Minggu, 29 Oktober 2017

Penuturan Seorang yang Hidup Kembali



Berikut sebuah penuturan dari Lianhua Pinde:
Ayah saya bernama Lianhua Guizhuan, selama ini beliau telah bersarana kepada Guru-guru dari berbagai aliran Buddhis seperti berikut:
- Aliran Sukawati, fokus menyebut nama Buddha.
- Aliran Zen, mempelajari jhana.
- Aliran Tantra Kagyu, mendalami Mahamudra.
- Aliran Theravada, menekuni Sila Vinaya.

Ayah saya hobi bergonta-ganti tempat ibadah. Jika Bhiksu Jepang yang berkunjung ke Taiwan, dari sekte seperti: Nichiren, Agon, Shinri Takahashi, Kiriyama Seiyu, dan sebagainya, ia pasti menghadiri semua ceramah Dharma mereka.

Ia juga pergi ke India, mengunjungi tempat pelatihan spiritual di sana. Selama berbulan-bulan tinggal di tempat ibadah dan berbaur langsung dengan sekte seperti Ananda maupun Sai Baba.

Ia mengunjungi Tibet, Nepal, Sikkim, Bhutan, bersarana kepada beberapa Rinpoche dan Bhiksulama di sana, seperti: Jumkun Kuntrul, Jamyang Khyentse, Urgyen Trinley, Tulku Urgyen, Chiqing, Jiazha….

Begitu mendengar saya hendak bersarana kepada Guru Lu, ayah juga mengikuti saya ke Vihara Vajragarbha Taiwan. Ia menerima Abhiseka Sarana dari Guru Lu dan turut menjapa “Om. Guru. Lian Sheng Siddhi. Hum”.


Suatu hari, ayahanda jatuh sakit, badan panas dingin, tidak sadarkan diri selama 3 hari. Pihak rumah sakit menyatakan ayahanda sedang dalam kondisi kritis.

Setelah beliau sadar dari koma, ia memberitahu kami kejadian sebagai berikut:
Ternyata ia telah memasuki alam baka, ia melihat banyak orang berada dalam barisan. Sewaktu tiba gilirannya, ia berkata kepada Raja Baka, “Saya adalah penganut ajaran Buddha.”

Raja Baka berkata, “Anda bukan penganut ajaran Buddha, tetapi penganut ajaran gado-gado.”

Ia berkata, “Saya bisa melafalkan Sutra Hati.”

Raja Baka berkata, “Coba lafalkan!”

Ia melafalkan Sutra Hati dalam bahasa mandarin dengan lancar, kemudian melafalkannya sekali lagi dalam bahasa Tibet.

Raja Baka berkata, “Pelafalan dengan mulut tidak dengan hati, terlebih lagi tidak memahami Kebenaran Sejati.”

Raja Baka lanjut berkata, “Anda bisa baca mantra?”

Ia mulai membaca mantra, yang bisa diingat, semuanya dibaca.
Raja Baka berkata, “Seperti burung beo meniru suara.”

Terakhir, ia membacakan sebait mantra berbunyi, “Om. Guru. Liansheng Siddhi. Hum”.

Raja Baka berkata, “Ini baru mantra yang paling berbobot!”

Ia bertanya, “Berbobot bagaimana?”

Raja Baka menjawab:
“Sebagaimana tubuh penjelmaan teratai. Berkat sebait kalimat ini, Anda tidak perlu berada di alam baka, kembalilah ke alam manusia untuk berbhavana!”

Oleh sebab itu, Lianhua Guizhuan, ayahanda dari Lianhua Pinde, sadar dari koma, dan penyakitnya pun sembuh.

Lianhua Pinde berkata:
“Ternyata yang paling berbobot adalah Mantra Padmakumara!”


*sumber; http://tbsn.org/indonesia/news.php?cid=23&csid=254&id=9
Buku ke-234 -- Kisah Serba Muskil

Tidak ada komentar:

Posting Komentar