Minggu, 31 Mei 2020

HUKUMAN PELANGGARAN SEXUAL -- USUS YANG TERPOTONG

(dikutip artikel ke-8 buku Living this Moment in Illumination)

Setelah saya menyelesaikan bab " Kisah Seorang Seniman ", saya teringat akan cerita seorang seniman lainnya, namanya Tien Ning.
Dia seorang yang tampan, anggun dan menarik. Suatu hari Tien Ning mengunjungi saya untuk diramalkan. Saya berkata padanya, " Anda terlihat cukup baik."
Tien Ning gembira mendengarnya. Menurut pengamatan saya, latar belakang Tien Ning cukup baik. Dia lahir di Kota Lien-pao di propinci Henan. Menurut sejarah, ditempat ini merupakan letak dari Gunung Chung-ku, dimana Kaisar Kuning mengadakan pengorbanan untuk para ratusan dewa.
Tien Ning mendapat keuntungan dari lingkungan tempat kelaahirannya dan kehidupan lampaunya berasal dari kelas dewa. Apakah kelas dewa itu ? ini menunjukkan bahwa dalam kehidupan lampaunya dia adalah seorang dewa dan sekarang dia adalah reinkarnasi dari dewa tersebut.
Dewa ini bernama " Dewa Yuan-chao" dan merupakan salah satu dewa yang mengatur gunung, sungai dan bumi. Dia sering terbang ke angkasa, mengelilingi dunia dan menikmati pemandangan indah. Pada saat dia terbang, dia memancarkan sinar terang. Dewa ini berkedudukan di awan berair dan daerah itu dinamakan Yuan pu, tempat itu merupakan taman dewa dan diatur oleh dewa ini.
Saya memberitahu Tien Ning tentang hal ini, dan dia merasa saya sedang menceritakan dongeng. Dia hanya tersenyum pada saya saat mendengar cerita saya.
Memang terdengar seperti dongeng. Sebenarnya tidak masalah ia bersedia percaya atau tidak. Dengan senyuman, tidak peduli akan pendapat orang lain.
" Bagaimanapun Tien Ning percaya atau tidak dengan perkataan saya, dia memutuskan untuk menambah dua kata dibawah namanya, Tien Ning, pada saat ia mencetak kartu namanya, dua kata itu adalah Yuan chao."
Dia memilih Yuan chao sebagai nama kehormatan. Dari sudut pandang saya, mengapa Tien Ning dapat menjadi seorang seniman mungkin disebabkan kecintaannya pada keindahan alam .. gunung-gunung yang kehijauan, sungai yang berwarna putih keperakan dan sinar-sinar dilangit.
Setelah beberapa saat, saya berpapasan dengan Tien Ning, saya terkejut karena raut wajahnya menjadi suram.
Saya bertanya, " Apakah anda sakit ?"
" Tidak "
" Apakah telah terjadi sesuatu yang buruk ?"
" Tidak."
" Anda telah kehilangan energi inti! " kata saya dengan jujur.
" Tien Ning hanya mengangkat bahunya sambil menggerakkan tangannya. Sepertinya dia tidak peduli sedikitpun. Saya cukup prihatin mengenai teman seniman saya ini, dan bertanya, " Apakah anda bersedia saya ramal ?"
" Tidak perlu."
Saya mengingatkan Tien Ning, " Anda harus berhati-hati, karena energi inti anda telah habis anda terlihat akan mendapatkan musibah."
Tien Ning berkata, " Terima kasih atas perhatiannya. Saya baik-baik saja dan semuanya berjalan dengan baik."
Pada kenyataanya, walaupun Tien Ning tidak berkata apa-apa, saya telah mengamati bahwa ada yang tidak beres.
Sebelumnya, kepalanya diselimuti dengan lapisan sinar putih, tetapi sinar putih itu sekarang telah hilang. Saya sangat kuatir, karena bukannya sinar putih, tetapi kepalanya diselimuti dengan kabut pembawa sial. Kabut pembawa sial ini secara perlahan-lahan menyelimuti seluruh tubuhnya. Jika seluruh tubuhnya diselimuti kabut pembawa sial ini, maka ia akan mendapat malapetaka.
Saya bertemu dengan teman baik Tien Ning dan bertanya padanya. " Bagaimana kabar Tien Ning sekarang ?"
" Dia baik-baik saja !"
" Seberapa baik keadaannya ?"
" Dia menikmati keberuntungan dengan seorang wanita."
Teman baik Tien Ning menceritakan kisahnya kepada saya. Pada suatu malam Tien Ning naik kereta terakhir dan di dalam kompartemen itu hanya terdapat dia dan seorang wanita. Tanpa disengaja, wanita itu duduk berhadapan dengannya dan mata mereka saling berpandangan.
Tien Ning senang pada wanita itu, karena wanita itu adalah wanita tercantik diantara semua wanita cantik. Dia tidak hanya cantik tetapi juga molek. Dia tidak memakai kosmetik, tetaapi dia sangat menarik. Dia memakai busana yang sederhana dan polos, serta sopan. Bukannya menghindari tatapan Tien Ning bahkan wanita itu terus menatapnya dengan pandangan menggoda.
Tien Ning bertanya, " Apakah anda sendirian ?"
" Tentu, apakah anda melihat ada orang lain disini ?" jawab wanita itu sambil tersenyum.
Tien Ning tertawa, karena pertanyaannya memang tolol.
" Dimanakah suami anda ?"
" Suamiku baru saja meninggal !"
Wah ! Baru menjadi janda !
Ekspresi wanita ini terkesan diantara tersenyum dan tidak tersenyum. Pada saat wanita itu memandang Tien Ning, hati Tien Ning berdebar-debar.
Rambutnya indah dan halus, bibirnya kecil bak buah ceri, giginya putih seputih kerang, kulitnya begitu lembut.
Dia berpakaian hitam, yang menonjolkan kulitnya yang indah dan tubuhnya yang lemah gemulai.
Percakapan antara mereka sangat menyenangkan. Dia menyatakan bahwa suaminya telah meninggal dan dia perlu mendapat penghasilan. Tien Ning mengajukan usul untuk memakai dia sebagai model.
Wanita itu berkata," Seorang model harus memiliki tubuh yang indah. Apakah saya memenuhi syarat ?"
Tien Ning berkata," Bentuk tubuh anda sangat luar biasa."
" Benarkah ?" matanya bersinar-sinar.
Tien Ning sangat gembira dan berkata, " Mari kita lihat! Saya akan segera tahu setelah saya menyentuhmu."
Tidak terduga, bukannya menghindari, wanita mendekatkan tubuhnya dan duduk dipangkuan Tien Ning. Pada saat itu, dengan adanya tubuh yang lembut dilengannya, seluruh pikiran Tien Ning terperangkap dan tangannya menjadi sibuk. Akhirnya mulutnya juga menjadi sibuk.
Kereta berhenti.
Dua orang turun dari kereta, dan di kegelapan malam mereka bersama-sama menuju hotel.
Walaupun wanita itu baru menjadi janda, dia penuh dengan gairah. Selama dia masih bergairah, dia harus membiarkan api gairah tersebut terbakar habis, sehingga dia benar-benar terpuaskan sepenuhnya seolah-olah dunia milik sendiri.
Saya benar-benar mencemaskan keadaan Tien Ning. Dalam diri Tien Ning terdapat "innate energy" yang berasal dari kehidupan sebelumnya. Dia punya bakat untuk menjadi pelatih diri. Saya berencana untuk mengajarkan dan mengubahnya ke jalur pelatihan diri dan saya mengajarkan padanya tentang ..." Semua karma buruk yang telah kami perbuat sebelumnya, atas dorongan keserakahan, kebencian dan kebodohan, yang dilakukan melalui jasmani, ucapan dan pikiran. Kini kami menyatakan menyesal sedalam-dalamnya dan bertekad tidak akan mengulanginya lagi."
Pencapaian dalam pelatihan diri adalah untuk mencapai sinar murni dan penurunan dharma dari para Bodhisattva, agar dapat melenyapkan dan memurnikan karma buruk dari masa lampau secara keseluruhan, dan memperoleh reinkarnasi yang lebih baik.
Mulai saat ini dan seterusnya, kita tidak boleh lagi membuat karma buruk.
Saya bahkan berencana untuk membujuk Tien Ning meninggalkan keduniawian, karena dia mempunyai jalinan karma untuk menjadi bhiksu.
Saya berpikir, sangatlah bagus bagi Tien Ning jika ia dapat menjadi bhiksu. " Dengan potongan pertama, bersumpah memotong semua kejahatan. Dengan potong kedua, bersumpah melatih kebajikan. Dengan potongan ketiga, bersumpah menyelamatkan semua makhluk hidup." Mulai saat ini dan seterusnya, menyadari pencapaian yang sempurna dan memperoleh penerangan. Bersumpah untuk tidak habis-habisnya melindungi dharma Buddha sepanjang siklus kehidupan yang tak terbatas, menggunakan empat pikiran bodhi dan melatih jalur keBodhisattvaan. ( metta, karuna, mudita, upeksa ).
Sekarang saya bangun dari mimpi saya dan merasa sedih. Apa gunanya berpikir terlalu panjang dalam meditasi di malam yang panjang ?
Tien Ning telah terpolusi! Dia terperangkap dalam kenikmatan jasmaniah.
Saya dapat melihat ...
Ada hantu yang muncul disela-sela kabut pembawa sial yang meyelimuti Tien Ning. Hantu itu memakai kaos merah dan pendek, tanpa alas kaki dan menggengam pisau jagal. Dengan geram, ia berlari mengelilingi Tien Ning dan berteriak padanya, " Saya ingin mengeluarkan ususmu! Saya ingin mengeluarkan ususmu!"
Kabut pembawa sial itu perlahan-lahan membungkus dan menyelimuti seluruh tubuh Tien Ning.
Saya bertanya pada hantu itu, " Siapakah anda ?"
" Seorang penjagal! " ( Bukti kemudian menunjukkan bahwa dia adalah manager dari rumah pejagalan)
" Apa yang anda lakukan ?"
" Membunuh pemuda ini! "
"Mengapa ?"
" Dia sedang menjalin hubungan cinta dengan istri saya dan saya ingin dia membayarnya!"
Mendengar ini, saya menjadi semakin takut dan mengkhawatirkan keadaan Tien Ning. Suami dari wanita itu ternyata tidak hanya tersinggung. Janganlah berpikir tidaklah masalah menjalin hubungan dengan janda yang telah ditinggal suaminya. Pada kenyataannya, dia telah menjadi hantu marah, yang menjaga istrinya dan berniat mencelakai Tien Ning.
Saya berharap untuk menolong Tien Ning.
Saya membentuk mudra "waktu" dengan tangan kiri dan mudra "perintah" dengan tangan kanan. Saya melafal mantra " Within the circle of heaven,spanning all earth. By order of nine chapters of the decree. Devine officials take my command. Quickly descend and show thy presence"
Kemudian seorang Dewa turun dari langit dan Beliau merupakan petugas yang sedang menjalankan tugas rutinnya.
Petugas yang berjaga itu bertanya, " Saya datang meberi hormat dan sepenuhnya melaksanakan perintah. Adakah yang dapat Saya lakukan untuk Anda ?"
Saya menjawab," Saya prihatin dengan Tien Ning! "
Petugas itu berkata," Benar-benar sayang!"
Penurunan moralitas di dunia dari hari ke hari semakin parah. Moralitas berubah, pemuasan jasmaniah menjadi lebih parah dan masyarakat semakin tenggelam makin dalam tanpa mempunyai kemampuan untuk mengontrol diri sendiri. Pada saat gagasan terbangkitkan dari pikiran, walaupun pikiran itu tersembunyi dan tidak dapat diketahui oleh orang lain, para Dewa telah mengetahuinya. Sekarang apa yang akan terjadi pada Tien NIng telah diketahui oleh langit dan dia telah kehilangan registrasi jabatannya. Hal ini sangat menyedihkan karena dia tidak dapat diselamatkan!"
Saya menanyakan, " Karena dia telah dicabut dari jabatannya, apakah itu berarti dia akan baik-baik saja ? "
Petugas itu menjawab, " Semula Tien Ning termasuk golongan dewa. Tetapi dia menggunakan tipu muslihat untuk merayu dan mengambil kesempatan untuk berhubungan seks dengannya. Dia patut mendapatkan limabelas hukuman. Disamping gelarnya sebagai dewa dihapus, jiwanya juga ditakdirkan untuk reinkarnasi. Pada waktu meninggal, dia akan terlahir d ialam neraka dan alam penjagalan. Pada saat reinkarnasi, dia akan terlahir sebagai binatang. Dan pada saat terlahir lagi akan menjadi binatang air."
" Ini sungguh mengerikan. Apakah ada kesempatan lain baginya ?"
Petugas itu menjawab, " Tien Ning harus menyadari kesalahannya dan segera bertobat. Dia harus berlatih kebajikan setiap hari. Dia harus mengakui dosanya kepada petugas pencatat umur, petugas bintang, petugas matahari dan bulan, dewa gunung dan sungai, dewa sumur, mata air, rumah dan jalan".
" Mengapa dia harus melakukan pengakuan begitu banyak ?"
Petugas itu menjawab, " Walaupun dia termasuk dalam kelas dewa, dia tidak menyadari batasan akan hubungan seks. Pembawaan lahiriahnya yang bijak tidak tampak tetapi sisi buruk dari dirinya terus berkembang, dia telah tersesat dan tenggelam makin dalam dan dalam lagi dalam lautan penderitaan. Dengan melakukan hubungan seks di tempat terbuka, dia telah melakukan pelanggaran pada tiga sinar alam, matahari, bulan dan bintang serta tidak menghormati dewa gunung dan sungai!"
Saya sangat terkejut ketika mendengar hal ini!"
" Jika Tien Ning tidak mengakui kesalahannya, apakah yang akan terjadi padanya ?"
" Ususnya akan terpotong menjadi potongan-potongan."
Setelah berkata demikian, petugas yang sedang bertugas itu lalu terbang seperti angin.
Karena masalah ini mendesak, saya sangat gelisah dan segera mencari Tien Ning. Saya memberitahukan segalanya pada Tien NIng.
Tien Ning tidak terpengaruh dan perilakunya tidak berubah.
Dia berkata, " Memang benar bekas suaminya adalah seorang pejagal. Kalau demikian kenapa !"
Tien Ning melanjutkan, " Selama saya dapat bersama wanita ini, saya hanya suka bebek mandarin dan tidak peduli dengan keabadian. Ini merupakan kenikmatan paling utama dalam dunia fana. Saya tidak perduli terhadap matahari, bulan, gunung, sungai dan lautan ..."
Saya menasehati Tien Ning, " Bencana dan berkat tidak muncul begitu saja, tetapi disebabkan karena manusia itu sendiri. Seorang suciwan tidak mempunyai hasrat seksual dan sifat asexuality ini yang benar dan mendapat kebahagian terutama. Dengan kebahagian ini, suciwan menjadi bebas dan terbebas dari pengekangan, baik dari orang lain maupun diri sendiri."
" Saya tidak mengerti perkataan anda. Saya bukanlah orang suci."
" Segeralah bertobat."
" Saya tidak mempunyai dendam dan penyesalan!"
" Usus anda akan terpotong."
" Saya lebih baik menjadi hantu daripada melepaskaan kenikmatan jasmaniah!"
"Tien Ning tidak mau mendengarkan perkataan saya.
Saya mengirimnya surat yang berisi :
" Persetubuhan pada awalnya adalah kosong, dan kenikmatannya juga kosong. Kegemaran terhadap kenikmatan ini sebenarnya seolah-olah seseorang memperoleh sesuatu yang nyata tetapi kenyataannya adalah kekosongan. Mengapa kita dapat terluka oleh hasrat seksual ? ini hanya disebabkan karena kita mengejar kenikmatan sesaat. Jika kita ingin tahu apakah kenikmatan itu, sebenarnya itu tidak ada. Kenikmatan persetubuhan itu tidak ada sebelum dan sesudah seks. Semuanya yang ada setelah seks adalah kekosongan dan ilusi dan tidak ada yang tersisa untuk dimiliki"
" Moralitas antara pria dan wanita harus dijunjung tinggi. Alasan kenapa manusia berbeda dari binatang karena manusia mempunyai moralitas. Jika seseorang menjadi rusak moralnya dan melakukan hubungan seks bebas, hal ini berarti seperti tindakan binatang dengan tubuh manusia. Walaupun dia adalah seorang manusia, tetapi sebenarnya dia lebih buruk dari binatang buas."
" Meskipun demikian, semua mahkluk hidup bereproduksi karena adanya hasrat seksual. Oleh karena itu setiap makhluk hidup terwarisi secara seksual, dan harus menjaga agar tidak terjebak dalam perangkap persetubuhan sehingga tidak mampu melepaskan diri darinya. Seseorang harus melatih perenungan akan ketidakmurnian, perenungan akan tengkorak, dan perenungan kegembiraan dari kekosongan, sehingga dapat memusnahkan pemikiran akan gairah seksual, dan membangkitkan pemikiran benar akan kemurnian."
Saya mengirim surat ini dan tidak mendengar kabar darinya. Tidak ada balasan satu katapun darinya. Tien Ning sudah tidak ada harapan!
Beberapa orang berpikir, " Dijaman sekarang, nasehat Sheng yen Lu agar tidak melakukan perzinahan merupakan hal yang sudah usang. Ini adalah era kebebasan, pria dan wanita sudah bebas. Di jaman cinta bebas ini, orang boleh melakukan apapun yang mereka suka."
Pada umumnya mereka beralasan " Asalkan dia menginginkannya, mengapa dia tidak boleh melakukan untuk memenuhi keinginan itu ? "
Masyarakat secara umum menganggap, " Kami tidak peduli terhadap cinta sejati, selama kita bisa saling menikmati!"
Sudah menjadi kenyataan bahwa dunia ini terobsesi dengan seks dan industri seks berkembang dengan pesat. Masyarakat tidak lagi waspada terhadap bahaya dari persetubuhan. Mereka tidak lagi menyadari akan godaaan sensualitas serta bencana yang dapat disebabkannya.
Saya seorang pelatih diri yang telah menyaksikan era baru ini. Saya, adalah seorang yang dapat memikul kesendirian, yang duduk di depan meja tulis dan masuk dalam meditasi mendalam. Karena kemampuan berkomunikasi psychic, saya mengetahui sepuluh alam dharma, dan saya benar-benar menyadari akan bencana yang ditimbulkan karena hasrat seksual. Saya benar-benar prihatin pada masyarakat umum!
Namun, saat menyebarluaskan pelaksanaan lima sila yang berkenaan dengan tidak melakukan perzinahan, saya mencapai kesadaran yang mendalam bahwa saya sendiri telah dibawa ke dalam beberapa kasus skandal oleh pihak lain, yang sangat rumit bagi saya untuk membela diri saya.
Saya sangat menentang perzinahan, karena bagi pelatih diri yang terlibat dalam perzinahan, pria atau wanita itu jangan pernah berharap dapat mencapai apapun.
Dalam Leng-yen Sutra ( Sutra Surangama ) disebutkan, " Adalah seperti berusaha memasak butir padi menjadi nasi diatas pasir."
Jika masing-masing orang merenungi kiasan ini, maka akan memperoleh pemahaman.
Saya berkomunikasi secara fisik dengan sepuluh alam dharma, dan saya mengerti bahwa hasrat seksual sangat erat hubungannya dengan bencana dan berkat dari makhluk hidup. Pelatih diri tidak hanya harus menjunjung lima sila, tetapi umat awam juga harus menjunjung sila berkenaan dengan hasrat seksual. Tidaklah reaalitis bila hanya umat buddhis yang harus memegang sila sedangkan lainnya tidak, karena tidak seorangpun terlepas dari hukum sebab-akibat. Saya dapat memberitahu bahwa masalah hasrat seksual berkenaan dengan berkat dan kemakmuran dari makhluk hidup dan tidak seorangpun dapat lolos dari hukum tanpa kecuali.
Sungguh menyedihkan bahwa, masyarakat umum merasa dirinya modern, dan berpikir ajaran saya dalam melenyapkan perzinahan terlalu berlebihan, terlalu konservatif, terlalu berhati-hati dan terlalu feodal, kurang berani dan teguh.
Saya sangat menyadari bahwa ternyata umat awam telah kehilangan rasionalitasnya dan mereka hanya mengejar kenikmatan dan hiburan. Mereka menempatkan kenikmatan seks sebagai prioritas teratas dan prinsip-prinsip seperti moralitas telah lama dilupakan. Saya telah menyaksikan kejadian bahwa ayah melakukan hubungan seksual dengan anaknya, saudara laki dan perempuan saling berhubungan seksual, manusia berhubungan seks dengan anjing dan orang dewasa memperkosa anak kecil.
Saya tidak dapat berdiam diri melihat penurunan kualitas dari makhluk hidup dan hilangnya ajaran-ajaran yang suci dan mendalam. Sebagai seorang pelatih diri yang dapat berkomunikasi secara psikis dan sebagai orang yang beribadah dalam dunia Buddhis, saya harus menulis buku seperti Living this Moment in Purity dan Living this Moment in Illumination. Saya telah mencapai penerangan dan saya juga merupakan orang yang penuh pengertian. Saya ingin menulis bencana yang diakibatkan karena perzinahan. Jaman sekarang, dengan kecendrungan trend masyarakat yang menempatkan seks sebagai prioritas utama, maka diperlukan keberanian yang lebih bagi seseorang untuk menulis dan menerbitkan buku-buku seperti ini.
Jika seseorang benar-benar melihat lebih dalam terhadap kenikmatan dan hiburan seks, itu hanyalah berlangsung sesaat sedangkan akibat dan efeknya adalah penuh dengan penderitaan, kekosongan dan ketidak-kekalan.
Masyarakat hanya mengenggam kenikmatan sementara, tidak menyadari akan kesedihan yang tak terhingga.
Menikmati seks tanpa batasan akan menimbulkan banyak masalah, seperti penyakit , usia cepat lanjut dan umur pendek. Seseorang akan kehilangan status, reputasi akan hancur, keberuntungan akan hilang dan akan memperoleh musuh.
Dari sudut pandang sebab dan kondisi, serta sebab dan akibat, orang yang melakukan pelanggaran perzinahan tidak akan terlahir lagi sebagai manusia dan akan mengalami penurunan tingkat menjadi binatang.
Hasrat seksual seseorang memang merupakan sumber utama dari bencana!
Saya telah menjelaskannya dengan sangat jelas. Bagaimana mungkin orang tidak memahaminya
Dengan dasar sila tidak berzinah yang harus dijunjung tinggi umat buddhis, maka dapat dibagi menjadi dua aspek; psikologi dan fisik. Dari sudut aspek fisik, latihan harus dilakukan berdasarkan ajaran Esoterik Buddhis.
Kita tahu bahwa seseorang mungkin dilahirkan sebagai seorang suciwan, tetapi sangat sedikit orang yang dapat terlahir sebagai seorang suciwan. Pada umumnya manusia merupakan makhluk biasa. Mengapa orang menuruti kehendak melakukan persetubuhan ? Karena akar dari hasrat seksual telah tertanam di dalam tubuh fisik setiap orang. Manusia terlahir dari cairan sperma ayahnya dan darah menstruasi ibunya sehingga mereka memuat akar pembawaan seksualitas.
Hasrat seksual dalam tubuh seseorang dapat tumbuh perlahan-lahan dan bertahap atau secara hebat dan intensif, tetapi pada saat tali karma tiba, akan menyebabkan orang tersebut tunduk dalam cinta.
Hasrat seksual yang benar, diperbolehkan bagi umat awam Buddhis, ini sesuai dengan dharma Buddha, hal ini tidak boleh dilarang. Akan tetapi, untuk hasrat seksual yang tidak benar, haruslah diwaspadai, dan hasrat itu diharuskan untuk tidak dipenuhi. Bagi bhiksu dan bhiksuni, sangat penting bagi mereka untuk menghindari mempunyai hasrat seksual. Tidak hanya dengan mengandalkan pelatihan akan pikiran dan jiwa tetapi juga pada praktek nyata.
Saya seorang pelatih diri yang benar-benar melatih Dharma Esoterik dari Aliran Satya Buddha. Ada 3 pelatihan yang dapat memusnahkan hasrat seksual seseorang.
1. Pelatihan api kundalini ( Internal Fire ). Pelatihan ini juga disebut meditasi dari api dalam, yang membutuhkan "precious treasure vase energy" ( Pao-p'ing Ch'i) untuk memperoleh api dalam/api kundalini.
2. Pelatihan tidak bocor ( Non-outflow) – menggunakan api dalam dan mengubah light drop menjadi energi, dan lebih lanjut menerapkan enam Lamdre dari aliran Sakya untuk mencegah cairan seseorang mengalir keluar.
3. Pelatihan Light Drops – yang mana membuat air turun dan api naik. Ini menyebabkan light drop menguap dan bersikulasi ke seluruh tubuh. Tiga nadi dan ke tujuh cakra akan terbuka dan seluruh tubuh akan dipenuhi dengan sinar murni.
Jika dapat mencapai keberhasilan dalam ketiga pelatihan ini maka orang tersebut akan mencapat hal-hal berikut:
1. Hasrat seksualnya akan sepenuhnya musnah (muncullah sinar putih pemberkatan).
2. Tidak kehilangan cairan sperma atau darah menstruasi.
3. Seluruh tubuh akan memancarkan sinar terang.
( dalam Buddhis Esoterik, tahap ini dianggap mencapai keberhasilan dalam " great bliss dan clear light")
Sebagai pelatih diri dalam pelatihan Dharma Esoterik aliran Satya Buddha, saya sepenuhnya menyadari dan mencapai keberhasilan dalam pelatihan api dalam, pelatihan tidak bocor, dan pelatihan Light drops. Saya mengerti dan memahami bahwa tidak biasanya manusia dapat sepenuhnya mengatasi hasrat seksualnya. Akan tetapi, berdasarkan pengalaman pribadi, tidak hanya bersandar pada pelatihan akan pikiran dan jiwa, saya sepenuhnya telah menunjukkan dan membuktikan kemanjuran dari tidak bocor, kemurniaan, sinar dan true great bliss.
Sebagai kesimpulan dari bab ini, saya akan menyelesaikan cerita dari Tien Ning.
Dewa Wen Chang berkata, " Menurut hukum alam, pembalasan karena melakukan pelanggaran perzinahan datang sangat cepat. Masyarakat tidak takut akan pembalasan ini, mereka tetap mengabaikannya dan hidup dalam mimpi mereka. Mereka tidak menyadari jika mereka tidak menahan diri sendiri dari kenikmatan persetubuhan, musibah akan segera datang. Bagi anda yang mengabaikan ini semua, dengarkanlah nasehat saya ! sejak jaman dahulu kala, telah dibuktikan bahwa mereka yang menjunjung tinggi moralitas akan memperoleh berkat. Perilaku tidak bajik akan menarik ketidakberuntungan. Masyarakat pada jaman dulu mengerti prinsip-prinsip moral yang berasal dari ajaran masa lampau. Pada jaman dahulu mengerti prinsip-prinsip moral yang berasal dari ajaran masa lampau. Pada jaman dahulu, saat musim semi dan gugur, masyarakat melakukan perzinahan dan sebagai hasilnya negara menjadi hancur dan keluarga menjadi berantakan.
The Book of Songs menertawakan kerusakan dari generasi yang melakukan perzinahan, kawin lari dan tindak asusila, yang bertentangan dengan prinsip moral serta menghina hukum alam. Reputasi akan menjadi hancur karena melakukan perzinahan. Karena bertentangan dengan moralitas, langit menjadi marah. Bagi mereka yang tidak memurnikan diri janganlah berharap untuk diundang menerima pemberkatan hidup di istana Langit.
Bagaimana seseorang dapat memperoleh pemberkatan jika membuat reputasi buruk ? betapa menyedihkan bahwa seseorang tidak menyadari akan menderita pembalasan karena menjadi korban dari perzinahan. Jika dia tidak mempedulikan reputasi dirinya dan memuaskan kenikmatan perzinahan. Sangatlah wajar bahwa apa yang ditanam, itu juga akan diterima. Dengan menyadari beratnya pembalasan karma ini, siapa yang akan memurnikan pikiran mereka ?
Karena perbuatannya, Tien Ning menderita pembalasan mengerikan!
Suatu malam terjadi angin topan, Tien Ning sedang berjalan-jalan di jalanan.
Pohon dan ranting meliuk-liuk diterpa angin dan melambai-lambai. Hanya ada sedikit pejalan kaki.
Ada papan tanda yang tertiup angin kencang dan papan ini terbuat dari selembar seng tipis yang sangat tajam.
Tanda itu terbang berputar-putar di udara. Secara tiba-tiba, jatuh memotong perut Tien Ning. Segala sesuatu akan baik-baik saja jika hanya merobek kemejanya, tetapi perutnya juga terluka. Seng tipis itu ternyata memotong perutnya begitu dalam sehingga ususnya terburai keluar.
Ususnya terpotong dan darah mengucur keluar. Tien Ning jatuh ke tanah, merintih kesakitan!
Ambulans datang!
Sungguh malang, Tien Ning telah kehilangan banyak darah dan meninggal!
Pelanggaran Tien Ning adalah berhubungan seks dengan janda dan menghancurkan kesucian orang lain. Dia terlahir di neraka dan tidak akan keluar dari neraka sebelum dia menderita selama delapan ratus kalpa. Kemudian dia akan terlahir sebagai domba dan babi dan dia akan dibantai oleh manusia untuk delapan ratus kalpa lagi. Setelah itu dapat terlahir sebagai manusia, tetapi dia akan buta dan tolol. Berkenaan dengan kisah ini, saya menulis sebuah puisi :
Sentient beings in the sea of sexual desire are confused abaout the truth of lust.
They do not understand its harm and their thoughts of lust never cease.
During their lifetimes, they do not knew how to cultivate purity,
And they remain ignorant even when death is approaching.
Om Mani Padme Hum
Karyatulis Mahaguru
Lu Sheng Yen
Om Guru Lian Sheng Siddhi Hum

Senin, 18 Mei 2020

KISAH PILU AKIBAT CINTA, KEKECEWAAN YANG MEMBAKAR JIWA


Elegi Cinta
Di tengah penjelajahan spiritual—


Terdengar doa seorang siswi muda, “Om. Guru. Liansheng. Siddhi Hum. Mahaguru, Dharmaraja Liansheng Sheng-yen Lu, saya telah melakukan 49 kali puja api (homa), mohon Bhagawati Kurukulle memberkati cinta kasih saya, mohon jalankan ikrar dasar, saya ingin menikah dengan teman pria.”
Doa si siswi sangat khusyuk, “Mohon Mahaguru! Mohon Bhagawati Kurukulle!”
Puja api homa dalam ajaran Tantra sangat dahsyat, Dharmabala sangat kuat, sehingga di tengah penjelajahan spiritual, saya juga mendengar seruan yang keras dari si siswi.
Demi si siswi, saya memeriksa teman prianya.
Tak disangka, teman pria ini juga siswa saya, jadi, siswi ini jatuh cinta pada siswa, cinta mati.
Siswi ini lari ke depan pintu si siswa, sering menunggunya pulang kerja untuk sekedar bertemu sebentar, memberi salam sebentar, bicara sepatah dua patah kata....
Sedangkan, siswa ini terkesan menghindarinya.
Yang mengejutkan saya, siswa ini juga melakukan puja api homa, ia melakukan puja api Ragavidyaraja, ia juga berdoa dengan tulus, “Om. Guru. Liansheng. Siddhi Hum. Mahaguru, Dharmaraja Liansheng Sheng-yen Lu, saya telah melakukan 49 kali puja api Ragavidyaraja, mohon berkati pernikahan saya dengan teman wanita saya.”
Masalahnya adalah:
Si siswi jatuh cinta pada si siswa.
Tetapi yang dicintai oleh si siswa bukanlah si siswi.
Melainkan siswi saya yang lain. Kekasihnya bukan dia.
Suatu hari—
Si siswa mengantar teman wanita pulang dengan mobil Benz, mereka berdua bermesraan, saling bergandengan tangan, bahkan cium pipi. Si siswi tertegun, bengong!
Ingin menangis tetapi tidak ada air mata, ia diam-diam melihat si siswa, tangannya merangkul pinggang si siswi, masuk ke dalam rumah, lalu terdengar bunyi “phong”, pintu pun ditutup.
Si siswi sedih, akhirnya tidak tahan lagi, air matanya menetes, ia dengan setia menunggunya pulang, alhasil melihat adegan ini.
Si siswi tidak putus asa, pulang ke rumah, melakukan puja api homa lagi, berdoa lagi, berseru keras lagi, “Om. Guru. Liansheng. Siddhi Hum. Mahaguru, apakah Anda dengar?”
“Om. Bhagawati Kurukulle. Saya tidak akan menikah dengan orang lain selain dia, ia tidak akan menikahi orang lain selain saya. Apakah Anda dengar?”
Api homa membara-bara.
Yang tak disangka adalah:
Siswa saya ini sangat mencintai wanita (teman wanita) yang sekarang, sedangkan, terhadap teman wanita yang melakukan homa ini, hatinya tidak tersentuh sama sekali.
Bahkan, siswa ini sangat tekun dan rajin menekuni Sadhana Ragavidyaraja, mantranya sudah dihafal dan dijapa jutaan kali.
Di tengah penjelajahan spiritual, saya berunding dengan Bhagawati Kurukulle dan Ragavidyaraja tentang kedua murid saya yang menekuni sadhana homa untuk memohon cinta kasih.
Kami mempelajari 4 poin utama:
1. Sebab akibat karma asmara antara mereka bertiga.
2. Hasil yang bagaimana baru dianggap adil dan setara.
3. Mampukah di bawah Dharmabala, keyakinan tetap dapat ditingkatkan.
4. Mampukah perasaan mereka bertiga tetap dijaga sehingga tidak ada seorang pun yang terluka.
Hasil perundingan adalah:
Bhagawati Kurukulle geleng kepala.
Ragavidyaraja geleng kepala.
Saya geleng kepala.
Ternyata “asmara” tidak pernah berhenti menjerat, tidak dapat diselesaikan, orang yang cenderung mencintai pasti sangat menderita, keinginan memiliki orang yang kita cintai itu kuat, selamanya takkan pernah berhenti bersirkulasi, jika keinginan kita dituruti, maka kita pun bahagia; jika keinginan kita tidak dituruti, maka kita pun marah.
Jawabannya adalah ikuti kehendak alam.
Namun, saya tetap menaruh simpati pada siswi yang melakukan puja api homa tersebut, saya tahu permohonannya tidak terkabul, sekalipun melakukan 100 kali atau lebih, Bhagawati Kurukulle juga tidak mampu membantunya, bahkan saya pun tidak mampu membantunya.
Saya diam-diam berbisik padanya, “Siswi! Anda memohon saya, saya memohon siapa?”
Ia mendengar suara, tidak melihat diri saya, ia memandang sekeliling, kebingungan!
Tetapi, ia tetap tidak mengerti maksud saya.
Saya terpaksa menjelajah spiritual ke tempat lain!
Segala asmara di dunia, semua timbul karena nidana, ada jodoh yang dalam, ada jodoh yang dangkal, ada jodoh yang akan membuahkan hasil, ada jodoh yang tidak membuahkan hasil. Sekalipun berdoa dan puja api, tetap ada pemberkatan Dharmabala, tetapi “karma tetap”, “jodoh tetap” juga sulit sekali diubah.
Saya berkata:
Jika syarat terpenuhi.
Nidana dengan sendirinya akan bertemu.
Jika syarat tidak terpenuhi.
Memaksa pun tidak ada gunanya.
Saya sama sekali tidak bermaksud bahwa sadhana Tantra tidak memiliki Dharmabala, tetapi, kemelekatan ego, pandangan ego, pandangan satkāya-dṛṣṭi, tuntutan hasrat adalah segala Dharma yang berkondisi, “karma tetap” juga sulit diubah.
Saya telah berusaha sekuat tenaga memberitahu si siswi. Berharap semoga ia dapat melepaskan, barulah dapat benar-benar memadamkan api kerisauan.
Suatu hari, orang yang ia cintai telah menikah, mempelai wanita bukan dirinya.
Kebencian alam manusia paling mengerikan, kebencian yang timbul dari lubuk hatinya tidak hanya membenci siswa itu, tetapi juga membenci si mempelai wanita. Bahkan orang tua, saudara, dan semua orang.
Kebencian bisa mengubah segalanya, seketika, etika, moral, kebijaksanaan, agama, kesabaran telah hilang semua, hati selalu penuh kebencian dan ketidakpuasan, ia tidak mungkin memiliki kebahagiaan dan ketenangan apapun.
Ia tidak mampu menyeimbangkan mentalnya--
Membenci Mahaguru tidak menjawab doanya.
Membenci sadhana homa.
Membenci Bhagawati Kurukulle tidak membantunya.
Ia membuang foto Mahaguru dan seluruh Buddha Bodhisattva di altar mandalanya, bahkan tungku homa pun diberikan pada orang lain, semua alat Dharma pun dibuang, jubah yang biasa dikenakannya pun dibakar, ia benci, benci, benci, kebencian yang tak terhingga....
Saya meneteskan air mata pun tidak ada gunanya, tidak mampu menyadarkan hatinya.
Ia menyobek sertifikat bersarana.
Saya merasa malu pada diri saya sendiri, tak disangka saya tidak mampu menolongnya, saya menyalahkan diri sendiri, saya malu, saya tidak mampu, saya sakit hati, tetapi tidak berdaya!
Semua insan memiliki keinginan, sehingga banyak yang bersarana dengan harapan supaya keinginannya terpenuhi, sebenarnya setelah memasuki pintu sarana, kita harus benar-benar dapat mendalami “Dharma Nidana”, orang yang selalu melekat pada keinginan dan tidak dapat melepaskannya, kadang mudah sekali kehilangan keyakinan.
Mari kita semua coba renungkan:
Tidak ada satu benda pun bisa dibawa mati.
Hanya karma mengikuti diri.
Hasrat tidak pernah terpuaskan.
Belajar Buddha berubah jadi belajar Mara.
Setelah memasuki pintu sarana, kita harus membangkitkan Bodhicitta, ke atas berusaha mencapai kebuddhaan, ke bawah menyadarkan insan, kita memohon apapun tanpa niat yang melekat. Dengan kata lain, harus melupakan 3 hal dalam berdana, jangan melekat. Dengan demikian, Bodhicitta yang kita kembangkan barulah tidak akan menyakiti orang lain dan diri sendiri, belajar Buddha dan melatih diri yang sesungguhnya adalah tiada masalah, tiada niat yang melekat, tiada beban, tiada kerisauan, tiada kegelisahan, dan tiada kesedihan.
Menekuni puja api homa dalam ajaran Tantra kita, kita cukup memohon daya pemberkatan dari Buddha Bodhisattva dan para arya serta berusaha dengan sekuat tenaga.
Pada saat bersamaan, kita harus mengerti bahwa kesuksesan dan kegagalan lahiriah di alam manusia sebenarnya merupakan fenomena yang sementara, yang namanya “terbentuk, bertahan, rusak, dan kosong”, “lahir, bertahan, berubah, musnah”, “anitya”, “anatman”, “duka”, “sunya”, semua adalah “nidana” semata. (Asmara adalah nidana semata)
Tujuan kita belajar Buddha adalah:
Menuju kebajikan.
Menuju kesucian.
Menuju terang.
Menuju pembebasan.
Belajar Buddha dan melatih diri adalah belajar kebijaksanaan Moksa (pembebasan) dan kebijaksanaan Bodhi (kebuddhaan), kita harus penuh dengan Dharmasukha, berpuas diri baru bisa selalu bahagia, sehat, sukacita, melihat segala sesuatu di dunia itu indah, selalu bersyukur dalam segala hal, sadhaka mesti menyebarluaskan Dharmasukanya seperti keharuman bunga untuk menggugah insan.
Hidup yang bahagia itu harus menyingkirkan loba, dosa, moha, inilah konsep hidup yang sejati. Iri dan benci itu tidak benar, kita sebagai umat Buddha harus mengerti bahwa Agama Buddha dibangun di atas pandangan benar hukum sebab akibat, yang menjadi korban pertama dari kebencian tetap diri sendiri.
Oh, siswa yang bersarana! Di sini, saya harus memberitahu Anda semua dengan jelas, tahukah Anda hati Mahaguru? Bersarana harus sehati dengan Mahaguru? Tahukah Anda ikrar Mahaguru? Bersarana harus menjalankan ikrar? Tahukah Anda ajaran Dharma Sadhana Tantra Satya Buddha Mahaguru? Bersarana harus mengerti ajaran Dharma? Jangan dipengaruhi oleh “asmara” sendiri.
Saya berharap Tantrika yang melatih Sadhana Homa (puja api), tunjukkan “sepenuh hati mempersembahkan”, “sepenuh hati berdana”, “sepenuh hati bertekun”, “sepenuh hati japa mantra”, “sepenuh hati bersyukur”, “sepenuh hati berlindung”. Bukan memohon, memohon, memohon. ... memohon bagaimana bisa puas?
.
.
Dari buku 166_Catatan Penjelajahan Spiritual yang di tulis oleh Mahaguru Sheng Yen Lu

KEUNGGULAN USNISA VIJAYA MANTRA

*judul asli: Tathagata Usnisa Wijaya Dharani


Seorang pria bernama Zhao Hui datang menanyakan nasib pada saya.

Ketika ia memasuki rumahku, saya merasakan adanya hawa gelap mengambang di atas kepalanya. Dan ada dua makhluk halus mengikuti dirinya pula. Tetapi kedua makhluk halus ini dihentikan oleh Gupala di luar pintu. Mereka menimbulkan suara gaduh di luar.


Zhao Hui duduk di hadapan saya.

Saya menatap wajahnya. Tampak hawa kelabu menutupi wajahnya. Saya merasa prihatin melihat orang ini dari ujung kepala hingga ujung kaki. Kulit, otot, tulang, bahkan tiga masa kehidupan, tidak memperlihatkan satu kebajikan pun. Bagaimana baiknya?

Zhao Hui bertanya, “Bagaimana nasib saya?”

Saya menjawab, “Terus terang, mengenai nasib kehidupan Anda, saya tidak berani mengatakannya.”

“Tidak masalah, mohon katakan apa adanya.”

Saya berkata, “Orang tua meninggal ketika Anda masih kecil. Anda dibesarkan oleh sanak saudara.”

“Betul. Sial, tepat sekali!”

“Kehidupan masa kecil Anda susah, putus sekolah, kerja tidak menetap, berkelahi, dan pernah direhabilitasi.”

“Betul.”

“Apakah Anda masih bergaul dengan gangster?” saya bertanya.

Zhao Hui menganggukkan kepala.

Pembicaraan saya sampai di sini. Saya tidak bermaksud melanjutkannya lagi. Sebab saya tahu, orang seperti Zhao Hui dapat digambarkan dalam bahasa modern: sampah masyarakat. Karena ia tidak pernah melakukan hal yang positif dalam kehidupannya. Seluruh hidupnya hanya berkeluyuran, bejat, tak senonoh, mabuk-mabukan, berzinah, berjudi. Bahkan memakai narkoba, mencuri, merampok, dan menipu.

Zhao Hui bertanya pada saya, “Kapan saya bisa jaya?”

Saya tertawa getir di dalam hati, “Harus menunggu!”

“Sampai kapan?”

“Saya tidak tahu.”

Zhao Hui agak marah, “Katanya Anda peramal ulung, tahu segala-galanya. Sekarang giliran meramal saya, mana boleh berkata tidak tahu. Awas! Sekarang saya bertanya, sudah kenyang makan?”

“Maaf, sejujurnya adalah, nasib Anda cukup sulit untuk diramalkan.”

“Sejelek apapun juga ada nasib. Cepat katakan, jangan membuat saya marah, kalau tidak saya akan membuat Anda lenyap dari muka bumi!”

Ini merupakan ancaman! Saya berkata, “Zhao Hui, jika saya menolong Anda, apakah Anda dengar perkataan saya?”

“Dengar, meskipun gelandangan, saya masih menjunjung tinggi budi pekerti.”

Saya berkata, “Saya ingin membantu Anda mengubah nasib. Pada dasarnya, nasib Anda sangat kelabu, seumur hidup dikuatirkan tidak bakal meraih keberhasilan. Hanya dengan mengubah nasiblah Anda bisa menjadi jaya. Jika Anda patuh pada perkataan saya, saya akan bantu Anda mengubahnya!”

“Jangan bertele-tele! Cepat katakan!”

Saya berkata, “Ada dua makhluk halus menyertai diri Anda. Jika mereka tidak pergi, Anda tidak akan menempuh hari baik. Dari mana asal-usul mereka?”

“Dua makhluk halus?” Zhao Hui kebingungan.

“Anda pernah membunuh orang?” saya bertanya.

“Malah tidak, pernah mengancam akan membunuh orang, tapi kenyataannya hanya melukai, tidak sungguh-sungguh membunuh.”

“Coba Anda ingat-ingat, jika tidak membunuh orang, mereka datang dari mana? Anda pernah menyakiti makhluk halus sebelumnya?”

Zhao Hui menggaruk kepala, lalu berseru, “Sial! Begini, saya pernah merampok isi kuburan, dua kali. Apakah merampok kuburan akan menyakiti makhluk halus?”

Saya menjawab, “Tentu saja.”

“Sial! Saya hanya mencuri barang-barang yang dikubur, toh tidak melukainya. Untuk apa mereka mengikuti saya?”

“Merampok kuburan itu melanggar hukum. Lagi pula mana mungkin mendiang itu tidak marah kalau kuburannya digali? Kedua makhluk halus ini mengikuti Anda, Anda setiap saat pun bisa celaka!”

“Lalu bagaimana?” tanya Zhao Hui.

Pada saat itu saya berpikir, saya mesti mengajarinya sebuah mantra yang dapat mengubah jalan hidupnya. Tapi bagaimana menyelesaikan karma yang ditimbulkannya?

Berdana - memperoleh berkah.

Kikir - menderita kemiskinan.

Satwamocana - menjadi panjang usia.

Membunuh - memperpendek usia.

Saya tahu bahwa Buddhadharma tiada tara dan menakjubkan. Mantra Tantrayana bagaikan ratna manikam, mampu mengabulkan segala doa bajik untuk mencapai keberhasilan.

Tapi, apakah Zhao Hui layak mendapatkan ratna manikam?

Saya mengamati tiga masa kehidupan Zhao Hui. la pernah menjadi pejagal babi pada suatu masa kehidupan. Pernah pula berbisnis prostitusi pada suatu masa kehidupan yang lain. Di kehidupan sekarang ini, selain mencuri, yah merampok. Sungguh boleh dikata tidak ada akar kebajikan sama sekali.

Saya bertanya pada Zhao Hui, “Pernahkah Anda berbuat kebajikan?”

“Kebajikan?” Zhao Hui menggeleng-gelengkan kepala.

“Tidak membunuh, tidak mencuri, tidak berzinah, tidak berdusta, tidak omong kosong, tidak gosip, tidak menghina, tidak serakah, tidak marah, tidak bersikap bodoh. Ini adalah Dasa Kusala.”

“Hah, tidak ada kejahatan yang tidak saya lakukan!”

“Coba dipikirkan lagi, adakah satu kebajikan yang pernah Anda lakukan?” Saya tidak mungkin begitu saja mengajarkan ajaran Tantrayana yang berharga kepada seorang bajingan yang bejat.

Zhao Hui cukup lama berpikir, lalu berkata, “Suatu kali, ketika mencuri barang-barang milik sebuah vihara. Sasaran saya adalah kotak dana yang berisi lembaran uang tunai dalam jumlah yang banyak. Saya telah menggasak kotak dana itu seutuhnya. Percuma mereka menggemboknya. Ketika itu saya sekalian mengambil lukisan di dinding. Sampai di rumah saya perhatikan, ternyata gambar rupang Buddha Sakyamuni. Begitu tahu itu cuma gambar rupang Buddha, ingin rasanya membuang ke dalam tong sampah. Sial! Berapa sih nilai sebuah gambar rupang, buang sajalah. Tapi saya berpikir pula, gambar rupang Buddha ini lumayan indah, sehingga saya menggelarnya di tembok. Saya sempat menatapi gambar rupang Buddha sambil beranjali. Apakah ini termasuk perbuatan baik?”

“Oh?” saya membisu.

Gambar rupang Buddha hasil curian digelar di tembok termasuk perbuatan baik? Saya sendiri menjadi bingung.

Zhao Hui berkata, “Saya pernah berbuat kebajikan besar. He-he!”

“Kebajikan besar apa?” saya terheran.

“Saya menemui Anda, ini ‘kan kebajikan besar!”

“Oh!” saya kembali membisu.

Saya berkata pada Zhao Hui, “Setiap makhluk hidup pada dasarnya berhati mulia, murni bagaikan bulan purnama. Sekalipun makhluk preta di tiga alam samsara, asalkan menjapa mantra tiga kali, semuanya akan memperoleh Sadhana Tantra lalu terbebas dari semua ikatan karma buruk dan mendapatkan pahala. Jika saya mengajari Anda mantra, jalan hidup Anda pasti berubah dan akan mencapai hasil gemilang!”

Zhao Hui sangat girang, “Cepat! Cepat!”

Saya mengajarkan Tathagata Usnisa Wijaya Dharani pada Zhao Hui:

Om. A mi li da. De ka. Fa di. Suo ha.” (mantra hati) (dibaca: Om A mi li ta  Te ka  Fa ti  So ha)

Saya mengeluarkan kitab Sutra Tathagatha Usnisa Wijaya Dharani dan memperlihatkannya pada Zhao Hui. Dalam sutra tersebut tertulis: Sang Buddha berkata pada Dewa Indra, dharani ini disebut Tathagatha Usnisa Wijaya Dharani Pembasmi Segenap Alam Samsara, mampu menghapus semua karma buruk dan melenyapkan semua penderitaan dari jalan kejahatan. Dharani ini diumumkan bersama oleh para Buddha sebanyak delapan puluh delapan koti butir pasir Sungai Gangga. Semua Buddha menerima dengan gembira dan dikukuhkan dengan Lencana Prajna Vairocana Tathagatha. Jika seseorang dalam sesaat mendengarkan dharani ini, ia tidak akan menerima buah karma buruknya serta penderitaan yang bertumpu selama ribuan kalpa yang lalu yang mengakibatkan dirinya terjerumus dalam sirkulasi samsara di alam neraka, alam preta, dan alam hewan ..., tak akan menerima hukuman berat dan segera terlahir di Buddhaloka sebagai calon Bodhisattva dan menemui para Buddha dan Bodhisattva.

Saya mengajari Zhao Hui, “Ambillah segenggam tanah. Japalah dharani ini sebanyak 21 kali. Taburkanlah pada orang yang meninggal, maka arwahnya akan naik ke alam dewa.”

Begitu Zhao Hui mendengarkan hal ini, ia segera melakukannya.

Saya mengajak Zhao Hui ke luar rumah. Zhao Hui menaburkan dua genggam tanah ke arah yang saya tunjuk. Terdengar suara gemuruh! Kedua makhluk halus tadi segera lenyap dan naik ke alam dewa! Begitu dua makhluk halus itu lenyap, hawa gelap di tubuh Zhao Hui perlahan-Iahan menghilang.

Tathagatha Usnisa Wijaya Dharani menyatakan, “Orang yang menjapa dharani ini, semua karmanya dari ratusan kalpa akan lenyap, akan terbebas dari penyakit parah dan memperoleh kedamaian serta panjang usia, dapat berubah jalan hidup. Sewaktu meninggal, akan terlahir di berbagai Buddhaloka.”

Saya mengajarkan Zhao Hui Mudra Wijaya, juga mengajarkan cara bervisualisasi saat menjapa mantra, yaitu bervisualisasi hati sendiri berubah menjadi cakra chandra, di atas cakra chandra terdapat aksara Sansekerta Kang  berwarna putih memancarkan cahaya menerangi semua makhluk hidup. Orang yang terkena pancaran cahaya ini, karmanya akan lenyap, lahir batin terasa teduh, dan akan memperoleh mahaprajna.



Zhao Hui memperoleh ilham.

Sejak ia mendapatkan Tathagatha Usnisa Wijaya Dharani, ia amat tekun menjapanya. “Ambillah segenggam tanah, japalah dharani ini sebanyak 21 kali. Taburkanlah pada orang yang meninggal, maka arwahnya akan naik ke alam dewa!” Hal ini sungguh mengagumkan. Zhao Hui tidak memberitahu hal ini pada siapa pun. la sepenuh hati menjapa mantra ini tanpa henti. Setiap malam ia mengunjungi tanah kuburan untuk menaburkan tanah yang diberkati mantra ke setiap kuburan yang ditemuinya, baik yang pernah ia kenal maupun tidak, semuanya ditaburi. Demikianlah upaya ini ditekuni oleh Zhao Hui. Ia merasa hal ini sangat berarti.

Usai menaburkan tanah di satu tanah kuburan, ia meneruskan lagi ke tanah kuburan yang lain. Jejak kaki Zhao Hui membekas di banyak tanah kuburan.

Suatu ketika saya kembali melihat Zhao Hui. Sungguh mengejutkan, di sekeliling tubuhnya penuh dikerumuni makhluk halus. Tapi mereka bukanlah arwah penagih hutang, melainkan makhluk halus yang bijak. Zhao Hui disanjung oleh segerombolan makhluk halus.

Saya berkata, “Anda telah berteman dengan makhluk halus.”

Zhao Hui menjawab, “Hanya kebajikan inilah yang dapat saya lakukan!”

Air muka Zhao Hui tampak berubah. Hawa gelap telah menghilang. Wajahnya penuh dengan cahaya putih dan cahaya merah. la terlihat puas dan bangga. Sesungguhnya, jalan hidup Zhao Hui telah berangsur- angsur membaik.

Dulu kesehatannya kurang baik, setelah menjapa mantra, seakan lebih bertenaga, daya tahan tubuhnya semakin kuat (sebenarnya ini dibantu oleh makhluk halus yang bijak). Penyakit yang diderita sebelumnya membaik sendiri tanpa diobati.

Tadinya Zhao Hui memiliki wilayah kekuasaan dan menarik uang pungli dari pedagang kecil tempat ia bermukim. Usaha para pedagang di sana lumayan, sehingga jumlah uang pungli juga tidak sedikit. Zhao Hui tidak serakah, malah mengembalikan uang pungli pada para pedagang. Oleh karena itu, mereka semakin menghormatinya.

Orang tua angkatnya meninggal dunia dan mewariskan sejumlah uang untuknya. Dengan uang tersebut, ia memulai usaha restoran. Tak diduga, usaha restorannya bertumbuh jaya. Ia investasi lagi di bidang yang lain, ternyata setiap investasinya sukses. Kini ia telah menjadi orang kaya.

la menikah dan memperoleh seorang putra. la menjadi ketua RT, ketua RW, kepala desa. Sekarang ia menjadi anggota DPRD tingkat II (banyak orang respek pada Zhao Hui, sesungguhnya adalah banyak makhluk halus menaruh respek pada Zhao Hui yang menjadi anggota DPRD tingkat II).



Zhao Hui memberitahu saya satu hal, “Wijaya Dharani juga dapat melindungi diri!”

Zhao Hui mengatakan, suatu ketika seorang kandidat menyewa pembunuh hendak melenyapkan nyawanya. Jarak si pembunuh sangat dekat. Pembunuh menodongkan pistol ke dadanya.

Zhao Hui kewalahan, segera menjapa mantra, “Om. A mi Ii da. De ka. Fa di. Suo ha..”

Si pembunuh menarik pelatuk pistol. Zhao Hui mengira dirinya pasti mati. Tak disangka, “Klek!” peluru pistol macet. Si pembunuh bergumam, “Sial, ada setan!”

Si pembunuh kabur tunggang-Ianggang.

Zhao Hui berkata, “Ini hanyalah salah satu kasus selamat dari marabahaya. Masih banyak kejadian mukjizat semacam ini, selalu mampu mengatasi kondisi pada saat-saat kritis, sungguh sulit dipercaya!”

Saya melihat semakin banyak makhluk halus bijak yang mengerumuni dirinya. Semuanya datang membantu. Kemungkinan besar ia dari anggota DPRD tingkat II akan segera menjadi anggota DPRD tingkat I dan berlanjut menjadi anggota DPR.

Tertulis sebait gatha:
     Memberkati tanah dengan mantra
     Menaburi arwah berupa sadhana
     Saat jalan hidup telah buntu
     Ternyata muncul kehidupan baru.



:: OM GURU LIANSHENG SIDDHI HUM 
.

Dikutip dari buku 148_Daya Magis Mantra.


Catatan: Di FB Sdr. 
Narayana Khoe menuliskan: Mantera pendek nya...Om Amrta Tejavati Souha....

Sabtu, 16 Mei 2020

GURU TIDAK MARAH (kelapangan hati seorang mahaguru)


Kepribadian saya sangat aneh, saya bisa merindukan siswa lama, walaupun siswa saya makin lama makin banyak, namun, siswa yang meninggalkan saya juga ada.

Dunia ini memang demikian:
Yang berjodoh, berkumpul.
Yang tidak berjodoh, berpisah.

Berkumpul dan berpisah juga berada di dalam ketidakkekalan.
Saya sering berkata, “Siswa seperti air mengalir, datang dan pergi, ini sangat alami. Namun, saya selalu memberikan restu.”

Saya tidak marah.
Karena saya mengerti ini.
Segala hal itu anitya!
Segala dharma itu anatman!
Nirvana!
Saya memiliki:
Pandangan samata.
Pandangan sempurna.

*
Dalam suatu pameran, saya melihat seorang siswa lama. Hati saya sangat senang.
Ia belajar Fengshui Aliran Qingcheng dari saya.
Kemudian, ia menjadi pembicara fengshui.
Saya senang sekali melihatnya, lalu menghampiri dan menyapanya, “Hei! Apa kabar! Lama tak jumpa!”
Begitu ia melihat saya.
Kedua matanya berbalik menengok ke atas, acuh tak acuh.
Saya berkata, “Apa kabarmu akhir-akhir ini?”
Ia langsung menoleh, bicara dengan temannya, membuat saya canggung.
Saya bertanya, “Apakah Anda tidak mengenaliku?”
Ia mendengus.
Melontarkan satu kalimat, “Musuh bebuyutan!”
Lalu pergi meninggalkan saya dengan langkah besar!
Saya berdiri tertegun di tempat semula, hati saya pedih, namun, langsung berganti menjadi sehampar keheningan.
Saya diam-diam merestuinya, “Lancar, mujur sesuai kehendak.”
“Sehat, panjang umur.”
“Berhasil dalam melatih diri.”

*
Sejak saya memahami hati dan menyaksikan Buddhata, seluruh pandangan hidup saya berubah total.
Saya tidak punya musuh.
Saya tidak punya benci.
Saya tidak punya dendam.

(Pandangan kesetaraan antara kawan dan lawan)
Ikrar saya adalah, “Tidak mengabaikan satu insan pun.”
Hati saya, ibarat langit cerah tanpa awan, sehampar sinar biru, kosong melompong, ego tidak ada lagi, segalanya demi kebaikan orang lain.

Saya merindukan siswa lama.

Sajak:
Bunga musim semi dan rumput musim gugur
Berapa lama hidup ini
Semegah apapun hidup ini
Setiap manusia sama-sama menjadi tua
Cinta dan benci tetap harus disingkirkan
Cinta juga disingkirkan
Benci juga disingkirkan
Segalanya alami
Saya diam-diam merestui
Apakah Anda tahu?


*
:: MG Lu, sungguh agung dan mulia hatimu

MAHA PETAKA (penulisan kisah porno yang mengapuskan segala keberkahan)




Suatu hari, seorang novelis ternama Xie Run datang berkunjung.

Xie Run tahu saya setiap hari menulis buku tanpa berhenti dan telah menulis buku lebih dari seratus jilid. Ia merasa kagum. Dan, saya juga tahu Xie Run adalah seorang penulis yang berpotensi, karyanya berbobot, bukan kelas sembarangan. Saya juga sangat respek padanya. Penulis yang demikian datang menemui saya, tentu saya merasa tersanjung.

Xie Run bertanya pada saya, "Dharmaraja Lian Sheng, saya dengar Anda bisa berhubungan dengan alam halus?"

"Lumayan."

"Bisakah bantu saya menanyakan sesuatu?"

Saya jadi tertawa, "Penampilan Anda hebat, terkenal di mancanegara, berwawasan luas, masih adakah hal yang perlu dipertanyakan?"

Dengan nada serius, Xie Run berkata, "Anda benar, seumur hidup saya tidak pernah percaya pada alam halus, juga tidak percaya hal supranatural. Terhadap hasil karya Anda, saya pernah mencemoohkannya. Tetapi hal itu sudah berlalu, mohon Anda tidak tersinggung. Tahun ini usia saya enam puluh empat tahun. Sepanjang hidup saya ini, soal kepintaran saya tidak ketinggalan dari orang lain, soal kemampuan saya tidak kalah dari orang lain. Namun, di kalangan pendidikan saya tidak pernah memperoleh jabatan tinggi, begitu pula di instansi pemerintah. Pernah ada beberapa kesempatan baik, juga pupus. Anda lihat saya ini penulis ternama, sebenarnya cita-cita saya tak pernah tercapai, selalu dikesampingkan orang lain."

"Sungguh demikiankah?" saya tercengang.

"Anda lihat saya ini orang terkenal," kata Xie Run, "Sesungguhnya uang tak punya, jabatan pun tak ada, rumah tangga pun hancur berantakan, rumah pun tidak ada. Fisik saya sudah tidak sesehat dulu lagi, seumur hidup ini hanya memiliki beberapa buku kusam saja. Kesulitan selalu datang mencekam, seolah-olah ada sebuah tangan yang tidak tampak telah menepis segala harta dan kedudukan saya. Kiranya di alam ini ada suatu kekuatan yang mengendalikan takdir. Saya tidak mengerti mengapa demikian, mohon Anda sudi membatu saya cari tahu."

"Baiklah!" jawabku.

Di hadapan Xie Run, saya memejamkan kedua mata. Batin saya berdoa pada Tri Adinata, yaitu Maha Dewi Yaochi, Amitabha Buddha, dan Ksitigarbha Bodhisattva.

Seseorang bernama Xie Run, hendak mengetahui karma baik-buruknya. Melalui kemahiran meramal, kemuliaan Margah, mohon segera memberi petunjuk. Menepis rintangan kabut, memperoleh jawaban. Demikian amanat ini.

Saat itu, di depan mata saya sekonyong-konyong tampak cahaya putih berkilauan. Di tengah cahaya putih terdapat sebuah lubang, seorang bocah berpakaian warna hijau muncul dengant tangan memegang sebuah buku daftar nama.

Di atas buku daftar nama dengan jelas tertera nama Xie Run. Si bocah membuka kitab daftar nama dan memperlihatkannya padaku. Saya terperanjat melihat isi kitab tersebut....

Rupanya Xie Run memiliki jatah sebagai pejabat. Di perguruan tinggi tidak hanya sebagai dosen, mestinya bisa menjabat sebagai dekan, bahkan akan dipekerjakan pada bagian eksekutif di instansi pemerintah. Memiliki harta dan kedudukan, berumah tangga yang harmonis.

Kesehatannya sangat baik, usianya bertahan hingga delapan puluh sembilan tahun.

Karakter Xie Run sangat bersetia-kawan dan berbudi luhur.

Lantas, mengapa bisa begini?

Di akhir catatan terdapat beberapa kalimat yang hurufnya sangat kecil. Rupanya ketika Xie Run masih muda, demi honor karangan yang tidak seberapa yang ditawarkan oleh pihak penerbit, secara tidak serius ia telah menuliskan buku cerita porno sebanyak enam jilid, bentuknya tipis dan hasil cetakannya kasar. Cara penulisannya blak-blakan, penuh desahan porno. Tulisan yang tak bertanggungjawab.

Hanya dikarenakan enam buku cabul itulah kajayaan hidup yang bakal dimiliki oleh Xie Run terhapus semua.

Kini, semuanya tampak jelas. Saya membukakan mata, lalu bertanya, "Sewaktu masih muda, apa yang Anda lakukan?"

"Sekolah, selalu juara satu."

"Apakah menulis naskah?"

"Ya, terbit di surat kabar."

"Menerbitkan buku?"

"Waktu itu belum."

"Saya katakan sudah," saya menegaskan, "yang tipis, cerita porno." saya berterus-terang.

Dengan mulut menganga tampak wajah Xie Run mulai memerah. Dari raut mukanya mencerminkan ia tak dapat percaya.

"Oh! Anda mengetahui juga, memang ada, memang ada."

"Enam buku?"

"Betul, enam buku." Xie Run menganggukkan kepala.

"Enam buku cabul inilah yang telah merampas segala kemewahan hidup Anda, yang tak henti-henti pula telah mencelakai Anda. Hari ini kalau bukan berkat pahala yang telah Anda himpun pada kelahiran yang lampau, nyawa Anda pun sudah tak terjamin."

Xie Run amat terkejut, "Sungguh demikian parahkah?"

"Buku cabul dapat menggoyahkan cita-cita seseorang, mengajak orang memasuki jalan yang sesat, merusak moral dan akhlak bagi pria dan wanita yang membacanya!" tuturku.

Saya katakan:
Hanya alam hewan tak mengenal ikatan suami-istri.
Tak tahu budaya malu dalam hal birahi
Selaku manusia hendaknya bermoral tinggi
Kalau tidak, tiada beda dengan hewan
Berzinah adalah pangkal dari segala dosa
Jauhi semua ini bila ingin menapaki jalan sadhana.

Saya lanjut berkata, "Kita manusia lahir dari nafsu birahi, setiap manusia mempunyai akar nafsu birahi, sehingga kebiasaan buruk ini susah dihilangkan. Menurut hukum karma, manusia lahir dari nafsu birahi, akan mati karena nafsu birahi pula. Oleh karena itu, bagi yang memahami ini semua, hendaknya membatasi diri dalam perbuatan yang berkaitan dengan nafsu rendah. Manfaatnya adalah tubuh sehat, umur panjang, berprestasi, dan bintang sejahtera selalu menyinari. Sebaliknya, menambah keserakahan orang dalam hal demikian, tentu dirinya akan kehilangan segala-galanya, Dewa Murka akan menghampiri dirinya."

Setelah mendengarkan hal ini, Xie Run menganggukkan kepala, "Bagaimana dengan suami-istri?"

"Hubungan intim suami-istri juga tidak boleh di luar batas. Pokoknya mesti membatasi diri, kalau tidak akan memperpendek usia."

Xie Run bertanya, "Kesalahan saya ini telah telanjur, bagaimana pertobatannya?"

Saya menjawab, "Setahu saya, orang yang menulis buku cerita porno dan menggambar ataupun mengukir gambaran porno, rintangan karmanya baru selesai bila hasil karya itu sendiri sudah lenyap dari peredaran. kalau tidak, karma buruk akan selalu menyertai dirinya!"

Xie Run sangat ketakutan, "Begitu parahkah?"

"Memang," saya berkata, "Andai kata keenam buku cabul ini terus beredar, pengaruhnya tentu masih berkepanjangan. Coba pikir, bagaimana mungkin karma buruk bisa lenyap?"

"Saya menulis buku ini hanya iseng dan gara-gara tertarik pada honor saja, tak disangka malah mengundang maha petaka yang demikian parah. Sekarang bagaimana?"

Saya beritahu Xie Run, "Kelihatannya hanya ada dua cara. Kesatu, tulislah buku bermuatan moral yang menyadarkan orang agar jangan berzinah. Kedua, begitu melihat buku cabul, langsung dibakar."

"Ini bagus sekali!" jawab Xie Run. Lalu, ia pergi dengan perasaan bahagia.

Belakangan, Xie Run mengirimkan sepucuk surat mengucapkan terima kasih pada saya. Dalam surat ia mengagumi akurasi saya meramal, di samping itu, ia juga sudah mulai percaya dan memuja Buddha, tidak berani lagi berkomentar bahwa hukum karma itu sesuatu yang takhayul.

Untnuk membuktikan kebenaran ramalan saya, ia malah mengirimkan saya keenam buku cabul itu. Rupanya ia masih menyimpan naskah aslinya dengan nama samaran penulis Yin Gen (akar birahi). Judul buku antara lain: Kesenangan dalam Kesenangan, Kebahagiaan Bersenggama, Nyonya Komisaris....

Saya teringat semasa masih remaja, rasanya pernah melihat buku-buku semacam ini dipajang bebas di toko loak pasar malam yang terletak di jalan Liu He, gang II, Kaoshiung. Buku-buku ini sungguh telah membejatkan moralitas kawula remaja.

Xie Run berpesan agar saya mewakili dirinya membakar habis enam buku cabul tersebut untuk menyatakan tobat.

Saya kabulkan permintaannya.

Demikian sebait gatha sebagai catatan:
Orang cabul tidak bangun dari mimpi
Selalu terhanyut dalam nafsu birahi
Malapetaka akan tiba suatu saat nanti
Hendaknya sabar bahwa sunya itu bersifat sejati



Sumber : buku ke-145_Batin Teduh Seketika
http://tbsn.org/indonesia/newsClass.php?cid=23

Minggu, 28 Juli 2019

JAPAMALA (TASBIH) MILIK KAKEK



Dulu saya membantu orang mengamati geomancy (mengamati fengshui tanah), bukan hanya yang fisik, juga melihat yang metafisik. Yang metafisik adalah makhluk halus.
Berikut ini saya akan menceritakan sebuah misteri:
Saya pernah mendatangi rumah seorang hartawan terkenal di Kota Kaohsiung untuk mengamati fengshui rumahnya. Begitu memasuki rumah, saya menemukan rumahnya penuh dengan makhluk halus, semuanya datang untuk menagih utang. Saya langsung mengetahui bahwa bisnis hartawan ini akan gagal, akan runyam, ekonominya akan bangkrut.
Ternyata tak lama kemudian, ia pailit total.
Pernah lagi suatu kali saya mendatangi rumah seseorang yang miskin untuk mengamati fengshui. Ia tinggal di rumah petak desa. Saya melihat banyak sekali makhluk halus bagaikan semut yang memadati rumahnya. Makhluk-makhluk halus ini memanggul karung-karung serbuk emas ke dalam rumah petak.
Makhluk-makhluk halus ini sungguh bagaikan semut, satu per satu berbaris mengantar serbuk emas ke dalam rumah petak.
Saya tahu bahwa pemilik rumah ini akan menjadi jaya.

Akhirnya ternyata pemilik rumah ini menjadi kaya raya dan terkenal. Ia menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat, perusahaan yang digelutinya terus menuju kejayaan. Ia menjadi orang kaya raya di negerinya.
Biasanya ada dua kemungkinan kala saya mengamati seseorang; apabila di sekeliling orang tersebut banyak makhluk miskin penagih utang, maka dirinya pasti akan jatuh miskin. Apabila di sekeliling orang itu banyak Dewa Rejeki yang menyertainya, maka dirinya pasti akan makmur.
Oleh karena itu, bagaimanapun juga semuanya tidak terlepas dari peranan makhluk halus, semuanya adalah ulah dari makhluk yang metafisik.

Suatu ketika, saya pergi makan malam di pasar malam yang letaknya di depan sebuah kuil. Di depan kuil ada sebidang tanah kosong, ada sebuah warung kecil di sana. Warung kecil ini menyediakan empat macam menu, yang pertama adalah sup ramuan obat, yang kedua adalah mie, yang ketiga adalah chiongfan, dan yang keempat adalah sayur rebus.
Di sekeliling warung kecil ini tersedia banyak meja dan kursi, semuanya dipenuhi pengunjung. Sedemikian banyaknya pengunjung, bagaikan kawanan semut merebut biskuit besar.
Alangkah kagetnya begitu saya membukakan mata batin untuk melihat. Ternyata selain dikunjungi oleh ratusan pelanggan, tempat ini juga dipenuhi oleh ratusan makhluk halus. Para makhluk inilah yang menarik para tamu untuk makan di sana.
Makhluk halus menarik pengunjung, pengunjung mau tak mau menuruti. Dan kenyataannya menu sup ramuan obat warung kecil ini memang terkenal di mana-mana, rasanya sedap. Setiap malam pengunjung datang berhamburan mencicipinya.
Usaha ini bila diteruskan akan meraup keuntungan yang berlimpah-limpah, bagaikan keran air yang tak pernah berhenti mengalir.
Ada yang berkata bahwa pemilik warung kecil ini setiap malam pulang ke rumah menghitung uang sambil tertawa terbahak-bahak!

Ada yang berkata bahwa pemilik warung kecil ini telah memiliki beberapa unit gedung bertingkat, sudah menjadi hartawan yang jumlah kekayaannya sudah memasuki digit milyaran!

Oleh sebab itu, saya sengaja mengamati garis wajah pemilik warung kecil ini. Raut muka pemilik warung ini gelap dan kelabu, hidung mancung ke dalam, mulut monyong, mata sipit, muka kurus kempot. Tampaknya sama sekali tidak seperti wajah orang kaya, malah lebih mirip gelandangan yang tua bangka.

Saya merasa pak tua ini ‘tak ada apa-apanya’! Tetapi, pak tua ini bisa kaya, sungguh aneh! Bukan hanya jaya, bahkan banyak sekali makhluk halus berada di sekeliling pak tua ini menarik pengunjung serta membantunya mencuci piring dan membersihkan meja. Ini sungguh mengherankan!

Saya curiga pak tua ini mungkin memelihara tuyul, dan semua makhluk halus ini merupakan peliharaannya. Tapi kelihatannya bukan begitu, meskipun wajah pak tua ini tidak mendukung, di tubuhnya tidak dihinggapi hawa gelap.

Saya mengamati tanah dan warung kecil ini dari jauh. Di atas tanah ini menampakkan garis-garis sinar merah yang halus, diam-diam diselimuti awan merah. Saya kira, mungkin karena fengshui tanah ini bagus sehingga membuat warung kecil ini semakin jaya.

Namun, tidak demikian pula halnya dengan warung-warung lain di sana, usaha mereka sepi, hanya cukup untuk kebutuhan sesuap nasi saja.

Kasus ini membuat saya sangat penasaran!
*
Suatu hari, seseorang datang antri untuk berkonsultasi. Ia minta diberikan sebuah nama untuk cucunya. Begitu saya menengadahkan kepala, kebetulan sekali, ternyata pak tua si pemilik warung kecil itu.

Saya berkata, “Dagangan Anda sungguh laris!”

Dengan sangat rendah hati, ia menjawab, “Ah, tidak!”

“Mengapa dagangan Anda bisa demikian laris?” saya penasaran.

“Nasib baik,” ia menampakkan dua baris gigi yang hitam.

“Tak mungkin hanya sekedar nasib baik!” ujarku.
“Bagaimana kalau Anda membantu saya meramal?” ia memohon.

Ia menuliskan sebuah nama, data kelahiran, dan alamat.

Begitu saya mengamati, langsung terdengar alunan suara mantra yang membentang di langit dan bumi, semerbak kayu cendana sepoi-sepoi merebak di udara, sinar terang melingkar-lingkar. Saya melihat di tengah-tengah lingkaran sinar terang terdapat banyak sosok Dewa Rejeki. Hal ini sungguh mengherankan!
Saya berkata, “Anda bisa menjapa mantra!”

“Tidak bisa.” Pak tua yang bernama Pan Ji ini menjawab apa adanya.

“Saya terdengar suara mantra, tercium wewangian kayu cendana, terlihat Dewa Rejeki menyertai Anda.”

“Tidak mungkin!”

Saya selama ini cukup banyak membantu orang melalui konsultasi, amat manjur, semua yang saya ucapkan itu tepat adanya, jarang ada orang di depan saya menjawab dengan dua kata ‘tak mungkin’. Mata dewa dan telinga dewa saya tidak mungkin keliru. Kalau keliru, pasti ada sebab-sebab lain, dan saya juga bisa menemukan faktor penyebab kekeliruan tersebut.

Saya bertanya, “Di keluarga Anda, siapa yang bisa menjapa mantra?”

“Istri dan anak semuanya tidak bisa,” jawab Pan Ji.

“Selain itu masih ada siapa lagi?” saya lanjut bertanya.

“Yang sudah almarhum termasuk tidak?”

“Termasuk.”

Pan Ji berkata, “Di dalam keluarga kami, hanya Kakek saya, Almarhum Pan Li, yang bisa menjapa mantra. Semasa hidupnya ia sangat menghormati Dewa Bumi. Ia pernah membangun sebuah kuil Dewa Bumi, dan menjabat sebagai pengurus kuil tersebut. Suatu ketika, seorang bhiksu menghadiahkan seuntai japamala kepada Kakek, juga mengajari Kakek menjapa Mantra Dewa Bumi. Sejak itu Kakek sepanjang hidup menjapa Mantra Dewa Bumi dengan japamala tersebut, sampai-sampai japamalanya menjadi hitam memancarkan cahaya kelam.”

“Di manakah japamala Kakek?” Kiranya saya telah mendapatkan jawabannya.

“Kakek memberikannya pada Ayah, lalu Ayah memberikannya pada saya. Tetapi saya tidak tahu lagi di mana saya taruh, saya mesti bertanya pada istri di rumah.”

Pan Ji pulang bertanya pada istri.
Istrinya menjawab, “Japamala itu dilingkarkan di sebuah pokok tersembunyi di warung, terselip di sela-sela, tidak ada orang yang tahu!”

Pan Ji memeriksa di tempat yang dimaksud, ternyata ada.
Pan Ji memperlihatkan japamala yang hitam kelam itu pada saya.
Pan Ji tidak mengerti betapa berharganya japamala tersebut.

Saya memberitahu Pan Ji, “Kakek Anda, Pan Li, meskipun hanya menjapa Mantra Dewa Bumi, menghormati Dewa Bumi, mengagumi Dewa Bumi, itu saja sudah bisa memperoleh perlindungan dari Dewa Bumi.”

Mantra Dewa Bumi adalah "
Na mo san man duo, mu duo nan. Om, du lu, du lu di wei, suo ha".

Mantra ini harus dibaca sebelum kita membaca sutra. Maksudnya adalah untuk mengundang kehadiran empat penjuru Dewa Bumi melindungi pembacaan sutra.

Pan Li sepanjang hidup menjapa mantra ini, dengan sepenuh hati menghormati, tentu akan mengundang segenap Dewa Bumi datang melindungi dirinya. Mantra ini bukanlah mantra dari Buddha, Bodhisattva, ataupun Vajrasattva. Juga bukanlah mantra agung. Namun, janganlah menganggap remeh, sebab mantra ini juga mengandung kekuatan yang menakjubkan.
Apabila seseorang mengalami gangguan dari makhluk halus, japalah mantra ini, maka makhluk halus akan mundur. Malah akan memperoleh respek dari makhluk halus.
Apabila seseorang menderita berbagai macam penyakit, japalah mantra ini, maka semua penyakit akan lenyap hingga sembuh total, tubuh senantiasa sehat walafiat.
Dulu saya pernah mengajari orang menjapa mantra ini. Mantra ini sangat efektif untuk penyakit kulit, antara lain penyakit kutu air, kudis, panu, campak kering, dan lain-lain. Banyak orang yang berpenyakit kulit telah sembuh, sebab mantra ini mengundang kehadiran Dewa Bumi yang mampu melenyapkan kuman pada kulit si penderita.
Apabila seseorang dengan sepenuh hati menjapa mantra ini, menaati Pancasila Buddhis (Lima Sila, yaitu tidak membunuh, tidak mencuri, tidak berdusta, dan tidak mabuk-mabukan) dan menjalani Dasa Kusala Karma (Sepuluh perbuatan baik, yaitu tidak membunuh, tidak mencuri, tidak berzinah, tidak berdusta, tidak memfitnah, tidak berbicara kasar, tidak berucap yang tidak perlu, tidak lobha, tidak berniat jahat, berpandangan benar), kelak ia tidak akan terjerumus ke tiga alam samsara. Ia akan terlahir di alam dewa menikmati sukha mulia.
Apabila seseorang ingin memohon rejeki, mantra ini paling mujarab. Segenap Dewa Bumi akan mengerahkan para makhluk datang untuk membantu. Orang tersebut akan mendapatkan dukungan dari banyak makhluk tanah, memperoleh rejeki yang tidak terbatas jumlahnya.
Pan Li sepanjang hidup menjapa mantra ini, tentu memiliki pahala yang besar. Japamala milik seorang kakek diwariskan pada ayah, diwariskan lagi p ada cucu. Berkah masih tetap ada, sungguh menakjubkan!
Saya menuliskan sebuah gatha:
Betapa sukha menjapa mantra
Kini diwariskan di dunia fana
Bila sepenuh hati menjapa
Makhluk halus berlindung sepanjang masa.
*
Kisah lain yang berhubungan dengan Mantra Dewa Bumi tercatat sebagai berikut:
Suatu kurun masa tertentu, wabah penyakit terjangkit di seluruh negeri, hewan ternak yang mati banyak sekali. Saya melihat banyak makhluk wabah penyakit berkeliaran di mana-mana mencari mangsa.
Banyak peternak datang menemui saya memohon bantuan.
Saya mengamati indikasi langit pada malam hari, ternyata Makhluk Lima Penyakit di sebelah tenggara turun ke bumi. Wabah penyakit akan merebak ke muka bumi, di mana ayam, itik, sapi, kambing, dan babi semuanya akan mengalami petaka.
Saya sangat cemas, bermohon pada Dewa Adipati. Beliau berkata, “Ini bukan urusan saya, ini sudah takdir!”
“Takdir menimpakan bencana, manusia terkena dampaknya. Saya tidak bisa berpangku tangan!”

“Jangan campur tangan, hati manusia sudah terlalu jahat!”

“Melihat maut tanpa mengulurkan tangan, hati saya tidak bisa tenang,” ujarku.

Dewa Adipati berkata, “Anda Sheng-yen Lu kerap menolong orang, tak sadarkah semua petaka ini akibat perbuatan karma buruk mereka sendiri? Suatu hari, saat Anda sendiri yang dicelakai orang lain, coba lihat, siapa pula yang akan menolong Anda?”

Saya berkata, “Saat orang lain mencelakai saya, itu adalah karmawarana saya sendiri. Namun, sekarang melihat hewan ternak ini akan celaka, sungguh tidak tega!”

Akhirnya Dewa Adipati mengajari saya sebuah cara: siapkan potongan bamboo berukuran 1 kaki 6 inci sebanyak empat potong, kupas permukaan kulit hijaunya. Untuk menebas bambu mesti pilih hari “Chengri” (nama hari dari pembagian 12 hari dalam penanggalan lunar yang berarti hari berhasil). Tuliskan Mantra Dewa Bumi di atasnya dengan aksara Mandarin atau aksara Sanskerta.

Pada hari “Churi” (nama hari dari pembagian 12 hari dalam penanggalan lunar yang berarti hari menyingkirkan) setelah tengah hari, bambu tersebut diabhiseka, lalu japalah Mantra Dewa Bumi untuk setiap potongan bambu masing-masing 108 kali, atau semakin banyak semakin bagus.

Pilihlah hari “Dingri” (nama hari dari pembagian 12 hari dalam penanggalan lunar yang berarti hari penetapan), tancapkan bambu ini di empat sisi peternakan.
Dengan demikian, peternakan tersebut tidak akan terjangkit wabah penyakit.

Saya mengajarkan cara ini pada peternak untuk ditiru.
Ternyata benar-benar manjur!

Wabah penyakit tak lagi mengamuk di semua peternakan yang dipasang potongan bambu yang tertulis Mantra Dewa Bumi. Bahkan tidak satu ekor ternak pun yang celaka.

Sebaliknya, saat wabah penyakit sedang berjangkit pada tahun itu, banyak peternak yang tidak mengetahui cara ini kewalahan mengubur bangkai ayam dan babi. Kondisi kematian sungguh mengenaskan, bangkai ternak bertumpuk setinggi bukit.

Seorang peternak datang bercerita pada saya.
Suatu malam ia mendengar suara bisikan orang di luar peternakan. Sebenarnya bukan manusia, tetapi segerombolan makhluk wabah penyakit. Mereka tiba di luar peternakan.

Sesosok makhluk berkata, “Peternakan yang satu ini ada cahaya mantra, tidak bisa masuk.”

“Mantra apa?” tanya makhluk yang lain.

“Mantra Dewa Bumi.”

“Baru Mantra Dewa Bumi kecil, saya tidak takut, serbu!”

“Tidak boleh!”

“Mengapa tidak boleh?”

“Meskipun Dewa Bumi kecil, tetap saja dewa yang bijak.”

“Kita memiliki amanat dari atas!” makhluk itu protes.
Makhluk yang pertama berkata lagi, “Tapi mantra dewa ini diabhiseka oleh Maha Vajra Acarya Lian Sheng Sheng-yen Lu!”

“Oh!”

Segerombolan makhluk itu terdiam.
Salah satu makhluk berkata, “Ayo jalan! Cari mangsa di tempat lain saja, yang ini bukan hanya ada Mantra Dewa Bumi kecil, bahkan terdapat amanat Buddha! Jangan disentuh!”

Segerombolan makhluk itu sambil berseru berduyun-duyun pergi menjauh…
Terus terang, saya katakan, banyak sekali hartawan yang kemakmurannya tak lepas dari bantuan makhluk halus.

Banyak pula petaka yang kecelakaannya merupakan gangguan dari makhluk halus.
Semua ini ulah dari yang tidak berwujud.

Meskipun Konghucu pernah mengatakan, “Hormati dan jauhilah makhluk halus”, namun ini bukan berarti tidak ada makhluk halus, hanya saja tidak mengambil pusing saja.

Coba kita perhatikan, dalam Alkitab, Yesus juga pernah mengusir setan dan menghalau iblis. Agama Katolik, dalam satu ayatnya juga terdapat ritual menghalau setan. Seorang Pastur Katolik juga sudah berumur bernama Amos justru terkenal sebagai juru pengusir setan!

***