Jalannya sangat panjang dan sepi.
Panjangnya tak terbatas seperti jalan super tol. Angin bertiup kencang.
Inilah wajah dari dunia roh, tidak terang, malah berkabut.
Aku melihat seorang wanita dari kejauhan semakin mendekat kearahku.
Aku bertanya tanya didalam hati dengan heran, "Mengapa ada seorang wanita muda berjalan seorang diri di jalan ini?" Karena ingin tahu, aku mendekatinya.
"Pak! Dapatkah anda memberitahuku dimana aku berada?" ia bertanya kepadaku dengan nada seakan akan menemukan seorang juru selamat.
"Anda sudah meninggal dunia dan anda sedang berada di jalan kematian," jawabku.
"Tidak! Saya belum mati! Saya masih hidup! Lihatlah, bukankah saya sedang berbicara dengan anda?"
"Masukkanlah tanganmu ke kantong bajumu dan lihatlah sendiri," kataku memberi saran.
Ia menuruti saranku dan segera menjadi ketakutan. Karena bajunya dan tubuhnya tembus pandang, tangannya itu juga tembus pandang ketika masuk kekantong bajunya. Ia tidak lagi mempunyai badan kasar; ia telah menjadi arwah/roh.
"Dimanakah tubuhku?" tanyanya dengan panik.
"Lihatlah." Aku menunjuk ke sebuah arah. Dengan segera sebuah kota muncul dipandangan kami dan kami melihat sebuah rumah duka dimana terdapat sebuah peti mati yang dikelilingi oleh orang banyak yang menangis. Mayat dipeti mati itu adalah diri wanita ini.
"Astaga! Itu saya?" ia mengamati orang orang yang berdiri disekeliling peti mati itu -- ayahnya, sepupu sepupunya, rekan rekan sekolahnya, tetangganya -- semuanya sedang menangis dan berbicara dengan nada sedih.
Gambar itu kemudian lenyap.
"Saya tidak percaya saya mati! Bila saya mati, mengapa saya sedang berdiri disini? Saya tidak mengerti. Kemana saya akan pergi?" ia memandangku dengan mata kosong. "Apakah anda juga sudah mati?"
"Aku sering mengunjungi alam antara hidup dan mati," jawabku.
"Siapakah anda?"
"Aku bernama Lu. Kalau anda?"
"Saya adalah Wen."
"Kalau aku tidak salah, anda membunuh diri. Apakah anda meminum racun?"
Aku melihat aura (kabut) berwarna hitam diatas kepalanya. Mereka yang membunuh diri, rohnya sendirian saja, tidak mempunyai orang yang datang menjemput dan membimbing mereka ke dunia roh.
"Ya, betul, saya meminum racun," katanya sambil mulai menangis dan bercerita.
Kisahnya adalah sebagai berikut:
Ibu Wen wafat ketika ia masih di tahun pertama kuliah di akademi. Ia jatuh cinta pada saat itu. Sayang sekali, ayahnya yang seorang pengusaha kaya raya menginginkan ia untuk menikah dengan anak dari seorang teman dagangnya yang juga kaya raya. Ia menolak. Karena ayahnya melarangnya untuk menikah dengan pemuda yang dicintainya, ia meminum racun membunuh diri.
"Anda sebetulnya tidak perlu sampai membunuh diri," kataku kepadanya.
"Saya tidak mempunyai pilihan lain."
"Anda meninggal begitu muda usia. Betapa sayangnya dan sia sianya. Anda telah kehilangan arti kehidupan ini."
"Sudah terlambat," katanya.
"Kemana anda ingin pergi sekarang?"
"Saya ingin menemui ibuku."
"Hmm, itu aku dapat bantu. Pejamkanlah matamu. Bayangkan wajah ibumu. Panggil nama ibumu. Roh mu dan roh ibumu akan terhubungkan meskipun ibumu berada ditempat yang sangat jauh sekalipun. Ibumu akan muncul dan membimbingmu ke tempatnya."
Tidak lama kemudian, dari kejauhan, sebuah wajah muncul. Ia adalah ibu dari Wen, memancarkan sinar. Sebagai seorang roh yang telah berpengalaman, ia menuntun putrinya itu. Tubuh dari roh Wen semakin jauh dari pandangan dan akhirnya menghilang, terbang seperti seekor kupu kupu, menyatu dengan dunia roh.
Jalan itu terlihat sangat panjang dan sangat sepi. Aku menyimpan photo dari Wen yang diberikannya kepadaku. Aku berpikir, "Jalan ini akan dilalui oleh banyak sekali orang."
Yang membuatku tak mengerti adalah, ketika aku terbangun dari meditasiku, photo dari Wen itu masih berada di genggaman tanganku.
sumber: e-book Padmakumara-1, kisah ke-28
o0o
o0o
KISAH TAMBAHAN, dari Kitab Berkeliling ke Alam Neraka:
--
”Hal ini bisa
dibuktikan.” ”Waktu kita sudah habis.”
KISAH TAMBAHAN, dari
Kitab Berkeliling ke Alam Neraka:
--
Perjalanan Ke-9
Berkunjung Kembali Ke
Kota Mati Penasaran
12 Oktober 1976 (Lun
Pe Gwee – Cap Kau)
Chi Kung Huo Fo
“Zaman sekarang, hati
dan pikiran umat manusia cenderung memikirkan kemajuan teknologi yang serba
canggih. Ini menyebabkan pelajaran tentang rohani atau batin dan keyakinan
terhadap agama dianggap sebagai angin lalu.”
“Umat manusia tidak
tahu bahwa semua benda yang ada di dunia adalah bersifat tidak kekal. Namun roh
atau hati nurani manusia akan tetap hidup.”
“Surga atau
Neraka tergantung pada pilihan
dari umat manusia dalam waktu
sekejap mata.”
“Surga tidak jauh.
Asalkan umat manusia bersedia insaf dan berbuat baik, pasti akan menuju ke
sana. Dan Neraka juga dekat bagi orang yang berbuat jahat.”
“Asalkan umat manusia
bersedia membina diri dengan menjalankan Sila, serta berbuat kebaikan dengan
Berbakti, Berdana dan selalu berdoa kepada para Buddha agar dapat mengembangkan
sifat welas asih seperti yang dimiliki oleh para Buddha dan Bodhisattva, maka
Neraka bisa dihindari.”
“Betapa sedihnya
keadaan di dalam Kota Mati Penasaran.” “Yang Sheng, bersemangatlah!”
“Hari ini, kita akan
berkeliling lagi ke alam baka.”
Yang Sheng
”Baik, Guru!” ”Saya
sudah siap.” ”Berangkatlah!”
Chi Kung Huo Fo
”Kita sudah tiba.”
Yang Sheng
”Guru, bukankah kita
sudah pernah datang kemari?”
”Dan mengapa kita
tidak berhenti di depan Kota Mati Penasaran? Malah harus menunggu di sini?”
Chi Kung Huo Fo
”Para Buddha memandang
empat wujud dari benda sebagai sesuatu yang kosong,sehingga pintu Neraka pun
terlewati.”
”Oleh karena
penglihatan mereka kosong, artinya mereka tidak lagi memiliki nafsu keinginan
duniawi, tidak serakah, tidak terikat dan tidak melekat pada hal atau benda
atau wujud apa pun.”
”Mereka bebas
melintasi seluruh alam semesta. Tidak ada yang menghalanginya.” ”Pertama kali
ketika saya mengajak kamu kemari, kita berhenti di luar pintu Kota Mati
Penasaran. Ini supaya kamu bisa mengerti setahap demi setahap keadaan di alam
baka.” ”Tetapi hari ini, waktu kita terbatas maka kita langsung masuk kemari.”
”Saya harap umat
manusia di dunia dapat mengerti. Apabila umat manusia bersedia membina diri
dengan menjalankan Sila dan dapat menghilangkan nafsu birahi, keserakahan,
kemarahan (emosi), keterikatan terhadap wujud jasmani dan benda-benda duniawi,
maka akan bebas dari siksaan di penjara Neraka. Contohnya seperti Saya ini.
Saya bebas untuk pergi ke mana saja.”
Yang Sheng
”Guru, apa yang kamu
katakan itu adalah Dharma yang sangat dalam.”
”Saya berniat untuk
melaksanakan-Nya.” ”Oh!”
“Di depan sudah
terlihat para Pejabat dan Jenderal. Mereka sedang menuju ke arah kita.”
Chi Kung Huo Fo
”Yang Sheng, cepat
beri salam kepada mereka.”
Yang Sheng
”Hormat saya kepada
Pejabat dan Jendral.”
”Saya mengucapkan
banyak terima kasih atas petunjuk yang kalian berikan kepada saya beberapa hari
yang lalu.”
”Hari ini, saya datang
merepotkan kalian lagi. Mohon diberi petunjuk!”
Pejabat
”Oh, tidak usah
sungkan!”
”Silakan Buddha Chi
Kung dan Yang Sheng masuk ke dalam dan meninjau kembali Kota Mati Penasaran.”
”Saya akan menjelaskan
keadaan di sini kepadamu, supaya kamu bisa menulis keadaannya ke dalam kitab
Ajaran Kebaikan untuk menasehati para umat manusia di dunia.”
Yang Sheng
”Terima kasih banyak.”
”Guru, mari kita ikuti
mereka untuk masuk ke dalam.”
Chi Kung Huo Fo
”Kamu ikuti Jenderal
dan Pejabat. Saya ada urusan lain. Harus pergi sebentar.”
Yang Sheng
”Guru mau pergi ke
mana?”
”Nanti siapa yang
mengantar saya pulang?”
Chi Kung Huo Fo
”Kamu tidak usah
khawatir.”
“Setelah tiba
waktunya, saya akan balik ke sini untuk menjemput kamu.”
Jenderal
“Yang Sheng, kamu
tenang saja.”
”Mari ikut saya
jalan!”
Yang Sheng
”Di dalam penjara ini,
ada dua sel yang memisahkan para tahanan laki-laki muda dan para tahanan wanita
muda.”
”Di antara para
tahanan, ada yang rambutnya terkulai dan wajah mereka kelihatan sangat pucat.”
”Mereka sedang
memandang ke arah saya terus-menerus.”
”Jenderal, mengapa
mereka dikurung di sini?”
Jenderal
”Mereka sewaktu masih
hidup di dunia, berpacaran, tetapi hubungan mereka tidak disetujui oleh orang
tua mereka. Akibatnya mereka nekat minum obat tidur untuk bunuh diri.”
”Setelah meninggal
dunia, mereka ditahan di sini.”
”Saya harap umat
manusia di dunia janganlah berbuat nekat hanya karena terbuai dalam percintaan.
Semua ini tidak ada gunanya. Setelah meninggal dunia pun tidak dapat hidup
berpasangan atau hidup bersama. Malahan dikurung di dalam penjara alam Neraka.”
Yang Sheng
”Di dalam penjara ini,
mengapa terdapat para roh yang kakinya patah, tangannya putus atau kepalanya
hancur serta bermandikan darah?”
”Mereka semua sedang
merintih kesakitan, kelihatannya sungguh kasihan.”
Pejabat
”Mereka ini adalah
orang-orang yang meninggal dunia karena mengalami kecelakaan lalu lintas atau
ditabrak oleh mobil.”
”Sesungguhnya ajal
mereka belum tiba, maka hal ini juga termasuk mati penasaran.”
”Roh mereka ditahan di sini sementara, sampai ajalnya yang
sebenarnya sudah tiba, barulah diserahkan kepada Yen Wang (Penguasa Alam Baka) untuk disidangkan dan dihukum.”
”Ini menunjukkan
adanya keadilan di Bumi dan di alam baka.”
Yang Sheng
“Mana boleh begitu?”
”Mereka meninggal
dunia karena kecelakaan. Keadaan mereka sudah sangat sengsara.”
”Mengapa mereka ditahan atau dikurung lagi di sini dan
tidak diperbolehkan untuk bereinkarnasi?”
”Saya pikir hal ini
kurang adil.”
Pejabat
”Kamu jangan melihat
sesuatu hanya dari satu sisi saja, tapi juga harus mengetahui alasan yang
lain.”
”Ada yang memang
kematiannya ditakdirkan harus mengalami kecelakaan. Ada yang karena masalah
tertentu sehingga mereka dengan sengaja membiarkan diri mereka ditabrak oleh
mobil.”
”Karena hal inilah,
maka umat manusia di dunia, jangan menyalahkan langit mau pun bumi.”
”Umat manusia selalu bertanya, mengapa orang yang
berbuat amal kebaikan sering meninggal ditabrak mobil, dan orang yang membina
diri mengikuti Ajaran Buddha serta berbuat kebaikan, malah diganggu oleh para
setan atau menghadapi cobaan hidup?” ”Apakah Langit sudah tidak mempunyai
mata?”
”Sebenarnya, yang
menentukan nasib umat manusia adalah karma dari kehidupannya yang lampau. Walau
pun nasibnya tidak baik, apabila dia bersedia melatih diri dan terus- menerus
berbuat kebajikan, setelah lulus dari segala macam cobaan hidup (karma buruk
dari perbuatan jahatnya di masa lalu), maka ia akan memiliki tubuh yang
bersinar.” ”Badan jasmani duniawi hanya bersifat sementara. Suatu saat pasti
akan rusak (sakit atau mati). Namun roh atau jiwa dari umat manusia tidak akan
pernah rusak.”
Yang Sheng
”Kalau sudah ada
takdir dari karmanya dari tiga kehidupan di dunia, mengapa masih ada lagi yang
disebut mati penasaran?” ”Apakah hal ini tidak saling bertentangan?”
”Kalau begitu, umat
manusia di dunia tidak akan percaya lagi adanya Hukum Karma.” ”Coba Pejabat
jelaskan secara lebih terperinci.”
”Jangan sampai saya
menjadi bingung.”
Pejabat
”Karma dari tiga
kehidupan yang dibicarakan oleh umat manusia di dunia, hanyalah merupakan
sebagian dari karma dalam kehidupan manusia.”
”Sebenarnya, umat
manusia sejak dari zaman dulu atau sejak lahir ke dunia sudah mengalami proses
tumimbal lahir yang tak terhitung banyaknya. Karma yang mereka kumpulkan sudah
banyak sekali.”
”Para Buddha
membicarakan karma tiga kehidupan, maksudnya adalah karma yang telah dibuat
pada kehidupan terdahulu, kehidupan sekarang dan kehidupan yang akan datang.”
”Yang dimaksud dengan kehidupan terdahulu adalah kehidupan yang telah berlalu,
entah berapa kali kehidupan yang terdahulu.”
”Umat manusia di dunia
salah memahami artinya, sehingga umat manusia menganggap bahwa karma yang
dijalani pada kehidupan yang sekarang ini adalah akibat dari satu kehidupan
yang lalu.”
”Maka itu, dikatakan
bahwa ’Karma dari kehidupan masa lalu hanya menentukan 70% nasib dari
seseorang, dan 30% lagi ditentukan oleh dirinya sendiri pada kehidupan yang
sekarang.’ Artinya apabila sudah ditakdirkan bahwa manusia itu harus dilahirkan
di keluarga yang bagaimana, dan sebagai pria atau wanita, semua ini sudah
ditentukan oleh karma dari kehidupan yang lampau.”
”Namun keadaan dari
kehidupan seseorang pada saat sekarang adalah tergantung pada pikiran, kelakukan
dan aktivitasnya dalam kehidupan sehari-hari sekarang ini. Oleh karena itu,
umat manusia harus bergaul dengan orang-orang yang bijaksana, yang memiliki
pandangan benar, dan orang-orang yang suka melakukan kebajikan. Dengan
demikian, hidup mereka juga akan terasa bermanfaat dan bahagia.”
Yang Sheng
”Oh, begitu!”
”Sebagian umat manusia
di dunia menganggap apa pun yang terjadi di dunia adalah merupakan akibat karma
dari satu kehidupan yang terdahulu, yang sudah ditakdirkan sebelum mereka lahir
ke dunia.”
”Oleh karena itu, umat
manusia berpikir nasib mereka tidak bisa diubah lagi.”
”Ini adalah pemikiran
yang salah. Sebenarnya tidak boleh begitu.”
”Akibat karma dari
kehidupan yang terdahulu memang berpengaruh, tetapi pikiran dan perbuatan umat
manusia pada saat sekaranglah yang paling menentukan.”
”Mengapa di kamar
penjara kurangan depan, terdengar suara jeritan kesakitan yang tidak
henti-hentinya?”
”Yang dikurung di
dalam penjara Neraka adalah para roh yang berbuat dosa apa?”
Pejabat
”Mereka adalah para
roh yang mati dibunuh atau para roh yang meninggal dunia karena saling
membunuh.”
Yang Sheng
”Apakah membunuh orang
atau dibunuh orang juga disebabkan karena akibat dari karma yang terdahulu?”
”Apabila ajal kematian
mereka sudah tiba, mengapa mereka masih harus dikurung lagi di Kota Mati
Penasaran?”
Pejabat
”Benar!”
”Ada sebagian umat
manusia yang meninggal dunia memang karena pembalasan dari akibat karma
sehingga mereka saling membunuh.”
”Namun ada sebagian
manusia, sewaktu hidup di dunia tidak berbuat amal kebaikan,hanya berbuat
kejahatan. Ini menyebabkan banyak orang yang mati penasaran.”
”Saya harap umat
manusia di dunia dapat mengerti penjelasan saya ini dan jangan sekali
pun menganggap bahwa
’Saya membunuh dia karena dia berhutang nyawa kepada saya pada kehidupan yang
terdahulu’.”
”Ada pepatah mengatakan ’Permusuhan bisa
didamaikan, tetapi janganlah mencari permusuhan’.”
”Walau pun saling
berhutang, tetapi boleh tidak ditagih.” ”Ini lebih bagus lagi.”
”Apabila umat manusia
tidak menagihnya, maka mereka akan mendapat jasa dan pahala.”
”Jika umat manusia
bisa menghilangkan pikiran yang mau menang sendiri serta hidup secara rukun
dengan orang lain, maka akan terciptalah kehidupan yang penuh kedamaian seperti
di Surga. Penghuni di alam Neraka pun akan berkurang dan akhirnya menjadi
kosong. Karma buruk pun tidak ada lagi.”
”Karena itu, umat
manusia harus menyayangi badan sendiri. Mengawasi perbuatan sendiri dan banyak
berdoa kepada para Buddah agar dapat mengembangkan sifat Kebuddhaan yang telah
ada pada dirinya sendiri.”
”Sering-sering membaca Sutra, Ajaran para
Buddha. Ini agar dapat mengerti tujuan dari kehidupan manusia di dunia ini.”
“Apabila umat manusia
selalu bertindak dengan bijaksana, maka akibat karma dari kehidupan yang
terdahulu, pengaruhnya akan menjadi terbatas. Tetapi kalau umat manusia berbuat
kejahatan, berarti mereka menciptakan dosa baru lagi, yang akan menjadi bibit
karma buruk untuk kehidupan yang akan datang.”
Jenderal
“Apa yang dikatakan
oleh Pejabat, benar-benar sangat tepat.”
”Umat manusia di dunia
harus sadar. Harus percaya adanya Hukum Karma.”
”Maka itu, umat
manusia di dunia harus membina diri atau menjalankan Sila.” ”Sebenarnya, setiap
manusia memiliki sifat Kebuddhaan.
Apabila mati manusia
bersedia mengembangkan sifat Kebuddhaan mereka, mereka pasti bisa lulus dari
cobaan hidup dan godaan yang berbentuk harta, kedudukan dan wanita.”
”Apabila mereka bisa
lulus, artinya mereka tabah dan tidak tergiur terhadap wujud jasmani dan wujud
dari benda duniawi, maka mereka akan menjadi Dewa atau Buddha.” ”Walau pun
seseorang ditakdirkan menjadi kaya, tetapi apabila dia tidak mau bekerja dengan
sepenuh hati, dan memiliki pandangan hidup yang salah atau bersifat egois maka
ia pasti akan gagal!”
Chi Kung Huo Fo
”Saya sudah kembali.”
”Apa yang dikatakan
oleh Pejabat dan Jendral tadi merupakan ajaran yang luar biasa, yang dapat
menyadarkan hati umat manusia.”
”Setiap manusia
memiliki sifat Kebuddhaan.”
”Apabila umat manusia
bersedia mengembangkannya, umat manusia dapat
menjadi Dewa atau Buddha. Tetapi apabila umat manusia hanya memikirkan
keduniawian saja, hingga tertutup hati nurani asalnya yang murni dan penuh kasih maka ia tidak bisa
kembali ke tempat asalnya (Surga).”
”Karena itulah, maka
diturunkan Ajaran Kebenaran yaitu Dharma, yang menganjurkan setiap umat manusia
harus menjalankan lima Sila, yaitu tidak membunuh, tidak mencuri, tidak
berbohong, tidak melakukan perbuatan asusila dan tidak memakan atau meminum
sesuatu yang menimbulkan ketagihan.”
”Sila ini digunakan
untuk menyucikan diri, untuk menghapus karma buruk sehingga umat manusia dapat
kembali ke sifat asal yang bersih.”
”Para umat manusia di
dunia, janganlah berkhayal atau bermimpi lagi di dunia yang bersifat sementara
ini.”
”Cepatlah membina diri
atau melatih diri, yaitu berbuat sesuai dengan Dharma, Ajaran sang Buddha, agar
dapat menjadi Bodhisattva atau pun Buddha. Dan bagi umat manusia yang tidak mau
membina diri akan terjatuh ke alam sengsara. Akan terus mengalami proses
tumimbal lahir di enam jalur kehidupan.”
”Semua hantu atau
setan berasal dari umat manusia yang melakukan perbuatan jahat.
Keadaan mereka bukan
ditentukan oleh Penguasa Langit.” ”Lihatlah kedalam Kota Mati Penasaran!”
”Yang Sheng,
bersiaplah untuk pulang.”
”Kami mengucapkan
banyak terima kasih kepada Pejabat dan Jendral atas bantuannya dalam memberi
penjelasan tentang keadaan Kota Mati Penasaran untuk menghilangkan pemikiran
yang salah dari para umat manusia.”
Yang Sheng
”Apa yang dijelaskan
oleh Guru, benar-benar merupakan suatu ilmu pengetahuan yang dalam.”
”Jika tidak mendapat
petunjuk dari Pejabat dan Guru, umat manusia di dunia sama sekali tidak akan
mengerti.”
”Saya harap Guru bisa
sering-sering memberikan penjelasan tentang Ajaran Kebenaran kepada kami, demi
untuk menyadarkan umat manusia. Ini agar orang-orang yang membina diri atau yang
melatih diri memiliki pedoman hidup.”
”Jangan sampai sudah
tua pun masih belum mengerti tentang Hukum Kebenaran dari alam semesta,
sehingga terjerumus ke alam sengsara. Dan harus menjalani siksaan dan
penderitaan yang berkepanjangan di penjara alam Neraka.”
Chi Kung Huo Fo
”Apa yang kamu katakan
itu benar.”
”Memang ini merupakan
kewajiban Saya untuk menolong umat manusia.”
”Saya benar-benar
ingin membimbing umat manusia untuk mengikuti jalan yang benar.”
”Pada kesempatan ini, Saya akan memberitahu kepada umat manusia cara untuk melatih diri.”
”Pada kesempatan ini, Saya akan memberitahu kepada umat manusia cara untuk melatih diri.”
”Pertama, umat manusia
harus membebaskan dirinya dari lima racun, yaitu sifat keserakahan, kemarahan
(emosi), nafsu birahi, keterikatan terhadap wujud jasmani dan benda duniawi,
serta kesombongan.”
”Kedua, melatih diri
dalam praktek berdana atau membantu orang yang tertimpa kesusahan, bersabar
menghadapi cobaan hidup, menjalankan lima Sila dalam kehidupan sehari-hari,
menenangkan pikiran dengan cara berdoa kepada para Buddha, serta sering membaca
Sutra suci, Ajaran sang Buddha; hingga memperoleh kebijaksanaan sejati.
Kemudian melimpahkan semua jasa dan pahala yang diperoleh dari perbuatan bajik
ini kepada semua makhluk hidup dan mendoakan mereka agar dapat berjalan di
jalan yang benar serta dapat merasa yakin terhadap ajaran dari para Buddha.
Setelah itu, mohonlah kepada Amitabha Buddha agar kelak dapat lahir di alam
Buddha.”
”Sebagai tanda
berbakti kepad para Buddha, para umat dapat turut membantu menyebarkan kitab
suci Ajaran Kebenaran untuk menyeberangkan umat manusia menuju ke pantai
bahagia.”
”Dengan perbuatan yang
mulia dan luhur ini, maka secara pasti para umat dapat terlahir di alam
Buddha.”
”Saya ingin
memberitahu kepada umat manusia bahwa berbakti kepada orang tua dibagi
tiga tahap, yaitu apabila para umat
manusia mempersembahkan makanan yang bergizi, pakaian yang bagus, tempat
tinggal yang nyaman dan membawa orang tuanya pergi jalan-jalan untuk menikmati
keindahan alam, ini disebut Bakti Kecil.”
”Apabila umat manusia,
di samping menyediakan segala keperluan orang tua dengan baik seperti yang
telah disebutkan dalam Bakti Kecil itu, ditambah lagi sering melakukan
perbuatan kebajikan yang bersifat sosial sehingga memperoleh nama baik di
masyarakat, yang mana hal ini dapat mengharumkan nama orang tua dan leluhur,
ini disebut Bakti Menengah.”
”Apabila para umat
manusia di samping menjalankan Bakti Kecil dan Bakti Menengah, ditambah lagi
dapat menenangkan hati orang tua mereka dengan menunjukkan kepada orang tua
mereka bahwa mereka adalah umat Buddhis yang berdisiplin, yang memiliki tingkah
laku dan pandangan yang benar, serta berusaha membujuk orang tua mereka untuk
turut berbuat kebajikan, terutama harus menjalankan Sila, Berdana dan berdoa
kepada para Buddha agar kelak dapat lahir di alam Buddha, ini merupakan Bakti
Terbesar.”
”Yang Sheng, saya
benar-benar berharap para umat manusia dapat melaksanakan ajaran tentang Bakti
ini.”
Yang Sheng
”Terima kasih atas
bimbingan dari Guru!”
”Pengetahuan ini
sungguh luar biasa. Saya pasti akan melaksanakannya karena saya ingin lahir di
alam Buddha.”
”Saya tidak ingin
terus-menerus berputar di roda tumimbal lahir.”
”Guru, sekarang saya sudah
duduk dengan baik.”
”Silakan berangkat!”
Chi Kung Huo Fo
”Di sini, saya ingin
mengingatkan umat manusia bahwa apabila umat manusia berbuat baik, mereka akan
memiliki karma baik dan akan dituntun menuju kelahiran kembali dalam keadaan
yang baik.”
”Di samping berbuat
baik, umat manusia seharusnya turut memberi semangat dan contoh teladan kepada
orang lain agar mereka bersedia untuk ikut berbuat baik. Dengan perbuatan yang
mulia seperti ini, maka umat manusia akan memperoleh berkah yang lebih banyak
lagi.”
”Para manusia sering
bertanya, ’Mengapa manusia harus berbuat baik?’
’Apakah tidak cukup
jika manusia hanya tidak berbuat jahat dan tidak menyakiti makhluk yang lain?’”
”Saya ingin memberitahu manusia bahwa sebenarnya pada
kehidupan yang lalu, yang tidak terhitung lagi jumlah waktunya, umat manusia
telah menggumpulkan banyak karma buruk yang
berakibat mendatangkan
banyak masalah dalam
kehidupan sekarang ini.
Dalam Sutra, sang
Buddha mengajarkan bahwa jalan untuk mengurangi pengaruh dari karma buruk masa
lampa adalah dengan melakukan banyak karma baik dalam kehidupan sekarang.”
”Karma buruk itu
ibaratnya seperti segumpal garam dan karma baik adalah air. Jika segumpal garam
dimasukkan ke dalam secangkir air, maka air itu akan terasa asin. Tetapi jika
garam tersebut dimasukkan ke dalam air sungai, maka keasinannya akan berkurang
secara drastis.”
”Sama halnya dengan
melakukan karma baik, yang mana dapat meringankan pengaruh dari karma buruk
masa lampau, kecuali karma buruk yang sangat berat seperti membunuh orang tua
sendiri.”
”Kita sudah tiba di
Vihara Sheng Sien.”
[Yang Sheng turun dari
bunga teratai. Kemudian rohnya masuk kembali ke badannya.]