Minggu, 17 Maret 2019

PENUTURAN ORANG YANG GANTUNG DIRI


Suatu kali, saya naik mobil siswa saya untuk meninjau fengshui, tiba-tiba di luar bertiup seembus angin kencang, saya secepatnya menurunkan jendela mobil,

Angin memang sangat kencang, seketika, semua daun yang berguguran di tanah dan debu tanah bergulung-gulung, ranting pohon di luar bergoyang hebat, langit seolah-olah menjadi gelap, bumi juga berubah menjadi kelabu, awan di tengah angkasa juga melayang cepat.

Untungnya mobil masih mantap, selama perjalanan, saya tidak merasa mabuk, saya sempat mengantuk, tiba-tiba bertemu seorang yang lidahnya terjulur panjang, berdiri di hadapan saya dan berkata pada saya, “Liansheng, cepat tolong saya! Cepat tolong saya!”

Orang yang lidahnya terjulur panjang, begitu selesai bicara, langsung hilang.

Saya tiba-tiba terbangun.

Merasa, “Aneh!”

Setelah terbangun, saya berpikir sejenak, orang yang lidahnya terjulur panjang ini, tidak pernah saya temui sebelumnya, saya melihat orang ini seperti pemuda yang berumur sekitar 20 tahun, wajahnya penuh hawa kebencian, hanya sekelebat saja lalu hilang.

Saya tahu, pasti ada masalah, sehingga saya berikan perhatian khusus!

*

Saya meninjau tempat fengshui, pemilik bermarga Yin, ia meminta saya meninjau fengshui rumah tinggalnya, saya melihat beberapa kamar tidur, khusus menunjuk salah satu kamar tidur dan berkata, “Kamar ini selalu diliputi hawa kebencian!”

“Hawa kebencian apa?”

Saya menjawab, “Hawa kebencian ini aneh, bukan hawa kebencian manusia, juga bukan hawa kebencian arwah, jangan-jangan orang ini berada di antara hidup dan mati.”

Kepala keluarga bermarga Yin terkejut sekali mendengar penuturan saya, “Bapak memang hebat!”

Seketika, kepala keluarga bermarga Yin baru cerita pada saya:

Kamar ini ditempati oleh putranya, Yin Guo, Yin Guo sangat penurut, prestasinya di sekolah sangat baik, kepribadiannya lembut dan agak introvert.

Yin Guo sempat menjalin kasih dengan seorang wanita imut dan cantik.

Keduanya sempat saling mencintai dan saling mengucapkan janji untuk menikah dan sehidup semati.

Belakangan, kekasihnya pindah ke lain hati.

Sehingga timbul kebencian dalam hati Yin Guo.

Yin Guo bukan membenci teman wanitanya, tetapi sahabat yang paling dekatnya, tak disangka mengkhianati dan merebut kekasihnya.

Yin Guo mogok makan.

Terakhir, Yin Guo memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan menggunakan ban pinggangnya diikat ke tiang, lalu gantung diri di kamarnya sendiri.

“Sudah meninggal?”

“Seperti yang Bapak katakan, dikatakan meninggal, ia belum meninggal, dikatakan hidup, ia juga tidak hidup, seketika ditolong, nyawanya memang berhasil diselamatkan, tetapi menjadi koma dan memasuki kondisi tidak hidup dan tidak mati!

“Sudah berapa lama?”

“Setengah tahun.”

Kepala keluarga Yin berlutut di hadapan saya, sambil meneteskan air mata, ia mengatakan bahwa:

Ia hanya memiliki seorang putra, selebihnya adalah putri, kini putranya dalam kondisi koma, segala harapan pun menjadi sia-sia.

Ia mendengar orang lain mengatakan, Bapak Sheng-yen Lu sangat luar biasa dalam ramal-meramal, fengshui juga nomor satu, segala penyakit yang sulit disembuhkan pun, dapat disembuhkan, banyak mukjizat, tak terhitung lagi, telah menyembuhkan penyakit banyak orang. Ia bertanya pada dokter, dokter memberitahunya, tunggulah mukjizat! Dokter ini juga berkata padanya, carilah seorang yang bernama Sheng-yen Lu untuk mengatasi masalah ini!

Saya membisu begitu mendengarnya.

Saya berpikir, sebelum saya datang, saya sempat mengantuk sebentar di dalam mobil, yang saya lihat justru adalah Yin Guo, ternyata ia bukan arwah, melainkan koma, rohnya keluar dari tubuhnya untuk datang meminta pertolongan saya, saya bisa merasakan ketulusannya.

Saya melihat kepala keluarga Yin juga orang jujur, seorang veteran, seumur hidup setia pada negara, melihat ia berderai air mata, saya tidak tega.

Namun, Yin Guo adalah pasien koma, apakah koma itu mudah disembuhkan? Mudah siuman? Bagaimana seluk-beluk masalah di dalamnya?

Akhirnya, saya berkata, “Saya akan berusaha semampu saya! Ia pasti akan sembuh!”

Hanya karena Yin Guo pribadi menampakkan diri pada saya, ia datang langsung memohon pada saya!

*

Sepulangnya, saya dengan tulus membangun sebuah altar:
Altar setinggi 3 kaki, lebar 24. Altar dibagi menjadi 3 tingkat, tengah bendera kuning, Mao Ji unsur tanah. Timur bendera hijau, timur Jia Yi unsur kayu. Barat bendera putih, barat Geng Xin unsur emas. Selatan bendera merah, selatan Bing Ding unsur api. Utara bendera hitam, utara Ren Gui unsur air.

Tingkat kedua menggunakan warna merah, menekan seluruh hari 365 derajat.

Tingkat ketiga menggunakan warna kuning, menekan 72 Disha.

Altar saya ini baru digunakan jika resmi menggelar ritual.

Saya menggunakan metode pengundangan Aliran Qingcheng, Xuanmen, Taoisme, saya membentuk mudra pedang, kaki menginjak formasi, menjapa mantra:
咒印若風雷,
Zhòu yìn ruò fēngléi,
天下須臾至;
Tiānxià xūyú zhì;
神仙聞申召,
Shénxiān wén shēn zhào,
急急如律令。
Jí ji rú lǜlìng.

Hanya perlu sesaat saja, dari tengah angkasa turun sesosok dewa, kepala bermahkota emas ekor ikan, tubuh berjubah bangau, dalaman jubah Dewa Bagua, rumbai-rumbai membuat dua simpul alam semesta, bertulang dewa dan bebas leluasa, tangan memegang kendi obat dan kotak obat.

Dewa ini adalah Dewa Huatuo, keahliannya menyembuhkan berbagai jenis penyakit, begitu obat mengenai sasaran, penyakit pun sembuh, merupakan raja dewa pengobatan.

Mungkin ada yang akan curiga, bagaimana Liansheng Sheng-yen Lu dapat mengundang Dewa Huatuo, tidak tahukah Anda, saya belajar Buddha dan Tao sudah puluhan tahun, dasar saya sangat kuat.

Saya memberikan penghormatan pada Huatuo.

Huatuo berkata, “Guru mengundang dengan Xian Tian Wu Ji Zheng Fa, apa yang bisa saya bantu?”

Saya melaporkan semua masalah Yin Guo.

Begitu Dewa Huatuo mendengar, merasa hanya masalah kecil, begitu lengan jubahnya dibentangkan, lalu perlahan-lahan menghilang.

Dalam hati saya berpikir, penyakit Yin Guo ini, bertemu saya, ditambah Dewa Huatuo turun tangan langsung, begitu Dewa Huatuo turun tangan, begitu obat mengenai sasaran, penyakit pun sembuh, sekalipun penyakit menahun dan mematikan, juga bisa sembuh.

Saya menunggu kabar gembira dari Dewa Huatuo. Tak lama kemudian, Dewa Huatuo kembali, tampak wajahnya memucat.

“Guru, maaf saya tidak mampu menunaikan tugas saya.”

“Apakah manusia koma tidak bisa disembuhkan?” tanyaku.

“Bukan.”

“Kalau begitu, mengapa?” saya tegang.

“Masalah ini berhubungan dengan dunia akhirat, karena rohnya tidak berada di kepala, saya tidak mampu menyembuhkan, mintalah para dewa akhirat untuk memeriksanya.”

Dewa Huatuo pun pergi.

Kali ini saya tertegun, tak disangka, saya telah berusaha keras mengundang Dewa Obat, malah tidak dapat menyembuhkan manusia dalam kondisi koma, ini di luar dugaan saya, memangnya Yin Guo telah masuk dalam kitab hantu.

Sehingga saya mengundang Raja Yama.

Datanglah segulung kabut dingin, begitu buyar, muncul sesosok Raja Yama, Raja Yama ini belum pernah saya temui seumur hidup saya.

Kepala Raja Yama ini seperti kepala unta, lehernya seperti angsa, wajahnya sangat beringas, kumisnya seperti udang, telinganya seperti telinga sapi, tangannya seperti kait baja, tubuhnya seperti naga, kakinya seperti macan, di mulutnya taring mencuat di atas dan di bawah.

Saya terkejut sekali melihatnya, “Anda Raja Setan dari mana?

Raja Setan menjawab, “Raja Setan Pencatat Kitab. Ada petunjuk apa sehingga Guru mengundang saya?”

“Mohon periksa arwah Yin Guo ada di mana?”

Raja Setan langsung membuka kitab, dalam seketika, jawaban ditemukan, arwah Yin Guo belum masuk kitab, dengan kata lain, di dalam kitab hantu, belum ada namanya.

Saya mengantarkan kepergian Raja Setan.

Selanjutnya, saya benar-benar kehabisan akal, saya mengundang Dewa Huatuo menyembuhkan penyakit koma Yin Guo, ini sudah sangat luar biasa. Saya mengundang lagi Raja Setan Pencatat Kitab untuk memeriksa kitab hantu Yin Guo, ini juga mesti memiliki daya gaib yang luar biasa baru dapat melaksanakannya. Kini keduanya sia-sia saja, saya kehabisan akal.

Tadinya saya mengira masalah Yin Guo adalah masalah kecil, asalkan saya turun tangan, maka akan teratasi dengan mudah, saya sudah sering menemukan penyakit yang sulit disembuhkan di bumi ini, tidak ada yang mampu mempersulit saya, tak disangka masalah Yin Guo justru mempersulit saya.

Saya ingin menyerah.

Namun, saya telah berjanji pada kepala keluarga Yin, “Ia pasti akan sembuh!”

Saya dilema.

*

Malamnya, saya menguatirkan Yin Guo, roh saya masuk ke Dharmadhatu, masuk ke Dharmadhatu adalah suatu hal yang sangat menakjubkan, jika diceritakan, akan sulit dipercaya, sama sekali tidak perlu naik kendaraan ataupun kapal, tetapi, bisa menjelajahi lima danau dan empat samudera sesuai keinginan kita, seluruh jagad raya (Trisahasramahasahasralokadhatu) pun bisa dicapai dalam satu pikiran.

Lagipula, begitu roh saya masuk ke Dharmadhatu, tidak hanya menghancurkan ruang, bahkan bagi yang berakar kuat, waktu pun dihancurkan, pepatah kuno mengatakan, batu lapuk dan pinus layu dalam satu musim gugur, ini hanya pembinaan diri biasa saja, pembinaan diri yang lebih dalam, memasuki kehidupan lampau, memasuki kehidupan yang akan datang, memperoleh kemampuan mengetahui takdir tiga kehidupan.

Roh saya memasuki Dharmadhatu, seketika:
Jiwa dan raga bebas leluasa.
Di luar ruang dan waktu, tidaklah muskil.
Segala masalah dibuang jauh-jauh.

Saya melatih ‘Api Tummo’, dengan sendirinya memiliki ‘api dalam tubuh’, saya melatih ‘Prana’, dengan sendirinya memiliki ‘angin dalam tubuh’, inilah:
Bunyi angin dan api muncul di angkasa,
Bebas menjelajah seluruh Dharmadhatu;
Saya dapat mencapai seluruh alam semesta dalam sekejap,
Sadhana Tantra Satya Buddha memang luar biasa.

Karena raga dan hati saya menguatirkan masalah Yin Guo, dengan sendirinya melihat tubuh Yin Guo berbaring di dalam rumah sakit, memang sesosok mayat hidup (kondisi koma), dilihat lagi, di dalam tubuhnya hanya ada satu roh dan satu arwah, dua roh dan enam arwahnya tidak terlihat.

Saya tiba lagi di satu tempat, melihat sebuah pintu, di atasnya tertulis ‘Taman Roh Cacat’, masuk ke dalamnya, menemukan kondisinya sangat berantakan, bau di dalamnya sangat menyengat.

Di dalam ‘Taman Roh Cacat’, terdapat banyak roh yang cacat, ada yang putus kepala, putus tangan, putus kaki, semua tidak lengkap, jantung saya berdegup kencang begitu melihatnya.

Tepat pada saat saya ingin keluar, melihat sesosok hantu gantung diri menghampiri, hantu ini bukan orang lain, melainkan Yin Guo sendiri.

Yin Guo begitu bertemu saya, ia berseru keras, “Liansheng, cepat tolong saya! Cepat tolong saya!”

Saya bertanya, “Mengapa Anda di sini? Apakah Taman Roh Cacat itu?”

Yin Guo memberitahu saya, karena membenci sahabat saya yang merebut kekasih saya, hati saya kecewa, lalu mengambil ban pinggang dan ingin bunuh diri dengan gantung diri.

Samar-samar, di dalam lingkaran ban pinggang ada bayangan semu, yaitu adegan sahabat saya sedang bercumbu dengan kekasih saya, hati saya terbakar api kemarahan.

Samar-samar, di telinga mendengar kata-kata, “Wahai orang yang mencari mati, di dalam kematian akan ditemukan ketenangan dan kebahagiaan, Anda masuk saja! Begitu mati, segala masalah akan selesai, kematian akan membawa kenikmatan tersendiri.”

Lewat motivasi dari kata-kata ini, ia pun masuk.

Selanjutnya dunia bayangan ilusi, samar-samar, ia merasa dirinya tidak benar-benar meninggal dunia, seluruh tubuh panas seperti mendidih, tiba-tiba dingin seperti membeku, seluruh sendi tubuh tercerai-berai satu demi satu, kulit sakit sekali seperti mau membusuk, terakhir roh dan arwahnya tercerai berai.

Separuh di alam manusia.

Separuh di ‘Taman Roh Cacat’.

“Apakah Taman Roh Cacat itu?” saya bertanya lagi.

Yin Guo berkata:

Alam saka adalah dunia kehidupan, alam baka adalah dunia kematian, yang berada di antara alam saka dan alam baka, arwah dan roh yang tidak mati dan tidak hidup akan jatuh ke dalam dunia Taman Roh Cacat, yang ditampung di dalam Taman Roh Cacat ini adalah para roh dan arwah gentayangan yang cacat dan tidak lengkap anggota badannya dalam kematian yang menggenaskan.

Di sini bukan alam saka, karena tidak memiliki tubuh.

Juga bukan alam baka maupun 3 alam rendah, sebab juga tidak tercatat di dalam kitab hantu. Manusia yang menetap di tempat ini, tubuh fisik mereka masih berada di dalam saka, hanya saja tidak hidup dan tidak mati!

Kebanyakan dari mereka adalah orang yang dalam kondisi koma dan orang-orang sakit jiwa.

Yin Guo memberitahu saya, tempat ini karena dihuni oleh roh cacat, tentu saja pemandangan di sini sangat mengenaskan, seperti neraka.

Saya bertanya, “Apa saja deritanya?”

“Walaupun tidak ada hukuman seperti neraka, tetapi harus diperbudak, misalnya membersihkan kotoran di bumi, memberi makan pada hewan anjing dan kucing di bumi, mengangkut jenasah yang baru meninggal dunia, menarik roh dan arwah yang mati menggenaskan. Setiap hari melihat orang yang tidak memiliki telinga, tidak memiliki mata, tidak memiliki hidung, tidak memiliki tangan, tidak memiliki kaki, hidup sangat sengsara, lebih baik menderita selama hidup daripada kenikmatan dari kematian.”

“Apakah Anda menyesal?”

“Saya hanya ingin keluar dari Taman Roh Cacat!”

“Bagaimana saya menolong Anda? Jika Anda sakit, saya bisa mengatasinya dengan Fu, jika Anda adalah hantu di alam baka, saya boleh mengatasinya dengan ritual penyeberangan, kini, Anda adalah roh cacat, bagaimana mengatasinya?”

Yin Guo menjawab, “Roh cacat ditambah roh cacat sama dengan ritual menjahit!”

“Menggunakan jarum!”

“Benar.”

Saya terbahak-bahak! Tangan kanan saya membentuk mudra, jari telunjuk diluruskan, membentuk ‘Mudra Jarum’, memberikan hawa, berubah menjadi ‘Jarum Sakti’, saya tarik dua roh dan enam arwah Yin Guo ke hadapan tubuh fisik Yin Guo yang koma, di dalam tubuh fisik adalah satu roh dan satu arwah, ini ibarat sepotong kain yang dibelah menjadi dua bagian, kedua bagian ini dapat dijahit dengan benang.

Ada jarum, tidak ada benang juga tidak bisa.

Dari mana benangnya?

Roh saya tiba-tiba keluar dari badan, saya mana mungkin bawa benang, saya ingin meminjam ‘Tali Vajra’ dari Acalanatha, atau meminjam ‘Tali Buddha’ dari Tathagata Krakucchanda, atau meminjam ‘Benang giok kebutan’ dari Mahadewi Yaochi, meminjam ‘Benang 5 Warna’ pada Dewi Mahashri sudah tidak sempat lagi.

Ketika menemui jalan buntu, di dalam otak saya justru teringat Mahamaitri dari Gunung Putuo, Laut Selatan, Bodhisattva Avalokitesvara, di tangan Bodhisattva bukankah memegang botol lazuardi yang bersih, di atas botol tertancap ranting willow yang halus.

Kali ini sudah ada, di luar rumah sakit ada kolam, di tepi kolam ada ranting willow, mengibasi air secara perlahan, membentuk riak air, saya langsung mengambil ranting willow yang halus, saya buat jadi benang halus dengan tangan, jarum dan benang sudah lengkap.

Saya mulai operasi menjahit, saya menjadi dokter bedah.

Satu jahitan demi satu jahitan.

Total dijahit lebih dari 10 jahitan.

Tiga roh dan tujuh arwahnya telah selesai dijahit.

Saya membuka lubang ubun-ubun kepala Yin Guo, tiga roh dan tujuh arwah berbunyi sangat keras laksana ledakan, dengan sendirinya masuk ke dalam ubun-ubun.

Kali ini, beres semua.

Yin Guo janji 3 hari kemudian akan siuman dengan sendirinya, keempat anggota badannya berangsur-angsur dapat bergerak, pulih total. Seketika menjadi berita heboh, pasien koma yang berbaring sudah sekian lama, tiba-tiba siuman, inilah mukjizat.

Kepala keluarga Yin membawa Yin Guo datang berterima kasih pada saya!

Saya berkata, “Tidak apa-apa, sudah kewajiban saya.”

Yin Guo telah pulih sepenuhnya, namun, tidak ingat kejadian saya menolongnya, hanya tertawa konyol.

Yin Guo berkata pada saya, “Saya sepertinya mengenal Anda, familiar sekali!”

Saya mengangguk, saya hanya berkata, “Jangan terlalu melekat dengan masalah di dunia ini, jangan terlalu bodoh, selama hutan masih ada, jangan takut tidak ada kayu bakar, hidup ini banyak hal yang bermakna, jangan dianggap remeh.”

Wajah Yin Guo memerah. (Belakangan Yin Guo sukses besar dalam bidang akademi, ia juga tidak menyia-nyiakan usaha keras saya dalam menyelamatkannya)

Saya hendak jelaskan tentang kejadian ini:
Pertama, alam ‘Taman Roh Cacat’ benar-benar ada, alam ini jarang diketahui orang, saya benar-benar masuk ke dalamnya, roh cacat tentu saja tidak berwujud, di dalam artikel saya menulis putus kepala, putus tangan, putus kaki adalah penglihatan pikiran, bukan bentuk yang sesungguhnya. ‘Taman Roh Cacat’ ini dibangun berkat welas asih dari putri Mahadewi Yaochi terhadap para insan untuk menampung roh dan arwah cacat yang tewas menggenaskan, karena roh cacat berada di dalam pembalasan karma tumimbal lahir, alam ini tentu saja baunya sangat menyengat!

Kedua, perihal mengundang ‘Dew Huatuo’ dan ‘Raja Setan Pencatat Kitab’, orang-orang melihatnya merasa ingin tahu, sebenarnya di dalam jalan Buddha, semuanya adalah hal yang lumrah, kini mengundang dewa turun memberikan petunjuk, juga demikian. Hanya mengundang dewa turun memberikan petunjuk saja, tetapi ada tulisan, datang dan pergi tanpa bayangan. Sementara, saya hanya melihat dan mendengar saja!

Ketiga, artikel ini memperingatkan umat manusia bahwa bunuh diri bukan jalan pintas, bunuh diri mudah sekali berubah menjadi roh cacat, setelah meninggal dunia, lebih menderita, mutlak bukan jalan pembebasan, jiwa telah dikorbankan, bahkan jatuh ke alam rendah, inilah pembalasan karma tumimbal lahir dalam Agama Buddha. Umat manusia jangan melekat, buat apa meninggal dunia demi cinta buta, kita harus mengerti mengalihkan, mengerti anitya, mengerti alami.

Saya mendesah:
Tidak berani melupakan makna kehidupan,
Memahami nama dan tahta maka api pun memadamkan embun beku;
Cinta buta tidak terurai sehingga bertemu rintangan Mara,
Surga di depan mata hilang dalam sekejap.


o0o


*sumber tulisan:
Karya Tulis Mahaguru Lu Shengyen, buku ke-142: In The Stillness of Night