Sabtu, 16 Mei 2020

GURU TIDAK MARAH (kelapangan hati seorang mahaguru)


Kepribadian saya sangat aneh, saya bisa merindukan siswa lama, walaupun siswa saya makin lama makin banyak, namun, siswa yang meninggalkan saya juga ada.

Dunia ini memang demikian:
Yang berjodoh, berkumpul.
Yang tidak berjodoh, berpisah.

Berkumpul dan berpisah juga berada di dalam ketidakkekalan.
Saya sering berkata, “Siswa seperti air mengalir, datang dan pergi, ini sangat alami. Namun, saya selalu memberikan restu.”

Saya tidak marah.
Karena saya mengerti ini.
Segala hal itu anitya!
Segala dharma itu anatman!
Nirvana!
Saya memiliki:
Pandangan samata.
Pandangan sempurna.

*
Dalam suatu pameran, saya melihat seorang siswa lama. Hati saya sangat senang.
Ia belajar Fengshui Aliran Qingcheng dari saya.
Kemudian, ia menjadi pembicara fengshui.
Saya senang sekali melihatnya, lalu menghampiri dan menyapanya, “Hei! Apa kabar! Lama tak jumpa!”
Begitu ia melihat saya.
Kedua matanya berbalik menengok ke atas, acuh tak acuh.
Saya berkata, “Apa kabarmu akhir-akhir ini?”
Ia langsung menoleh, bicara dengan temannya, membuat saya canggung.
Saya bertanya, “Apakah Anda tidak mengenaliku?”
Ia mendengus.
Melontarkan satu kalimat, “Musuh bebuyutan!”
Lalu pergi meninggalkan saya dengan langkah besar!
Saya berdiri tertegun di tempat semula, hati saya pedih, namun, langsung berganti menjadi sehampar keheningan.
Saya diam-diam merestuinya, “Lancar, mujur sesuai kehendak.”
“Sehat, panjang umur.”
“Berhasil dalam melatih diri.”

*
Sejak saya memahami hati dan menyaksikan Buddhata, seluruh pandangan hidup saya berubah total.
Saya tidak punya musuh.
Saya tidak punya benci.
Saya tidak punya dendam.

(Pandangan kesetaraan antara kawan dan lawan)
Ikrar saya adalah, “Tidak mengabaikan satu insan pun.”
Hati saya, ibarat langit cerah tanpa awan, sehampar sinar biru, kosong melompong, ego tidak ada lagi, segalanya demi kebaikan orang lain.

Saya merindukan siswa lama.

Sajak:
Bunga musim semi dan rumput musim gugur
Berapa lama hidup ini
Semegah apapun hidup ini
Setiap manusia sama-sama menjadi tua
Cinta dan benci tetap harus disingkirkan
Cinta juga disingkirkan
Benci juga disingkirkan
Segalanya alami
Saya diam-diam merestui
Apakah Anda tahu?


*
:: MG Lu, sungguh agung dan mulia hatimu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar