Bila saya sedang tak berdaya,
saya berdoa dengan setulus hati kepada para Budha dan makhluk suci. Roh Roh dari langit ini selalu menjawab doa
doa saya dan menolong saya. Saya
merasakan bahwa Dunia Sinar selalu menerangi Bumi yang retak ini.
Perjalanan saya ke Australia
diiringi oleh Mr. Lin Yung Mao. Kami
mengunjungi kota Sydney dan Melbourne.
Saya menyukai gaya hidup yang tenang dari bangsa Australia yang karena
letak geografis negara mereka terpisah jauh dari dunia lain membuat mereka
sangat kalem.
Namun, dalam perjalanan pulang
keluar Australia, saya menghadapi masalah sulit yang belum pernah saya
alami. Masalah ini muncul akibat
kecerobohan dari travel agen kami. Penduduk Taiwan yang ingin mengunjungi Australia harus mendapatkan visa
Hongkong. (Catatan: Pada saat itu, tidak
ada penerbangan langsung dari Taiwan ke Australia sehingga orang harus ke
Hongkong dulu untuk pergi ke Australia). Dalam perjalanan kami ke Sydney, kami harus melakukan transfer pesawat
di Hongkong dan karena kami cuma menunggu di daerah transit di airport, tidak
ada masalah yang timbul. Tetapi, dalam
perjalanan balik, flight connection membuat kami terpaksa bermalam di
Hongkong. Orang tidak diijinkan untuk
tidur di daerah transit. Karena itu
orang harus mempunyai visa Hongkong untuk keluar dari airport. Masalah yang harus segera ditangani adalah
bahwa airport Australia tidak mengijinkan penumpang tanpa visa Hongkong untuk
naik ke pesawat.
Tiket pesawat kami adalah dari
Cathay Pacific Airlines. Baik airline
maupun travel agen telah bertindak ceroboh.
Meskipun saya menyenangi perjalanan saya didalam Australia, mengalami
situasi seperti ini tidaklah menyenangkan. Di negara asing yang tak memiliki hubungan diplomatik dengan Taiwan,
kepada siapa kami harus menjelaskan masalah kami dan mengajukan permohonan? Kami melakukan hubungan dengan pihak
airline. Manager dari Cathay Pacific
Airlines yang bertugas di Melbourne memberitahu kami, "Kami ingin membantu
tapi kami tidak dapat karena ini adalah urusan hukum." Dengan kata lain, bagaimana orang dapat
terbang ke Hongkong tanpa visa yang dikeluarkan Hongkong?
Kami berusaha menjelaskan
permasalahan sebenarnya. Karena pihak
airline telah berbuat kesalahan menjual tiket kepada kami tanpa visa Hongkong,
mereka juga bersalah dalam menciptakan situasi ini. Sebenarnya, orang Taiwan harus mempunyai baik
visa Australia maupun visa Hongkong sebelum ia dapat pergi dari Taiwan menuju
Australia. Setelah berkonfrontasi, sang
manager akhirnya memberitahu kami bahwa ia akan mengirim telegram ke Cathay
Pacific Airlines di Hongkong dan bahwa kami harus pergi ke airport pagi pagi
sekali untuk mendapat jawaban dari Hongkong.
Mr. Lin Yung Mau menoleh kepada
saya dan berkata, "Yang berhak memberi ijin untuk naik ke pesawat adalah
pihak imigrasi. Bagaimana pihak airlines
dapat menolong kita dalam hal ini? Saya
rasa situasi kita ini tak tertolong lagi."
Malam itu, Mr. Lin Yung Mao sangat kuatir sehingga tak dapat tidur. Kedua matanya merah dan ia hampir saja
menangis. Saya tetap tenang dan sebelum
tidur, saya berdoa kepada makhluk suci dengan sekuat tenaga saya. Didalam hati, saya meminta dengan tulus dan
berulang kali untuk suatu mujizat.
Tiba tiba, roh Bodhisattva turun
dan ia mengangkat tangannya untuk menulis di udara empat huruf Mandarin yang
bersinar keemasan. Tulisan itu berarti
"Transit tanpa rintangan." Saya mengcopi ke4 kata itu di sepotong kertas putih dan menaruhnya
didalam saku. Lalu saya tidur dengan
tenang tanpa memberitahukan hal ini kepada Mr. Lin Yung Mao.
Pada pagi dini di Melbourne
International Airport, ternyata, kami memang menerima sebuah telegram yang
berbunyi, "Ini untuk memberi ijin kepada Mr. Lu Sheng-yen dan Mr. Lin Yung
Mao untuk naik ke pesawat menuju Hongkong. Visa dari kedua penumpang ini dijamin oleh Cathay Pacific
Airlines." Kami sangat senang
menerima telegram ini, meskipun Mr. Lin Yung Mao terus berkata, "Sungguh
mustahil. Sungguh mustahil..." Jadi, dengan telegram ditangan, kami melewati
pihak imigrasi dan memasuki daerah boarding. Tidak lama kemudian, kami naik keatas pesawat dan menunggu keberangkatan
pesawat menuju Hongkong. Bukankah semua
berjalan lancar? Tetapi ternyata urusan
belum selesai sepenuhnya.
Sewaktu pesawat sudah hampir
berangkat, seorang petugas imigrasi bergegas naik ke pesawat dan menghentikan
keberangkatan pesawat. Sambil memegang
sebuah telegram ditangannya, ia memanggil nama saya. Telegram ini berisi pesan, "Jangan
ijinkan Mr. Lu Sheng-yen naik pesawat ke Hongkong karena ia tidak mempunyai
visa Hongkong. Saya terperanjat untuk
mendapatkan bahwa telegram itu juga dikirim dan ditanda tangani oleh pihak
Cathay Pacific Airlines. Petugas
imigrasi menginginkan kami untuk turun dari pesawat karena pesawat itu harus
segera berangkat. Saya mengajukan
beberapa permohonan kepada petugas imigrasi itu: pertama, mereka harus memberi saya visa
Australia karena visa Australia saya telah dicabut ketika saya melewati counter
imigrasi. Kedua, karena koper saya
berada didalam pesawat, saya meminta koper saya dikembalikan segera. Ketiga, saya meminta mereka mengongkosi biaya
tinggal dan makan untuk tinggal di Australia sampai visa Hongkong kami dapat
dikeluarkan karena saya telah menghabiskan semua uang saya. Petugas imigrasi itu kebingungan karena ia
tidak dapat memenuhi ketiga permintaan ini. Saya juga mengeluarkan telegram pertama dan menunjukkannya kepada
petugas imigrasi itu. Setelah
membacanya, ia merasa tercengang. Tapi,
ia berkeras akan peraturan dan meminta saya untuk turun dari pesawat. Selama 20 menit, kami berada dalam situasi
yang tak terpecahkan, dengan semua penumpang pesawat memandang kami. Akhirnya, pilot pesawat keluar dari kokpit
dan menjadi juruselamat saya. Dengan
tersenyum, ia mendengarkan permasalahannya dan membaca kedua telegram. Ia kemudian memberitahu petugas imigrasi itu
bahwa ia akan menaruh tanda tangannya diatas sepotong kertas untuk menjamin
saya. Setelah itu, sang pilot menepuk
pundak saya. Pada saat itu, barulah
petugas imigrasi mulai tersenyum dan berkata kepada saya, "Anda sungguh
beruntung."
Sewaktu pesawat naik keangkasa
dengan halus, saya mengeluarkan sepotong kertas putih yang saya simpan itu dan
menunjukkannya kepada Mr. Lin Yung Mao kata kata yang tertulis: "Transit
tanpa rintangan". Ternyata, mereka
tidak dapat merintangi kami dari melakukan transit.
Ketika kami tiba di Hongkong,
kami menyelidiki sumber dari telegram pertama. Cathay Pacific Airlines di Hongkong menyangkal dengan tegas bahwa mereka
mengirim telegram mustahil seperti itu.
Mereka percaya bahwa telegram itu palsu adanya. Dengan marah, mereka sampaikan bahwa
menurut hukum internasional, sebuah airline dapat dihukum berat kalau
mengangkut penumpang tanpa visa. Karena
kejadian ini, pekerja dari pihak travel agen dan pihak airline kemudian
mendapat hukuman dan penurunan pangkat. (Saya menyesali tindakan hukuman yang dijatuhkan kepada mereka).
Karena vefifikasi tentang telegram
dari airline itu tidak membawa hasil, saya mencari jawaban dari Roh Suci. Ia hanya tersenyum tanpa menjawab.
Ini adalah kesimpulan saya: Roh Suci pasti telah menggunakan kekuatan
batinnya pada petugas pengirim telegram sehingga menyebabkan dia terhipnotis
sementara waktu dan mengirim telegram tanpa menyadari tindakannya itu. Telegram dari langit.
**Padmakumara-4, Bab 1, kisah no.2
(dari hal 5-8 buku "The World as Revealed by the Third Eye", karya no. 41 dari Grand Master Lu Sheng-yen yang diterbitkan
pada Januari 1983 dalam bahasa Mandarin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar