Minggu, 24 Februari 2019

Pengalaman Bertemu Dengan Orang Yang Bunuh Diri


Jalannya sangat panjang dan sepi. 
Panjangnya tak terbatas seperti jalan super tol. 
Angin bertiup kencang.
Inilah wajah dari dunia roh,  tidak terang, malah berkabut.

Aku melihat seorang wanita dari kejauhan semakin mendekat kearahku. 
Aku bertanya tanya didalam hati dengan heran, "Mengapa ada seorang wanita muda berjalan seorang diri di jalan ini?"  Karena ingin tahu,  aku mendekatinya.

"Pak!  Dapatkah anda memberitahuku dimana aku berada?" ia bertanya kepadaku dengan nada seakan akan menemukan seorang juru selamat.

"Anda sudah meninggal dunia dan anda sedang berada di jalan kematian," jawabku.

"Tidak!  Saya belum mati!  Saya masih hidup!  Lihatlah, bukankah saya sedang berbicara dengan anda?"

"Masukkanlah tanganmu ke kantong bajumu dan lihatlah sendiri," kataku memberi saran. 
Ia menuruti saranku dan segera menjadi ketakutan.  Karena bajunya dan tubuhnya tembus pandang, tangannya itu juga tembus pandang ketika masuk kekantong bajunya.  Ia tidak lagi mempunyai badan kasar; ia telah menjadi arwah/roh.

"Dimanakah tubuhku?" tanyanya dengan panik.

"Lihatlah."  Aku menunjuk ke sebuah arah.  Dengan segera sebuah kota muncul dipandangan kami dan kami melihat sebuah rumah duka dimana terdapat sebuah peti mati yang dikelilingi oleh orang banyak yang menangis.  Mayat dipeti mati itu adalah diri wanita ini.

"Astaga! Itu saya?"  ia mengamati orang orang yang berdiri disekeliling peti mati itu -- ayahnya, sepupu sepupunya, rekan rekan sekolahnya, tetangganya -- semuanya sedang menangis dan berbicara dengan nada sedih.

Gambar itu kemudian lenyap.

"Saya tidak percaya saya mati!  Bila saya mati, mengapa saya sedang berdiri disini?  Saya tidak mengerti.  Kemana saya akan pergi?"  ia memandangku dengan mata kosong.  "Apakah anda juga sudah mati?"

"Aku sering mengunjungi alam antara hidup dan mati," jawabku.

"Siapakah anda?"

"Aku bernama Lu.  Kalau anda?"

"Saya adalah Wen."

"Kalau aku tidak salah, anda membunuh diri.  Apakah anda meminum racun?"

Aku melihat aura (kabut) berwarna hitam diatas kepalanya.  Mereka yang membunuh diri, rohnya sendirian saja, tidak mempunyai orang yang datang menjemput dan membimbing mereka ke dunia roh.

"Ya, betul, saya meminum racun,"  katanya sambil mulai menangis dan bercerita.

Kisahnya adalah sebagai berikut:
Ibu Wen wafat ketika ia masih di tahun pertama kuliah di akademi.  Ia jatuh cinta pada saat itu.  Sayang sekali, ayahnya yang seorang pengusaha kaya raya menginginkan ia untuk menikah dengan anak dari seorang teman dagangnya yang juga kaya raya.  Ia menolak.   Karena ayahnya melarangnya untuk menikah dengan pemuda yang dicintainya, ia meminum racun membunuh diri.

"Anda sebetulnya tidak perlu sampai membunuh diri," kataku kepadanya.

"Saya tidak mempunyai pilihan lain."

"Anda meninggal begitu muda usia.  Betapa sayangnya dan sia sianya.  Anda telah kehilangan arti kehidupan ini."

"Sudah terlambat," katanya.

"Kemana anda ingin pergi sekarang?"

"Saya ingin menemui ibuku."

"Hmm, itu aku dapat bantu.  Pejamkanlah matamu.  Bayangkan wajah ibumu.  Panggil nama ibumu.  Roh mu dan roh ibumu akan terhubungkan meskipun ibumu berada ditempat yang sangat jauh sekalipun.  Ibumu akan muncul dan membimbingmu ke tempatnya."

Tidak lama kemudian, dari kejauhan, sebuah wajah muncul.  Ia adalah ibu dari Wen, memancarkan sinar.  Sebagai seorang roh yang telah berpengalaman, ia menuntun putrinya itu.  Tubuh dari roh Wen semakin jauh dari pandangan dan akhirnya menghilang, terbang seperti seekor kupu kupu, menyatu dengan dunia roh.

Jalan itu terlihat sangat panjang dan sangat sepi.   Aku menyimpan photo dari Wen yang diberikannya kepadaku.  Aku berpikir, "Jalan ini akan dilalui oleh banyak sekali orang."

Yang membuatku tak mengerti adalah, ketika aku terbangun dari meditasiku, photo dari Wen itu masih berada di genggaman tanganku.


sumber: e-book Padmakumara-1, kisah ke-28

o0o


KISAH TAMBAHAN, dari Kitab Berkeliling ke Alam Neraka:
--
KISAH TAMBAHAN, dari Kitab Berkeliling ke Alam Neraka:
--
Perjalanan Ke-9
Berkunjung Kembali Ke Kota Mati Penasaran
12 Oktober 1976 (Lun Pe Gwee – Cap Kau)



Chi Kung Huo Fo
“Zaman sekarang, hati dan pikiran umat manusia cenderung memikirkan kemajuan teknologi yang serba canggih. Ini menyebabkan pelajaran tentang rohani atau batin dan keyakinan terhadap agama dianggap sebagai angin lalu.”

“Umat manusia tidak tahu bahwa semua benda yang ada di dunia adalah bersifat tidak kekal. Namun roh atau hati nurani manusia akan tetap hidup.”

“Surga  atau  Neraka tergantung pada pilihan  dari umat  manusia dalam  waktu  sekejap mata.”

“Surga tidak jauh. Asalkan umat manusia bersedia insaf dan berbuat baik, pasti akan menuju ke sana. Dan Neraka juga dekat bagi orang yang berbuat jahat.”

“Asalkan umat manusia bersedia membina diri dengan menjalankan Sila, serta berbuat kebaikan dengan Berbakti, Berdana dan selalu berdoa kepada para Buddha agar dapat mengembangkan sifat welas asih seperti yang dimiliki oleh para Buddha dan Bodhisattva, maka Neraka bisa dihindari.”

“Betapa sedihnya keadaan di dalam Kota Mati Penasaran.” “Yang Sheng, bersemangatlah!”

“Hari ini, kita akan berkeliling lagi ke alam baka.”

Yang Sheng
”Baik, Guru!” ”Saya sudah siap.” ”Berangkatlah!”

Chi Kung Huo Fo
”Kita sudah tiba.”

Yang Sheng
”Guru, bukankah kita sudah pernah datang kemari?”

”Dan mengapa kita tidak berhenti di depan Kota Mati Penasaran? Malah harus menunggu di sini?”

Chi Kung Huo Fo
”Para Buddha memandang empat wujud dari benda sebagai sesuatu yang kosong,sehingga pintu Neraka pun terlewati.”

”Oleh karena penglihatan mereka kosong, artinya mereka tidak lagi memiliki nafsu keinginan duniawi, tidak serakah, tidak terikat dan tidak melekat pada hal atau benda atau wujud apa pun.”

”Mereka bebas melintasi seluruh alam semesta. Tidak ada yang menghalanginya.” ”Pertama kali ketika saya mengajak kamu kemari, kita berhenti di luar pintu Kota Mati Penasaran. Ini supaya kamu bisa mengerti setahap demi setahap keadaan di alam baka.” ”Tetapi hari ini, waktu kita terbatas maka kita langsung masuk kemari.”

”Saya harap umat manusia di dunia dapat mengerti. Apabila umat manusia bersedia membina diri dengan menjalankan Sila dan dapat menghilangkan nafsu birahi, keserakahan, kemarahan (emosi), keterikatan terhadap wujud jasmani dan benda-benda duniawi, maka akan bebas dari siksaan di penjara Neraka. Contohnya seperti Saya ini. Saya bebas untuk pergi ke mana saja.”

Yang Sheng
”Guru, apa yang kamu katakan itu adalah Dharma yang sangat dalam.”

”Saya berniat untuk melaksanakan-Nya.” ”Oh!”

“Di depan sudah terlihat para Pejabat dan Jenderal. Mereka sedang menuju ke arah kita.”

Chi Kung Huo Fo
”Yang Sheng, cepat beri salam kepada mereka.”

Yang Sheng
”Hormat saya kepada Pejabat dan Jendral.”

”Saya mengucapkan banyak terima kasih atas petunjuk yang kalian berikan kepada saya beberapa hari yang lalu.”

”Hari ini, saya datang merepotkan kalian lagi. Mohon diberi petunjuk!”

Pejabat
”Oh, tidak usah sungkan!”

”Silakan Buddha Chi Kung dan Yang Sheng masuk ke dalam dan meninjau kembali Kota Mati Penasaran.”

”Saya akan menjelaskan keadaan di sini kepadamu, supaya kamu bisa menulis keadaannya ke dalam kitab Ajaran Kebaikan untuk menasehati para umat manusia di dunia.”

Yang Sheng
”Terima kasih banyak.”

”Guru, mari kita ikuti mereka untuk masuk ke dalam.”

Chi Kung Huo Fo
”Kamu ikuti Jenderal dan Pejabat. Saya ada urusan lain. Harus pergi sebentar.”

Yang Sheng
”Guru mau pergi ke mana?”

”Nanti siapa yang mengantar saya pulang?”

Chi Kung Huo Fo
”Kamu tidak usah khawatir.”

“Setelah tiba waktunya, saya akan balik ke sini untuk menjemput kamu.”

Jenderal
“Yang Sheng, kamu tenang saja.”

”Mari ikut saya jalan!”

Yang Sheng
”Di dalam penjara ini, ada dua sel yang memisahkan para tahanan laki-laki muda dan para tahanan wanita muda.”

”Di antara para tahanan, ada yang rambutnya terkulai dan wajah mereka kelihatan sangat pucat.”

”Mereka sedang memandang ke arah saya terus-menerus.”

”Jenderal, mengapa mereka dikurung di sini?”

Jenderal
”Mereka sewaktu masih hidup di dunia, berpacaran, tetapi hubungan mereka tidak disetujui oleh orang tua mereka. Akibatnya mereka nekat minum obat tidur untuk bunuh diri.”

”Setelah meninggal dunia, mereka ditahan di sini.”

”Saya harap umat manusia di dunia janganlah berbuat nekat hanya karena terbuai dalam percintaan. Semua ini tidak ada gunanya. Setelah meninggal dunia pun tidak dapat hidup berpasangan atau hidup bersama. Malahan dikurung di dalam penjara alam Neraka.”

Yang Sheng
”Di dalam penjara ini, mengapa terdapat para roh yang kakinya patah, tangannya putus atau kepalanya hancur serta bermandikan darah?”

”Mereka semua sedang merintih kesakitan, kelihatannya sungguh kasihan.”

Pejabat
”Mereka ini adalah orang-orang yang meninggal dunia karena mengalami kecelakaan lalu lintas atau ditabrak oleh mobil.”

”Sesungguhnya ajal mereka belum tiba, maka hal ini juga termasuk mati penasaran.”

”Roh mereka  ditahan di sini sementara, sampai ajalnya yang sebenarnya sudah tiba, barulah diserahkan kepada Yen Wang (Penguasa Alam  Baka) untuk disidangkan dan dihukum.”

”Ini menunjukkan adanya keadilan di Bumi dan di alam baka.”

Yang Sheng
“Mana boleh begitu?”

”Mereka meninggal dunia karena kecelakaan. Keadaan mereka sudah sangat sengsara.”

”Mengapa  mereka ditahan atau dikurung lagi di sini dan tidak diperbolehkan untuk bereinkarnasi?”

”Saya pikir hal ini kurang adil.”

Pejabat
”Kamu jangan melihat sesuatu hanya dari satu sisi saja, tapi juga harus mengetahui alasan yang lain.”

”Ada yang memang kematiannya ditakdirkan harus mengalami kecelakaan. Ada yang karena masalah tertentu sehingga mereka dengan sengaja membiarkan diri mereka ditabrak oleh mobil.”

”Karena hal inilah, maka umat manusia di dunia, jangan menyalahkan langit mau pun bumi.”

”Umat  manusia selalu bertanya, mengapa orang yang berbuat amal kebaikan sering meninggal ditabrak mobil, dan orang yang membina diri mengikuti Ajaran Buddha serta berbuat kebaikan, malah diganggu oleh para setan atau menghadapi cobaan hidup?” ”Apakah Langit sudah tidak mempunyai mata?”

”Sebenarnya, yang menentukan nasib umat manusia adalah karma dari kehidupannya yang lampau. Walau pun nasibnya tidak baik, apabila dia bersedia melatih diri dan terus- menerus berbuat kebajikan, setelah lulus dari segala macam cobaan hidup (karma buruk dari perbuatan jahatnya di masa lalu), maka ia akan memiliki tubuh yang bersinar.” ”Badan jasmani duniawi hanya bersifat sementara. Suatu saat pasti akan rusak (sakit atau mati). Namun roh atau jiwa dari umat manusia tidak akan pernah rusak.”

Yang Sheng
”Kalau sudah ada takdir dari karmanya dari tiga kehidupan di dunia, mengapa masih ada lagi yang disebut mati penasaran?” ”Apakah hal ini tidak saling bertentangan?”

”Kalau begitu, umat manusia di dunia tidak akan percaya lagi adanya Hukum Karma.” ”Coba Pejabat jelaskan secara lebih terperinci.”

”Jangan sampai saya menjadi bingung.”

Pejabat
”Karma dari tiga kehidupan yang dibicarakan oleh umat manusia di dunia, hanyalah merupakan sebagian dari karma dalam kehidupan manusia.”

”Sebenarnya, umat manusia sejak dari zaman dulu atau sejak lahir ke dunia sudah mengalami proses tumimbal lahir yang tak terhitung banyaknya. Karma yang mereka kumpulkan sudah banyak sekali.”

”Para Buddha membicarakan karma tiga kehidupan, maksudnya adalah karma yang telah dibuat pada kehidupan terdahulu, kehidupan sekarang dan kehidupan yang akan datang.” ”Yang dimaksud dengan kehidupan terdahulu adalah kehidupan yang telah berlalu, entah berapa kali kehidupan yang terdahulu.”

”Umat manusia di dunia salah memahami artinya, sehingga umat manusia menganggap bahwa karma yang dijalani pada kehidupan yang sekarang ini adalah akibat dari satu kehidupan yang lalu.”

”Maka itu, dikatakan bahwa ’Karma dari kehidupan masa lalu hanya menentukan 70% nasib dari seseorang, dan 30% lagi ditentukan oleh dirinya sendiri pada kehidupan yang sekarang.’ Artinya apabila sudah ditakdirkan bahwa manusia itu harus dilahirkan di keluarga yang bagaimana, dan sebagai pria atau wanita, semua ini sudah ditentukan oleh karma dari kehidupan yang lampau.”

”Namun keadaan dari kehidupan seseorang pada saat sekarang adalah tergantung pada pikiran, kelakukan dan aktivitasnya dalam kehidupan sehari-hari sekarang ini. Oleh karena itu, umat manusia harus bergaul dengan orang-orang yang bijaksana, yang memiliki pandangan benar, dan orang-orang yang suka melakukan kebajikan. Dengan demikian, hidup mereka juga akan terasa bermanfaat dan bahagia.”


Yang Sheng
”Oh, begitu!”

”Sebagian umat manusia di dunia menganggap apa pun yang terjadi di dunia adalah merupakan akibat karma dari satu kehidupan yang terdahulu, yang sudah ditakdirkan sebelum mereka lahir ke dunia.”

”Oleh karena itu, umat manusia berpikir nasib mereka tidak bisa diubah lagi.”

”Ini adalah pemikiran yang salah. Sebenarnya tidak boleh begitu.”

”Akibat karma dari kehidupan yang terdahulu memang berpengaruh, tetapi pikiran dan perbuatan umat manusia pada saat sekaranglah yang paling menentukan.”

”Mengapa di kamar penjara kurangan depan, terdengar suara jeritan kesakitan yang tidak henti-hentinya?”

”Yang dikurung di dalam penjara Neraka adalah para roh yang berbuat dosa apa?”

Pejabat
”Mereka adalah para roh yang mati dibunuh atau para roh yang meninggal dunia karena saling membunuh.”

Yang Sheng
”Apakah membunuh orang atau dibunuh orang juga disebabkan karena akibat dari karma yang terdahulu?”

”Apabila ajal kematian mereka sudah tiba, mengapa mereka masih harus dikurung lagi di Kota Mati Penasaran?”

Pejabat
”Benar!”

”Ada sebagian umat manusia yang meninggal dunia memang karena pembalasan dari akibat karma sehingga mereka saling membunuh.”

”Namun ada sebagian manusia, sewaktu hidup di dunia tidak berbuat amal kebaikan,hanya berbuat kejahatan. Ini menyebabkan banyak orang yang mati penasaran.”

”Saya harap umat manusia di dunia dapat mengerti penjelasan saya ini dan jangan sekali
pun menganggap bahwa ’Saya membunuh dia karena dia berhutang nyawa kepada saya pada kehidupan yang terdahulu’.”

”Ada  pepatah mengatakan ’Permusuhan bisa didamaikan, tetapi janganlah mencari permusuhan’.”

”Walau pun saling berhutang, tetapi boleh tidak ditagih.” ”Ini lebih bagus lagi.”

”Apabila umat manusia tidak menagihnya, maka mereka akan mendapat jasa dan pahala.”

”Jika umat manusia bisa menghilangkan pikiran yang mau menang sendiri serta hidup secara rukun dengan orang lain, maka akan terciptalah kehidupan yang penuh kedamaian seperti di Surga. Penghuni di alam Neraka pun akan berkurang dan akhirnya menjadi kosong. Karma buruk pun tidak ada lagi.”

”Karena itu, umat manusia harus menyayangi badan sendiri. Mengawasi perbuatan sendiri dan banyak berdoa kepada para Buddah agar dapat mengembangkan sifat Kebuddhaan yang telah ada pada dirinya sendiri.”

 ”Sering-sering membaca Sutra, Ajaran para Buddha. Ini agar dapat mengerti tujuan dari kehidupan manusia di dunia ini.”

“Apabila umat manusia selalu bertindak dengan bijaksana, maka akibat karma dari kehidupan yang terdahulu, pengaruhnya akan menjadi terbatas. Tetapi kalau umat manusia berbuat kejahatan, berarti mereka menciptakan dosa baru lagi, yang akan menjadi bibit karma buruk untuk kehidupan yang akan datang.”

Jenderal
“Apa yang dikatakan oleh Pejabat, benar-benar sangat tepat.”

”Umat manusia di dunia harus sadar. Harus percaya adanya Hukum Karma.”

”Maka itu, umat manusia di dunia harus membina diri atau menjalankan Sila.” ”Sebenarnya, setiap manusia memiliki sifat Kebuddhaan.

Apabila mati manusia bersedia mengembangkan sifat Kebuddhaan mereka, mereka pasti bisa lulus dari cobaan hidup dan godaan yang berbentuk harta, kedudukan dan wanita.”

”Apabila mereka bisa lulus, artinya mereka tabah dan tidak tergiur terhadap wujud jasmani dan wujud dari benda duniawi, maka mereka akan menjadi Dewa atau Buddha.” ”Walau pun seseorang ditakdirkan menjadi kaya, tetapi apabila dia tidak mau bekerja dengan sepenuh hati, dan memiliki pandangan hidup yang salah atau bersifat egois maka ia pasti akan gagal!”

Chi Kung Huo Fo
”Saya sudah kembali.”

”Apa yang dikatakan oleh Pejabat dan Jendral tadi merupakan ajaran yang luar biasa, yang dapat menyadarkan hati umat manusia.”

”Setiap manusia memiliki sifat Kebuddhaan.”

”Apabila umat manusia bersedia mengembangkannya, umat manusia dapat  menjadi Dewa atau Buddha. Tetapi apabila umat manusia hanya memikirkan keduniawian saja, hingga tertutup hati nurani asalnya yang  murni dan penuh kasih maka ia tidak bisa kembali ke tempat asalnya (Surga).”

”Karena itulah, maka diturunkan Ajaran Kebenaran yaitu Dharma, yang menganjurkan setiap umat manusia harus menjalankan lima Sila, yaitu tidak membunuh, tidak mencuri, tidak berbohong, tidak melakukan perbuatan asusila dan tidak memakan atau meminum sesuatu yang menimbulkan ketagihan.”

”Sila ini digunakan untuk menyucikan diri, untuk menghapus karma buruk sehingga umat manusia dapat kembali ke sifat asal yang bersih.”

”Para umat manusia di dunia, janganlah berkhayal atau bermimpi lagi di dunia yang bersifat sementara ini.”

”Cepatlah membina diri atau melatih diri, yaitu berbuat sesuai dengan Dharma, Ajaran sang Buddha, agar dapat menjadi Bodhisattva atau pun Buddha. Dan bagi umat manusia yang tidak mau membina diri akan terjatuh ke alam sengsara. Akan terus mengalami proses tumimbal lahir di enam jalur kehidupan.”

”Semua hantu atau setan berasal dari umat manusia yang melakukan perbuatan jahat.

Keadaan mereka bukan ditentukan oleh Penguasa Langit.” ”Lihatlah kedalam Kota Mati Penasaran!”

 ”Hal ini bisa dibuktikan.” ”Waktu kita sudah habis.”

”Yang Sheng, bersiaplah untuk pulang.”

”Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Pejabat dan Jendral atas bantuannya dalam memberi penjelasan tentang keadaan Kota Mati Penasaran untuk menghilangkan pemikiran yang salah dari para umat manusia.”

Yang Sheng
”Apa yang dijelaskan oleh Guru, benar-benar merupakan suatu ilmu pengetahuan yang dalam.”

”Jika tidak mendapat petunjuk dari Pejabat dan Guru, umat manusia di dunia sama sekali tidak akan mengerti.”

”Saya harap Guru bisa sering-sering memberikan penjelasan tentang Ajaran Kebenaran kepada kami, demi untuk menyadarkan umat manusia. Ini agar orang-orang yang membina diri atau yang melatih diri memiliki pedoman hidup.”

”Jangan sampai sudah tua pun masih belum mengerti tentang Hukum Kebenaran dari alam semesta, sehingga terjerumus ke alam sengsara. Dan harus menjalani siksaan dan penderitaan yang berkepanjangan di penjara alam Neraka.”

Chi Kung Huo Fo
”Apa yang kamu katakan itu benar.”

”Memang ini merupakan kewajiban Saya untuk menolong umat manusia.”

”Saya benar-benar ingin membimbing umat manusia untuk mengikuti jalan yang benar.”

”Pada kesempatan ini, Saya akan memberitahu kepada umat manusia cara untuk melatih diri.”


”Pertama, umat manusia harus membebaskan dirinya dari lima racun, yaitu sifat keserakahan, kemarahan (emosi), nafsu birahi, keterikatan terhadap wujud jasmani dan benda duniawi, serta kesombongan.”

”Kedua, melatih diri dalam praktek berdana atau membantu orang yang tertimpa kesusahan, bersabar menghadapi cobaan hidup, menjalankan lima Sila dalam kehidupan sehari-hari, menenangkan pikiran dengan cara berdoa kepada para Buddha, serta sering membaca Sutra suci, Ajaran sang Buddha; hingga memperoleh kebijaksanaan sejati. Kemudian melimpahkan semua jasa dan pahala yang diperoleh dari perbuatan bajik ini kepada semua makhluk hidup dan mendoakan mereka agar dapat berjalan di jalan yang benar serta dapat merasa yakin terhadap ajaran dari para Buddha. Setelah itu, mohonlah kepada Amitabha Buddha agar kelak dapat lahir di alam Buddha.”

”Sebagai tanda berbakti kepad para Buddha, para umat dapat turut membantu menyebarkan kitab suci Ajaran Kebenaran untuk menyeberangkan umat manusia menuju ke pantai bahagia.”

”Dengan perbuatan yang mulia dan luhur ini, maka secara pasti para umat dapat terlahir di alam Buddha.”

”Saya ingin memberitahu kepada umat manusia bahwa berbakti kepada orang tua dibagi tiga  tahap, yaitu apabila para umat manusia mempersembahkan makanan yang bergizi, pakaian yang bagus, tempat tinggal yang nyaman dan membawa orang tuanya pergi jalan-jalan untuk menikmati keindahan alam, ini disebut Bakti Kecil.”

”Apabila umat manusia, di samping menyediakan segala keperluan orang tua dengan baik seperti yang telah disebutkan dalam Bakti Kecil itu, ditambah lagi sering melakukan perbuatan kebajikan yang bersifat sosial sehingga memperoleh nama baik di masyarakat, yang mana hal ini dapat mengharumkan nama orang tua dan leluhur, ini disebut Bakti Menengah.”

”Apabila para umat manusia di samping menjalankan Bakti Kecil dan Bakti Menengah, ditambah lagi dapat menenangkan hati orang tua mereka dengan menunjukkan kepada orang tua mereka bahwa mereka adalah umat Buddhis yang berdisiplin, yang memiliki tingkah laku dan pandangan yang benar, serta berusaha membujuk orang tua mereka untuk turut berbuat kebajikan, terutama harus menjalankan Sila, Berdana dan berdoa kepada para Buddha agar kelak dapat lahir di alam Buddha, ini merupakan Bakti Terbesar.”

”Yang Sheng, saya benar-benar berharap para umat manusia dapat melaksanakan ajaran tentang Bakti ini.”

Yang Sheng
”Terima kasih atas bimbingan dari Guru!”

”Pengetahuan ini sungguh luar biasa. Saya pasti akan melaksanakannya karena saya ingin lahir di alam Buddha.”

”Saya tidak ingin terus-menerus berputar di roda tumimbal lahir.”

”Guru, sekarang saya sudah duduk dengan baik.”

”Silakan berangkat!”

Chi Kung Huo Fo
”Di sini, saya ingin mengingatkan umat manusia bahwa apabila umat manusia berbuat baik, mereka akan memiliki karma baik dan akan dituntun menuju kelahiran kembali dalam keadaan yang baik.”

”Di samping berbuat baik, umat manusia seharusnya turut memberi semangat dan contoh teladan kepada orang lain agar mereka bersedia untuk ikut berbuat baik. Dengan perbuatan yang mulia seperti ini, maka umat manusia akan memperoleh berkah yang lebih banyak lagi.”

”Para manusia sering bertanya, ’Mengapa manusia harus berbuat baik?’

’Apakah tidak cukup jika manusia hanya tidak berbuat jahat dan tidak menyakiti makhluk yang lain?’”

”Saya ingin  memberitahu manusia bahwa sebenarnya pada kehidupan yang lalu, yang tidak terhitung lagi jumlah waktunya, umat manusia telah menggumpulkan banyak karma buruk yang  berakibat mendatangkan  banyak  masalah dalam kehidupan  sekarang  ini.

Dalam Sutra, sang Buddha mengajarkan bahwa jalan untuk mengurangi pengaruh dari karma buruk masa lampa adalah dengan melakukan banyak karma baik dalam kehidupan sekarang.”

”Karma buruk itu ibaratnya seperti segumpal garam dan karma baik adalah air. Jika segumpal garam dimasukkan ke dalam secangkir air, maka air itu akan terasa asin. Tetapi jika garam tersebut dimasukkan ke dalam air sungai, maka keasinannya akan berkurang secara drastis.”

”Sama halnya dengan melakukan karma baik, yang mana dapat meringankan pengaruh dari karma buruk masa lampau, kecuali karma buruk yang sangat berat seperti membunuh orang tua sendiri.”

”Kita sudah tiba di Vihara Sheng Sien.”


[Yang Sheng turun dari bunga teratai. Kemudian rohnya masuk kembali ke badannya.]