Sabtu, 21 Juli 2018

LAUT DI KALA SENJA (Jangan Dekati Perzinahan)


Semua orang suka melihat laut. Terutama laut di kala matahari terbenam, selalu merupakan pemandangan terindah di dunia.
Sebuah bola api besar yang merah menyala, menyentuh garis permukaan laut, perlahan tenggelam ke dalam air laut. Membuat langit dan laut turut memerah.
Sinar yang tersisa memerahkan seluruh cakrawala. Tapi, hanya dalam sekejap, semua akan menjadi gelap!
Saya duduk di tepi pantai di kala senja menyaksikan pemandangan ini. Dalam keadaan samar-samar, hatiku tergerak. Dari titik pertemuan matahari dan laut, saya memasuki alam baka. Di alam baka, saya bertemu dengan seorang konglomerat.
Saya sedang berjalan-jalan.
Di depanku ada seorang pak tua juga sedang berjalan-jalan. Pak tua ini sendirian. Tiba-tiba ia menoleh, wajahnya seperti pernah kukenal.
“Oh, Anda ini…,” saya berseru.
“Benar, saya.”
Saya merasa sangat heran, “Mengapa Anda bisa berada di sini?”
“Saya…”  Pak tua merasa malu.
Saya bertanya demikian tentu ada alasannya. Karena pak tua ini merupakan konglomerat papan atas di dunia, bukan orang kaya biasa. Jaringan usahanya sungguh luas. Yang patut disyukuri adalah ia seorang kaya raya yang senang beramal. Hatinya saleh, suka menolong orang lain.
Ia menjadi donatur bagi banyak lembaga sosial dan kegiatan sosial. Ia selalu menyumbangkan dana maupun tenaga, menjadi orang baik nomor satu di negerinya.
Konglomerat ini memang seorang dermawan besar. Ia juga menyumbang tanah, melakukan kegiatan sosial, memperbaiki jalan dan jembatan, membantu korban bencana alam, mencetak kitab suci, membuat pratima Buddha. Hartawan ini juga seorang umat Buddha yang taat beragama. Kalau ada biarawan datang memohon dana pembangunan kuil atau vihara, ia pasti dengan senang hati merelakan dana.
Dermawan konglomerat ini bisa mengupayakan kebaikan bagi umat luas tentu menghasilkan buah kebajikan. Orang seperti ini, pasti akan terlahir di alam dewa yang indah dan selalu berkesempatan mendengarkan Buddhadharma.
Tapi, sekarang ia berada di alam baka dan terjerumus di tiga alam samsara. Tentu hal ini membuat saya merasa heran.
Konglomerat ini berkata padaku, “Berkah dan umurku sampai hari ini sudah terkikis habis.”
“Mana mungkin?” saya tidak percaya, “Apa kesalahanmu?”
“Kesalahan yang paling mudah dibuat oleh orang kaya,” jawabnya.
“Sering berzinah?” saya coba menebak.
“Benar,” jawab konglomerat.
Konglomerat ini menjelaskan padaku:
Setelah seseorang mencapai sukses dan popular, dengan kekayaan yang berlimpah itu akan menjadi pusat perhatian banyak orang. Banyak wanita akan mengaguminya, lalu jatuh hati dan mendekatinya. Hal inilah yang menyebabkan seorang konglomerat beristri banyak. Ia memperistri sekretarisnya, juga memperistri wanita dari kalangan baik-baik, bahkan memperistri teman sekolah putrinya…
Saya sungguh tak bisa bicara apa-apa lagi.

Saya teringat sebuah cerita, begini kisahnya:
Seorang pejabat jaman Dinasti Ming bernama Zhang Ning yang sudah berusia senja masih belum punya anak dan sering sakit-sakitan.
Zhang Ning berdoa di kuil rumahnya. Batinnya bertanya, dosa apa kiranya yang telah ia perbuat sehingga tidak punya keturunan dan banyak penyakit?
Seorang istri mudanya berkata, kalau tidak menelantarkan mereka sudah merupakan suatu kebajikan.
Zhang Ning sadar seketika.

Lalu semua istri muda dan pelayan yang tidak ingin tinggal bersamanya, dibebaskan untuk menikah lagi.

Setahun kemudian, Zhang Ning memperoleh seorang putra, badannya juga semakin sehat.

‘Sering berzinah’ memang menakutkan. Hendaknya mawas diri.

Ketahuilah, para makhluk suci di alam sana selalu mengawasi tingkah laku kita dengan ketat.

Yang harusnya bisa mencapai kebahagiaan surgawi, ini malah menderita di neraka. Begitu salah langkah akan terjerumus.

Janganlah melakukan hal yang tidak senonoh; janganlah melakukan hal yang tak bermoral; janganlah merendahkan wanita penghibur dan pelayan; janganlah merasa pantas didekati hal cabul; janganlah menganggap poligami itu bak makanan sehari-hari; janganlah melupakan tatakrama antara tua dan muda.

Di alam baka bertemu dengan orang kaya raya yang terkenal ini sungguh merupakan sebuah peringatan! Jangan memanjakan diri dengan nafsu birahi yang berlebihan, hal yang ekstrim akan mendatangkan bencana.

Sangat disayangkan, hanya karena perbuatan ini terjerumus di alam neraka!


*dikutip dari buku ke-153 "Biarkan Sinar Mentari Menerangi", kisah ke-10, hal 30~32

Tidak ada komentar:

Posting Komentar