Selasa, 21 Februari 2012

Arwah Penasaran di Sebuah Sumur


Di kota Taichung, di daerah Ta-li, saya mempunyai suatu pengalaman dengan sebuah keluarga petani disana.  Kepala keluarga petani itu bernama Lin Chin Sio yang menderita penyakit rematik.  Istrinya, seorang wanita tua berusia kira kira 50 tahun yang sering menderita encok di pundaknya.  Mereka mempunyai dua anak.  Yang satu adalah wanita yang sudah menikah.  Yang satu lagi adalah seorang pria berusia 30 tahun yang sering menderita sakit kepala.

Tuan rumah memberitahukan saya, "Tinggal di rumah ini tidak pernah satu haripun merasa tenang.  Karena itu, saya khusus mengun­dang anda untuk melihat keadaan rumah saya."

Saya berjalan jalan di halaman rumahnya.  Di ruang tengah rumah terdapat altar Kwan Im dan meja abu leluhur.  Di sebelah kanan terdapat ruang tamu dan dapur.  Di sebelah kiri terdapat tempat untuk menaruh alat tani dan lumbung.  Rumah ini tidak menunjukkan hal hal yang aneh.   Dipandang dari ilmu hong-sui, rumah ini cukup baik.  Di depan rumah ada sebuah parit dengan air yang mengalir.  Pemandangan didepan rumah cukup indah dengan sawah sawah padi yang terhampar luas.  Di belakan rumah terdapat sebaris pohon bambu dan tempat untuk memelihara ayam.  Didepan terang; di belakang ada sandaran.  Seharusnya rumah ini penuh dengan ketenangan.  Jadi saya katakan kepada tuan rumah, "Rumah ini cukup baik.  Begini saja.  Nanti malam saya akan datang lagi.  Pada umumnya secara hongsui -- keadaan siang dan malam itu berbeda."

Ketika saya melangkah keluar dari rumah tersebut, petani tua itu berkata kepada anaknya, "Orang muda ini dikenal pandai hongsui, tapi benarkah itu? Ataukah ia hanya menipu?  Mengapa setelah melihat begitu lama, ia malah terus pergi?"   Anaknya menjawab, "Tidaklah.  Dapat mengundangnya sudah beruntung karena ia sebetulnya sangat sibuk."

Pada malam itu, saya kembali ke rumah petani itu.  Didalam perjalanan dengan mobil, saya melewati sebuah rumah pembakaran mayat.  Didepan rumah tersebut, banyak arwah gentayangan yang melambaikan tangan kepada saya.  Sayapun balas menyapa mereka.  Setelah itu saya melewati kuil 7 dewa jendral.  Saya melihat seekor anjing didepan kuil yang menggonggong terus.  Mungkin ke 7 dewa jendral sedang tidak berada di dalam.  Ke 7 dewa jendral tersebut sebenarnya adalah arwah arwah yang telah meninggal dunia yang karena memiliki kekuatan batin dan mau membantu manusia melakukan kebaikan -- maka dapat mencapai tingkat dewa dan dibuatkan sebuah kuil oleh manusia.    

Meneruskan perjalanan di jalan raya, saya memasuki sebuah lorong kecil gelap yang tak terlihat banyak orang.  Disana saya melihat 2 sosok bayangan dipinggir jalan yang berteriak teriak kepada saya, "Sumur"   Saya berhenti dan bertanya, "Sumur? Apa maksudnya?"    Kedua sosok bayangan itu, satu pria dan satu wanita, tidak tampak jelas rupanya.  Badan mereka basah kuyup.  Yang pria berkata, "30 tahun yang lalu, saya dan adik perempuan saya ini mati didalam sumur.  Kami hidup didalam sumur.  Kami tidak berani pergi jauh; hanya mengikuti Dewa Dapur (Cau Kun Kong).   

Kami berdua hidup (dengan memakai/menyedot) dari spirit (enerji) keluarga kami yang menyebabkan keluarga kami menjadi sakit sakitan.  Kami sadar hal itu tidak baik tapi kami terpaksa melakukan hal tersebut.  Pada siang hari (tadi), kami mengetahui anda datang.  Kami harap anda dapat menolong kami.  Itu sebabnya kami menunggu anda disini malam ini."   Setelah itu mereka hilang.   Saya melihat Cau Kun Kong (Dewa Dapur) berjalan didepan saya; tercium bau arak; rupanya beliau suka minum arak.

Sewaktu saya tiba di rumah petani itu, saya bertanya, "Dimana sumur anda?  Tolong bawa saya kesana."  Sesampai di tepi sumur, saya merasakan adanya getaran getaran.   Setelah kembali ke ruang tamu, saya bertanya kepada mereka,

"Apakah anda mempunyai 2 anak yang mati di sumur ? Apakah anda sebenarnya mempunyai 4 anak; dua diantaranya mati disumur; satu pria berusia 32 tahun; dan satu wanita berusia 30 tahun ?  Inilah yang menjadi penyebab kenapa kalian sering tidak enak badan."

Nyonya Lim sambil menangis bercerita kepada saya, "Begini ceritanya.  Anak perempuan kami yang bernama A-li pada usia 2 tahun bermain di tepi sumur dan terjatuh kedalam sumur.  Sedangkan kakaknya yang bernama A-wang, karena ingin menolong adiknya, juga terjatuh kedalam sumur.   Ketika kami berusaha menolong mereka, mereka sudah meninggal.  Begitu malang nasib mereka."
"Itu terjadi 30 tahun yang lalu," Lim Chin Sio meneruskan.
"Jadi bagaimana baiknya?", tanya putra Lim kepada saya.
"Biarlah saya membacakan doa untuk menolong mereka dengan bantuan Ksitigarbha Bodhisatwa. "

Saya membaca doa sebagai berikut, "Semua makhluk, sejak dahulu kala, karena kebodohannya, menganggap kepalsuan sebagai yang nyata.  Demikian juga dengan orang yang sudah meninggal.  Mereka berputar putar di alam samsara karena kebodohannya.  Hari ini, saya, Lian Sen, memohon kepada para dewa supaya mereka berdua mendapat tempat yang sesuai dengan karma mereka."   Selesai membaca doa, saya melihat sinar kedua arwah tersebut menuju ke langit.   

Keluarga Lim berangsur angsur menjadi sembuh dari penyakit­nya.  Sekarang mereka percaya bahwa roh itu benar benar ada.

 **sumber: e-book Padmakumara-1, kisah no.41

9 komentar:

  1. baca dari awal, saya hanya menjajikan kisah2 perjalanan dari master Lu Sheng Yen, anda boleh percaya dan tidak percaya. beliau men-segel apa yang beliau lakukan dengan sumpah agung: yang isinya kira-kira spt ini "jika apa yang saya tuliskan bukan kisah yang benar2 dia alami dan hanya dibuat buat tanpa dasar beliau bersedia dihukum di neraka selama-lamanya". sebagaimana kepercayaan anda saat ini yang anda percaya sebagai benar dan paling baik, bagi orang lainpun belum tentu dianggap benar dan jalan lurus.

    BalasHapus
  2. Om guru lien sheng siddhi hum

    BalasHapus
  3. Sdr. Anonim yg tdk prcaya iru hak anda, terima kasih ikut mmbaca mski anda tdk prcaya, setdknya ulasan diatas td utk prnah di klik sama mereka yg tdk prcaya, syukurlah
    Om kulu lien sheng siddhi hum

    BalasHapus
  4. Ni cerita mirip film2 hantu vampire cina ditahun 90an...i like ceritanya......nyata atau tidaknya cerita ini cukup orang iti yg mengetahui...saya hanya penikmat cerita saja...

    BalasHapus
  5. Terima kasih Sdr ari andri yang telah berkenan mampir, juga terima kasih kepada sahabat2 dari ChenFo Cung.

    Saya telah membaca sangat banyak tulisan master Lu dan menyadari bahwa hampir-hampir tidak mungkin bagi orang yang tidak mengalami pengalaman2 sebagaimana yang beliau tuliskan bisa menuliskan kisah-kisah seperti itu.. apalagi beliau memberikan segel "3 sumpah agung" yang isinya sungguh meliputi sesuatu yang sangat bessar.

    Kisah2 saya tampilkan sebagai wujud penghormatan saya kepada beliau dan sekaligus dengan harapan e siapa tahu bisa membawa manfaat bagi siapa saja yang berkesempatan membacanya.

    Kini anda bisa juga membaca-baca "http://viharasukhavatiprajna.blogspot.co.id/", Dikisahkan perjalanan ibu DESI dari orang awam yang tulus dan teguh hati dan yang sekarang menjadi ketua Vihara bergelar Vajra Acharya Varita Sukhavati Prajna... ternyata beliau asalnya adalah seorang dewi dari tingkat 27 di Sukhavatiloka,dan beliau ini menyebut master Lu dengan sebutan "MAHAGURU", artinya apa? Bagi saya, sebutan penghormatan itu merupakan konfirmasi atas keagungan dan kebesaran beliau Master Lu Shengyen di dunia spiritual.
    Om Guru Lianshen Siddhi Hum

    BalasHapus
  6. SI anonim tidak percaya karena bodoh dan dangkal daya tangkapnya, maklum saja orang2 sekarang susah ngerti masalah alam gaib, pengetahuan yang dangkal plus ajaran agama yang dangkal mana bisa diperdebatkan...

    BalasHapus
  7. Orang-orang yang masuk dalam kelompok "melihat dulu baru percaya", dalam ceramah shifu dari falun dafa disebut sebagai orang dengan wu xing (tingkat kesadaran) yang rendah, maka dalam komunitas agama (dan kepercayaan) ada perkataan "beruntunglah mereka yang memiliki iman (kepercayaan)", "imanmu yang menyelamatkanmu", dls

    BalasHapus
  8. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus