan ikatan dasi, lalu memperlihatkan bagian lehernya. Saya melihat segumpal tumor sebesar telur ayam tumbuh di lehernya.
Chen De berkata, “Tumor ganas.”
“Perlu dibedah?”
“Menurut dokter, mesti dibedah, tapi tumor ini demikian besarnya sehingga akarnya sudah tertanam di gumpalan syarat, pembedahan menjadi sulit. Kemoterapi akan mengakibatkan kerontokan dan memutuskan pembuluh kapiler serta kehilangan berat badan. Para dokter sedang berunding mencari solusi terbaik.”
“Saya coba bermeditasi membantu Anda melihat tumor ganas ini.”
“Baiklah.”
Saya memejamkan mata dan memusatkan pikiran, memasuki meditasi. Saya menjadi sadar akan banyak hal yang tidak diketahui oleh orang awam, dengan pengetahuan sejati, seseorang mendapat ketenangan di antara pergerakan atau pergerakan di antara ketenangan. Dalam kondisi penuh kesadaran, saya menjadi sadar akan dunia lain.
Dulu, banyak yang berdebat, “Manakah yang lebih dulu ada, ayam atau telur?” tidak ada jawaban yang mudah atas pertanyaan ini. Ayam berasal dari telur, jadi mungkin seharusnya teluar lebih dulu ada. Tetapi telur dierami oleh ayam, jadi mungkin seharusnya ayam lebih dulu ada daripada telur. Tanpa ayam, dari mana telur berasal? Tanpa telur, dari mana ayam berasal?
Pertanyaan ini telah berulang kali diperdebatkan tanpa memperoleh jawaban yang tuntas. Namun orang yang berlatih meditasi menyadari:
1. Di kala alam baru terbentuk, memang tidak ada ayam juga tidak ada telur.
2. Hawa murni dan hawa keruh mulai terpisah, hawa murni bagaikan putih telur dan hawa keruh bagaikan kuning telur. Hawa murni mengangkasa menajdi langit dan hawa keruh membumi menjadi tanah.
3. Langit dan bumi berinteraksi antara yin dan yang, dari Wuji (Ji berarti batas, Wu Ji berarti tiada batas) timbul Taiji (Tai berarti maksimal, Tai Ji berarti batas maksimal).
4. Taiji membelah jadi dua, bagaikan telur menetas jadi ayam.
Bagi praktisi meditasi yang menjawab pertanyaan ini adalah, “Duluan ada telur, setelah itu ayam.”

Kalau memahami teori ini, dengan sendirinya akan membuka tabir rahasia alam.
Saya, Dharmaraja Liansheng Sheng-yen Lu memahami teori ini, oleh karena itu, saya mampu menganalisa dengan mengamati tumor ganas tersebut.
Tumor ganas itu terkupas berlapis-lapis sampai ke intinya. Saya melhat adanya cahaya arwah di dalam, sesosok makhluk halus bercokol di sana. Rasanya saya pernah melihat sosok tersebut. Begitu saya amati lebih teliti, rupanya Xie Qi.
Saya bertanya, “Anda menetap di mana?”
“Tumor ganas,” jawabnya.
“Jika dokter membedah tumor ganas ini, di mana pula Anda akan menetap?”
“Menyebar ke bagian tubuhnya yang lain.”
“Bagaimana jika ia menjalani kemoterapi?”
“Menetap di angkasa.”
Saya berkata, “Xie Qi, Anda jangan berdebat dengan saya, Anda tidak mampu menetap di angkasa, Anda cuma mampu kembali ke kota di alam bardo.”
“Benar, sekarang mohon Anda menyelamatkan saya.”
“Anda terlalu obsesi akan hal ini, sampai-sampai tega memasuki tubuh Chen De dan menyebabkan ia tumbuh tumor ganas. Anda sungguh keterlaluan.”
XIe Qi membalas, “Saya tidak mungkin berbuat tanpa alasan, justru dia yang menyebabkannya, jangan salahkan saya. Ada karma di balik semua ini.”
“Karma apa?”
“Tanya saja pada Chen De.”
Usai meditasi, saya membuka mata dan memberitahu Chen De bahwa sesosok makhluk halus bernama Xie Qi berdiam di dalam tumor ganas lehernya. Di antara mereka berdua terdapat ikatan karma, sehingga ia bercokol di tumor ganas dalam tubuhnya.
Saya bertanya pada Chen De apakah mengetahui hal tersebut?
Chen De terperanjat mendengarkan hal ini, lalu ia mulai bercerita:
Pada Bulan Qingming (bulan di mana keluarga berziarah ke pemakaman) yang lalu, Chen De bersama keluarga berziarah ke pemakaman leluhur. Mereka mencabuti rumput liar yang tumbuh merambat di sekeliling makam. Setelah itu, mereka menyiapkan meja untuk menata sesajian vegetarian yang disukai leluhur sewaktu masih hidup. Lalu mulai membakar dupa dan berdoa, terakhir membakar kertas sembahyang.
Ada perbedaan mencolok antara orang Tionghua dan orang Barat dalam kebiasaan berziarah ke pemakaman. Sesaji yang dipersembahkan orang Tionghua untuk leluhur berupa makanan, sementara orang Barat menggunakan bunga. Dulu, orang Barat suka menertawakan orang Tionghua bahwa orang Tionghua hobi makan, tapi apakah orang yagn sudah dikubur dapat bangun untuk mencicipi makanan? Lalu, orang Tionghua juga membalas bertanya, apakah orang yang sudah dikubur dapat bangun untuk menikmati bunga?
Apakah leluhur Chen De bangun dari kuburannya mencicipi makanan atau tidak, Chen De tentu tidak tahu. Ketika keluarganya sedang mempersiapkan sesajian, ia merasa bosan dan berjalan-jalan di sekitar tanah kuburan. Ia melihat ada sebuah kuburan baru sekitar tiga puluh meter di sebelah kanan, ia pun menghampiri dan mengamati batu nisannya. Di atas batu nisan terukir aksara, “Di sini terbaring putri tercinta Xie Qi”.
Chen De segera tahu bahwa ini seorang wanita muda yang pemakamnnya diurus oleh orang tuanya. Ada sebuah foto tercetak di batu nisan. Setelah mendekat, ia melihat wajah seorang wanita muda ayu yang memiliki sepasang mata yang indah, sungguh mempesona.
Chen De segera terpesona lalu berseru, “Sungguh sayang.”
Tanpa disengaja, Chen De beranjali, “Kelak saya menikah, alangkah bahagianya kalau dapat memperistri seorang wanita secantik yang di dalam kuburan ini.”
Chen De membidik kameranya ke arah foto Xie Qi yang di atas batu nisan. Diam-diam ia mencetak dan menyimpannya di dalam dompet saku. Ia selalu berharap dapat menikahi seorang wanita secantik Xie Qi.
Setelah mendengarkan kisah Chen De, saya terasa sungguh tidak masuk akal, “Apakah Anda sungguh melakukan hal demikian?” tanyaku.
“Sungguh.”
Chen De mengeluarkan selembar foto dari dompet saku. Benar, itu adalah Xie Qi.
“Sungguh tidak dapat dipercaya, Anda telah tergoda oleh kecantikannya sampai-sampai melakukan hal demikian! Tidak heran bila Anda diganggu oleh makhluk halus.”
“Sekarang bagaimana?” Chen De kebingungan.
Saya berkata pada Chen De bahwa saya harus menggunakan dua cara:
Cara pertama, membangun altar, melalui kekuatan menjapa mantra dan membaca sutra menyeberangkan arwah Xie Qi, agar ia terlahir ke alam yang lebih layak.
Cara kedua, saya akan menggunakan Sadhana Sumur Emas, dengan menggores kuas tulis bertinta merah pada tumor ganas sambil menjapa, “Garis pertama menjadi kali, garis kedua menjadi sungai, garis ketiga dan keempat menjadi sumur emas. Ini bukan sembarang kuas tulis, tapi milik cendekiawan Gunung Lu. Mengarah ke atas langit menjadi jernih, mengarah ke bawah bumi menjadi damai, mengarah ke manusia umur panjang, mengarah ke makhluk halus segera tumimbal lahir. Demikian amanat suci ini segera terlaksana.”
Dalam mantra asli berbunyi, “Mengarah ke makhluk halus segera musnah, saya koreksi menjadi “Mengarah ke makhluk halus segera tumimbal lahir.”
Saya menginginkan Chen De berulang kali menemui saya. Sadhana Sumur Emas mempunyai kekuatan besar, begitu kuas tulis bertinta merah menggoresi tumor ganas, ukuran tumornya segera mengecil. Kedua kali menggores, tumornya menjadi semakin kecil. Setelah tujuh kali, tumornya mengecil menjadi seukuran mutiara. Saya melakukan Sadhana Sumur Emas sebanyak sepuluh kali. Tumornya betul-betul lenyap.
Goresan kuas tulis menakutkan makhluk halus
Dalam sekejap menyeberangi tiga alam
Sadhana Sumur Emas muncul di dunia
Menggelegar terbebas dari samsara
Chen De terselamatkan, ia luput dari derita pembedahan.
Kalau saja Chen De tidak menemui saya, kemungkinan besar ia akan menjalani operasi dan kemoterapi. Yang semula sehat akan tersiksa setengah mati, itupun kalau dapat disembuhkan. Kalau tidak, alangkah menyedihkan.
Chen De ingin memberikan saya foto Xie Qi. Saya berkata, “Anda sajalah yang simpan!”
“Tidak bermasalah?” Chen De ragu.
“Sekarang sudah tidak bermasalah, sebagai kenang-kenanganlah, he-he!”
Kasus Chen De tidaklah terlalu unik, cukup umum. Berikut ini ada beberapa kasus yang mirip.
Kasus pertama:
Seorang pria pada saat gadis tetangga yang dikenalnya itu meninggal dunia, ia berseru di hadapan peti mati sewaktu jenasah akan diberangkatkan ke pemakaman, “Sungguh sayang, sungguh sayang.”
Pada malam itu juga, ia menderita demam. Dalam keadaan setengah sadar, ia melihat gadis tersebut.
Sejak itu, setiap pukul empat sore, ia akan merasakan adanya hembusan udara dingin, tubuhnya mengigil dan ia merasakan gadis itu kembali berkunjung.
Fisik pria ini semakin hari semakin melemah, jiwanya labil, sering terbangun pada tengah malam, keringat dingin bercucuran, jantung berdebar-debar. Dokter menganggapnya menderita flu.
Pria ini datang menemui saya. Begitu dilihat, saya langsung tahu ia kena sabetan.
Cukup dengan dua cara menyelesaikan:
Pertama, songsha, yaitu menghantar makhluk halus.
Kedua, melakukan simabandhana pada tempat tinggal, ruang tidur atau diri yang bersangkutan agar makhluk halus tidak lagi datang mengganggu.
Masalah sabetan, saya telah cukup lama menyelidikinya. Sebagian orang mudah kena sabetan, sebagian orang tidak. Pada umumnya, orang yang mempunyai bazi (angka yang mencatatkan tahun, bulan, tanggal, dan waktu kelahiran seseorang) rendah mudah kena sabetan. Bagi yang mempunyai bazi tinggi, berhawa yang berat, tidak mudah kena sabetan.
Menurut pengamatan saya, orang yang lahir pada bulan kedua atau bulan kesebelas penanggalan imlek, mengalami tingkat kemungkinan kena sabetan yang lebih tinggi. Jika seseorang yang terkena sabetan tidak segera diobati, lama kelamaan akan menderita gangguan mental, tutur katanya mulai lantur, dan mudah berhalusinasi. Dalam istilah kedokteran dinamakan schizophrenia. Dari sudut pandang ilmu spiritual, disebut sabetan atau kesurupan.
Kasus kedua:
Seorang ibu sudah bertahun-tahun lengannya terasa ngilu. Ia sudah memeriksakan diri ke banyak dokter dan tabib, obat yang digunakan mulai dari pil, salep, koyo, suntik, akupuntur…, semuanya tidak membawa hasil. Akhirnya ia datang menemui saya.
Dalam pengamatan meditasi, saya melihat sesosok arwah pria menjerat di lengannya, berarti lengan yang ngilu itu termasuk kasus sabetan pula, sungguh di luar dugaan.
Pria yang saya maksud rupanya bekas pacar ibu ini yang mati tenggelam di laut beberapa tahun yang lalu. Ketika itu, ibu ini sangat sedih. Dari perkiraan waktu, rasa ngilu itu mulai timbul bersamaan dengan tenggelamnya si pacar.
Setelah saya bantu menyelesaikan masalahnya, rasa ngilu di lengannya segera hilang. Penyakit kronis yang tak dapat ditangani oleh dokter, ternyata sembuh di tangan saya, sungguh menakjubkan!
Kasus ketiga:
Ada pula seorang wanita yang mudah kena sabetan, begitu ia berpapasan dengan hal pelayatan atau prosesi pemakaman yang tidak sempat ia elak, setiba di rumah, hal yang sial akan menyertai dirinya. Ia segera merasa pusing, mual, hilang nafsu makan, sulit tidur, demam serta berjiwa labil. Memotong sayur pun jarinya mudah teriris, berjalan kaki pun mudah terjatuh, tubuh mudah terluka. Pokoknya, segala kemalangan segera menghampiri dirinya.

Mungkin Anda akan mengatakan wanita ini hanya mengalami gangguan jiwa, semula saya juga mengira demikian. Tetapi setelah ia mendatangi saya, tidak hanya menderita demam, kedua matanya tampak cekung dan berlingkaran hitam seperti panda. Yang lebih gawat lagi, di balik tubuhnya berkerumuman sekelompok arwah. Saat itu, saya baru memastikan bahwa dirinya kena sabetan.

Kasus sabetan wanita ini tidak mudah diatasi, sebab ia akan kembali terkena sabetan lagi setelah selesai ditangani, demikian terus berlangsung. Akhirnya saya mengajarkannya menjapa Mantra Vajra Acalanatha Vidyaraja, membangun altar Acalanatha Vidyaraja di ruamhnya, menekuni Sadhana Acalanatha Vidyaraja dengan membentuk Mudra Acalanatha Vidyaraja.
Ia bersadhana dengan khusyuk.
Sejak itu, setiap berpapasan dengan hal pelayatan atau prosesi pemakaman, ia segera membentuk mudra dan menjapa mantra tiga kali mengundang kehadiran Acalanatha agar memberi perlindungan. Sejak itu, ia tidak lagi mengalami masalah.
Oleh karena itu, bagi orang yang bazinya rendah, orang yang hawa tubuhnya berkisar yin, orang yang mudah kena sabetan, saya sering menyarankan agar menjapa Mantra Vajra, menggelar altar serta bersadhana Vajrapala. Hal ini akan memberi manfaat perlindungan, dan ini adalah Sadhana Tantra Vajrabala yang sangat penting.
*
Sepengetahuan saya, seseorang terkena sabetan, tetap dikarenakan pengaruh pikrian yang berkaitan erat dengan nafsu. Meski pengaruh pikiran tidak tampak, tetapi makhluk halus akan mengetahuinya. Oleh karena itu, dapat mengakibatkan sabetan.
Saya pribadi pernah mengunjungi Neraka Fengdu. Saya menyadari satu hal, setiap orang yang naik ke alam dewa yang berjumlah dua puluh delapan tingkat, mayoritas termasuk orang yang bersih dari nafsu. Sedangkan setiap orang yang turun ke Neraka Fengdu, mayoritas adalah orang yang mempunyai nafsu kuat.
Melihat karma hitam setinggi gunung, karmawarana sedalam laut, meskipun banyak dikarenakan perbuatan dosa antara lain pembunuhan, penculikan, perampokan, pembakaran, pencurian, dan lain sebagainya, namun, dosa yang paling banyak diperbuat bahkan yang paling sering diulangi perbuatannya oleh manusia, adalah dosa perzinahan.
Menurut Hukum Karma, bagi yang memperkosa dan menodai kaum wanita, akan menderita selama 500 kalpa di neraka Fengdu sebelum terlahir kembali sebagai hewan seperti keledai, kuda, atau sapi; 500 kalpa kemudian baru mampu memperoleh wujud manusia, itu pun bukan sebagai manusia terpandang, melainkan wanita tuna susila yang rendah.
Bagi yang menodai janda atau rohaniwan, akan menderita selama 800 kalpa di Neraka Fengdu sebelum terlahir kembali sebagai hewan seperti kambing atau babi untuk dijagal oleh manusia; 800 kalpa kemudian baru mampu memperoleh wujud manusia, itu pun bukan sebagai manusia utuh, melainkan menjadi penyandang cacat seperti tunanetra, tunarungu, dan lain sebagainya.
Bagi yang melakukan incest (hubungan intim antara anggota keluarga sedarah) antara seorang ayah dan putri; antara seorang ibu dan putra; atau antara sesama saudara kandung; antara orang berumur dengan yang usia belia atau sebaliknya; yang berhubungan sejenis baik antara sesama pria maupun wanita; akan menderita selama 1.500 kalpa di Neraka Fengdu sebelum terlahir kembali sebagai hewan seperti ular atau tikus, 1.500 kalpa kemudian baru mampu kembali memperoleh wujud manusia. Ia pun usianya tidak panjang, ada yang mati saat masih dalam kandungan ibu, atau mati saat masih balita, tak dapat menikmati hari tua.
Begitu pula bagi yang memproduksi buku-buku porno yang menyesatkan pikiran orang, dosanya lebih berat. Akan memasuki Neraka Avici yang penderitaannya tak kunjung usai. Hanya jika semua buku porno lenyap dari peredarannya baru dapat dibebaskan.
Saya pernah mengatakan bahwa akibat buruk yang ditimbulkan buku-buku porno sangat parah dan tak terkira. Seorang gadis dari keluarga baik-baik tak sengeja menyentuh buku porno, akan mudah terdoga dan sulit mengendalikan nafsu rendahnya yang bergejolak hingga terjerumus menjadi wanita jalang. Di bawah pengaruh buku porno atau lukisan porno, seorang wanita saleh akan kehilangan nama baik; kaum pelajar baik pria maupun wanita akan kecanduan melakukan masturbasil dan hal ini akan merusak fisik tubuh yang masih belia dan memperpendek usia tumbuh. Buku porno selain merusak kepribadian diri seseorang, yang lebih parah lagi, akan menghancurkan etika dan kehidupan diri orang lain, sungguh mencelakakan. Menurut saya, dosa yang diakibatkan dari buku porno atau lukisan porno tak ada habisnya.
Saya tahu bahwa dalam samudera karma, lima keserakahan akan harta, seks, tahta, makan dan tidur, susah dihentikan, terutama nafsu seksual. Di alam fana ini, banyak terjadi interaksi antara kaum pria dan wanita, dosa yang paling mudah diperbuat adalah perzinahan. Banyak satria sejati luluhlantak di hadapan godaan seksual. Sejak dahulu kala, baik orang yang berbudi luhur, orang yang dungu, orang yang berbakat, begitu berurusan dengan nafsu rendah, semuanya sama, menyerah total hingga nama baik pun ternoda.
Dunia jaman sekarang berbeda dengan jaman dulu. Akhlak manusia jaman sekarang semakin rendah, komoditas seksual bertumbuh subur bak jamur, segala lapisan manusia dari yang muda hingga lansia, banyak yang menggandrungi tempat-tempat maksiat. Demikain pula pembicaraan orang semakin berbau haram. Betapa kasihannya makhluk ini, banyak yang terjerumus menjadi penghuni alam neraka.
Perzinahan mengakibatkan karma buruk yang amat berat, camkanlah!
  1. Anak istri memikul karma.
  2. Nama baik ternoda.
  3. Keturunan menanggung akibat.
  4. Yang kaya menjadi miskin.
  5. Yang terpandang menjadi terhina.
  6. Yang sehat mati muda.
  7. Tersiksa di alam neraka.
  8. Terjerumus di tiga alam samsara.
Sebagai sadhaka, hendaknya menyadari bahwa rupa itu sunya, lewati godaan rupawan yang tak lain hanya seonggok tulang bewajah kulit yang penuh kotoran berbau amis. Hendaknya mawas diri, jangan sampai terjatuh!
Mari kita semua melepaskan diri dari kekhayalan yang menyesatkan dan bersama-sama menapaki Jalan Kebenaran.

*
sumber:http://tbsn.org/indonesia/news.php?cid=23&csid=146&id=1574

Sabtu, 25 Juni 2016

DI KASINO BANYAK HANTU


Pemain mahjong sebagian besar akan mengalami hal-hal aneh, setelah mengalami hal-hal aneh, akan berteriak, "Kartu ini ada hantunya!"

Sebenarnya main mahjong harus 4 orang, kurang satu pemain saja, permainan tidak bisa dilakukan, semua orang mengira 4 orang main mahjong. Sedangkan saya melihatnya ada 8 orang, dimana yang 4 orang adalah hantu, dan lebih banyak lagi hantu yang menyaksikan petarungan di sampingnya.

Ada semacam pengalaman lagi yang sulit sekali saya lupakan.

Pemain mahjong pemula, jelas-jelas tidak bisa main, main asal-asalan. Yang aneh, selalu pemula menang mengalahkan senior.

Mengapa pemula bisa menang?.

Tak lain tak bukan, ada hantu yang membantu, menarik 'pemain pemula' turun ke lautan judi dan kecanduan judi, dengan demikian, mereka semua bisa ikut bermain!

Saya melihat orang awam, semua orang awam memiliki sifat berjudi.

Melihat ke dunia hantu, hantu lebih suka lagi berjudi.

Suatu kali...

Saya melihat-lihat kasino di Asia Tenggara, begitu masuk kasino, sekawanan hantu berteriak, "Raja hantu datang, semua menyingkir."

Tak disangka, sekawanan hantu lari terbirit-birit.

Saya menangkap sesosok hantu dan bertanya, "Mengapa menyebut saya raja hantu?"

Hantu menjawab, "Di punggung ibu jari kanan Anda, tersimpan Raja Hantu Tersenyum, begitu ia menampakkan diri, kami tidak berkutik, Anda akan menang!"

Saya berkata, "Saya bukan datang untuk berjudi."

Saat ini, sekawanan hantu baru kembali ke kandangnya satu per satu.

Saya bertanya, "Mengapa kalian berkumpul di kasino?"

Mereka menjawab, "Kami diminta oleh dukun untuk memenangkan bandar, sebagian besar kasino ada ilmu hantunya, supaya tamu kalah habis-habisan. Kami akan memindah-mindahkan kartu, supaya tamu kalah, bandar menang."

Saya terbahak mendengarnya.

Suatu kali lagi, saya menyaksikan pertunjukan di kasino Las Vegas.

Pada saat-saat terakhir, keempat big mama berjudi sekali.

Di belakangnya saya japa mantra Vajrakilaya, "OM. BIEZHA. JILI JILAYA. SAERWA. BIGANIAN. BAN. HUMPEI."

Ada lagi Dorje Shugden.

Keduanya adalah Raja Hantu Mahabala.

[Kehadirannya] mengagetkan semua hantu hingga lari terbirit-birit.

Chen Chuanfang, Wei Siyan, Jiang Guanrong, Sun Aizhen, keempat-empatnya, setiap kali berjudi pasti menang, bandar ganti 4 orang yang membagikan kartu.

Manajer kasino bergegas datang.

Setiap kali membagikan kartu, berturut-turut terjadi keajaiban, setiap kali selalu mengalahkan bandar.

Seluruh kasino gempar.

Membuat bandar tak berdaya.

(Sebenarnya bukan nasib kartu kami bagus, semua berkat kedua hantu mahabala, hantu judi tidak bergeming, kami tidak pernah kalah sekali pun, membuat bandar tak berdaya, berturut-turut ganti pembagi karu, juga kalah)

Ada leluhur hantu hadir di sini.

Semua hantu cilik mendengar perintah.

Saya mau tak mau harus menang.

Saya berkata: kasino Asia Tenggara, sebagian besar meminta orang pintar untuk memelihara hantu lewat ilmu 5 hantu memindahkan benda, tamu kalah semua.

Bahkan kasino negara barat pun ada orang memelihara hantu.

Jadi, yang tidak memiliki kemampuan, jangan sekali-kali ke kasino, sekali berjudi, akan kalah habis-habisan, kita harus super hati-hati!

Yang paling baik : jangan berjudi.

 


BERBURU BURUNG (Kisah Hukum Karma)


Ada seorang pengarang buku penunjuk wisata (travel guide) yang berkata bahwa di pintu gerbang Utara dari Hong Yueh Hsiang Jiang (sebuah tempat wisata di Tiongkok yang terkenal dengan keindahan pemandangannya) -- ada sebuah menara yang disebut "Menara Kembalinya Angsa".  

Diatas menara itu terdapat sebuah syair yang berbunyi demikian:
"Tiba tiba suara lonceng bel terdengar ditengah tengah mimpi yang dalam;  meskipun mimpi itu begitu menarik, tetap saja orang itu harus terbangun.
Tidak perduli betapa menarik dan nyamannya hidup seseorang, suatu saat ia harus kembali."

  Syair ini mengandung arti rohani yang begitu mendalam.  Aku membaca syair ini berulang kali didalam hati, merasakan betapa pentingnya maknanya bagi kehidupan manusia.  Aku bahkan menghafal syair ini dan menjadikannya sebagai pendorong semangat.  Sungguh benar bahwa hidup ini bagaikan sebuah mimpi yang panjang dengan aneka ilusi yang berwarna warni.   

Aku ingin bertanya kepada para pembaca:  
Kapankah engkau akan sadar?  
Kapankah engkau akan kembali?

Syair ini mengingatkanku akan hukum karma.  
Karma adalah buah dari keinginan keinginan kita.   
Semua keinginan kita itu tercatat di alam semesta sebagai benih benih karma yang pada kondisi yang tepat akan mewujudkan diri.  Ketika buah dari keinginan kita itu telah matang, hukum karma itu selalu adil, tidak pilih kasih.  Mereka yang menanam benih yang baik menerima karma baik; mereka yang menanam benih yang jahat menerima karma buruk.  Inilah hukum karma.

Ada sebuah syair di dalam sutra Samyuktagama:
"Engkau menerima buah yang sejenis,
Sesuai benih buah yang kau tanam;
Bila menanam benih yang baik, maka menerima buah yang baik,
Bila menanam benih yang jahat, maka menerima buah yang buruk,
Engkau akan mencicipi buah yang sejenis,
dari apapun yang kau tanam."

Banyak orang tidak menghiraukan hukum karma. Mereka berkata, "Sekarang adalah jaman modern; Mengapa masih membicara­kan cerita cerita kuno yang menganjurkan perbuatan kebajikan?  Ini hanya akan ditertawakan orang."   

Tetapi sesungguhnya bila direnung­kan, logika dari jaman sekarang yang penuh dengan penemuan penemuan ilmiah ini sesungguhnya adalah berdasarkan hukum sebab akibat, hukum karma.  

Hukum karma bukanlah cerita kanak kanak, bukanlah cerita yang sederhana.  Juga bukan sekedar cerita yang menganjurkan kebajikan. Hukum karma adalah topik yang sangat serius.

Pada suatu ketika ada seorang pria setengah tua datang mengunjungiku. Ia tidak menaruh kepercayaan tentang adanya hukum karma.

"Pak Lu, perkataan anda itu tidak masuk akal."

"Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan untuk membuat anda mengerti," kataku.

"Sudah sangat jelas bahwa banyak orang yang berbuat kejahatan tidak mendapat ganjaran/hukuman karma.  Sebaliknya, banyak kenaasan/kesialan terjadi pada orang yang baik hati.  Hukum karma macam apa itu bila benar berlaku di alam semesta ini?"

"Saya betul betul tidak tahu harus mengatakan apa."

"Ini adalah jaman modern, jaman ilmu pengetahuan teknologi tinggi, bukan jamannya hukum karma!"

"Terserah anda," jawabku.

"Anda tidak ingin berusaha meyakinkanku tentang hukum karma?"

"Saya biasanya berpasrah kepada hukum karma." 
Aku berpikir dalam hati, "Orang ini sungguh keterlaluan."

"Harap jangan berkata kepadaku seperti: Alam semesta tak dapat dibohongi,
Ia mengetahui itikad hatimu, bahkan sebelum itikadmu muncul.
Pada akhirnya akan ada buah karma baik dan karma buruk,
Perbedaannya hanyalah sebagian datang lebih dini dan sebagian lagi datang lebih terlambat."

Ia berkata dengan sinis, "Sudah cukup.  Sudahlah.  Perkataan yang tak berguna."

"Pak, anda datang mencariku hari ini karena anda tidak ingin percaya tentang hukum karma, apakah begitu?" tanyaku dengan sopan.

"Bukan, aku datang untuk bertanya kepadamu mengapa kedua putraku cacat tidak dapat berjalan? Apa salahku? Mengapa alam semesta memperlakukanku sekejam ini?  Aku tidak pernah melakukan kejahatan didalam hidupku! Aku mentaati hukum dan berkarakter tanpa cacat. Mengapa anak anak orang lain sehat sempurna, sedangkan anak anakku cacat?  Aku tidak bisa menerima kenyataan ini.  Hukum karma macam apa ini?"

Mendengar penjelasannya, aku sungguh turut bersimpati.  Aku tidak dapat menyalahkan perasaannya yang gundah kelana sekarang ini.  Anak anak yang cacat juga manusia, tetapi kondisi mereka yang cacat tentunya membuat perasaan orang tua mereka menderita, membuat orang tua mereka bersedih. Aku menenangkan pikiranku dan mengge­rakkan rohku untuk mendapatkan informasi dari dunia roh tentang situasi ini. 

Setelah kira kira 3 menit, muncul sebuah penglihatan didepanku. Penglihatan itu berkedap kedip seringkali.  Selama satu menit penuh aku melihat dengan jelas sejumlah burung burung terbang diangkasa. Langit berwarna biru sedangkan burung burung itu berwarna putih. 

"Pak, harap jangan marah.  Menurut pengertian saya, anak anak anda adalah reinkarnasi dari burung burung."

"Kurang ajar! Bagaimana burung burung bisa bereinkarnasi sebagai manusia? Mana mungkin?"

"Ada 6 alam kehidupan yang masih bertumimbal lahir (berein­karnasi). Alam binatang adalah salah satu dari 6 alam kehidupan ini."

"Saya tidak percaya."

"Pak, bila anda tidak bisa percaya, tidak ada yang saya dapat lakukan.  Tetapi saya ingin anda berpikir sejenak: Dalam kehidupan anda ini apakah anda mempunyai semacam hubungan karma dengan burung burung?  Apakah anda memelihara burung burung?"

"Tidak!" katanya dengan marah, "Aku tidak mempunyai kebiasaan kebiasaan jelek dalam hidupku ini. Aku tidak minum arak, tidak main perempuan, tidak gila uang, tidak sombong. Hidupku normal saja. Aku selalu membantu orang lain. Jahanam! Aku hanya mempunyai satu hobby ..." Ia tiba tiba menghentikan pembicaraannya.

"Hobby apa?"

"Berburu. Berburu burung! Berburu burung!  Jahanam!"

 Ia pergi dengan perasaan sangat marah.

 Sejenak aku termenung, meskipun tidak dapat kukatakan bahwa aku terpengaruh oleh pengalaman ini. Bila aku mempunyai sesuatu komentar, hanyalah bahwa ini adalah suatu kasus dari banyak kasus tentang karma. Tetapi aku sungguh sudah terbiasa dengan kasus hukum karma.

Aku merenungkan hukum yang berlaku di alam semesta ini. Pada siang hari, sinar matahari yang terang membuat dunia terang bercahaya. Pada malam hari, kegelapan di bumi menimbulkan perasaan misterius. Enam alam kehidupan yang masih bertumimbal lahir terus berputar tak hentinya seperti lingkaran saja. Hidup ini berjalan terus menit demi menit, detik demi detik. Aku dapat membayangkan masa kecilku berlari lari dipadang rumput. Aku merindukan kebahagiaan, merindukan kebajikan, merindukan hidup yang tenang.  Tetapi tetap saja ada penderitaan dalam hidupku.  Ini juga karmaku.




sumber tulisan: e-book Padmakumara - 01, kisah ke 43.