Rabu, 24 Agustus 2016

Wanita Dalam Kuburan



Suatu malam, roh saya keluar dari tubuh dan menjelahi sepuluh alam Dharma.
Rupanya masih ada langit di luar langit
Memperoleh jalan sejati menjadi dewa abadi
Seribu satu kitab suci pun tiada guna
Lahir dan mati bersumber dari hati

Saya tiba di sebuah kota di alam bardo. Suasana hiruk-pikuk, jalanan dipenuhi dengan pertokoan yang menjual berbagai macam komoditas, warung makanan dan lesehan kaki lima menawarkan aneka masakan, sungguh ramai. Saya berjalan-jalan di jalan utama, sambil menikmati panorama di sekeliling. Yang sempat mengherankan saya adalah keramaian di sini mirip sekali dengan kawasan timur di Kota Taipei.

Sementara saya sedang berjalan-jalan, sesosok wanita muda yang cantik berjalan ke arah saya. Semula ia berjalan dengan kepala tertunduk, lalu mengangkat kepalanya dan melihat saya sambil berseru, “Oh!”

Saya tidak terganggu oleh tingkahanya, lagi pula keberadaan saya di kota ini memang agak aneh. Kota ini termasuk alam halus, makhluk halus tidak bercahaya, kalaupun ada, cahayanya cukup redup. Sedangkan saya berwujud cahaya, cahayanya sangat kuat, bahkan bercahaya pelangi. Kesegaran cahaya saya mengundang tatapan banyak “orang” di situ.
Tentu saya tidak terlalu menaruh perhatian pada wanita muda yang berseru kaget hingga ia tiba-tiba menghentikan langkah kakinya untuk menyapa saya, “Sheng-yen Lu!”
“Oh!” saya terheran-heran di tempat begini ada yang mengenali saya, “Apakah Anda mengenali saya?”
“Tentu saja, saya telah menjadi pembaca setia Anda selama bertahun-tahun. Saya telah mengoleksi dan membaca sebagian besar buku Anda.”
“Siapakah nama Anda?”
“Xie Qi.”
“Sungguh nama yang indah, sesuai penampilannya.”
“Terima kasih,” Xie Qi terlihat bahagia dan lanjut berkata, “Alangkah bagusnya bertemu Anda di sini, saya kira sudah tiba saatnya untuk keluar dari tempat ini menuju ke tempat yang lebih layak.”
“Saya tidak dapat mengeluarkan Anda dari sini,” saya agak tertegun, “tidak mungkin saya membawamu ke alam lain tanpa alasan sama sekali.”
“Anda pasti akan menolong saya bukan?”
“Bantu sih bantu, tapi bukan membawa serta wanita makhluk halus di sisi saya.”
“Tentu saja tidak,” ujar Xie Qi. “Begitu saatnya tiba, mohon maha pemberkatan dari Anda.”
“Bagaimana Anda tahu saya dapat menolong?”
“Makhluk halus mempunyai lima kekuatan supernatural,” Xie Qi menjawab sambil tersenyum lebar bagaikan mawar yang sedang bermekaran.
Kami berjalan menuju kafe terdekat untuk minum. Xie Qi memesan espresso.
Saya menggeleng-gelengkan kepala dan berkata, “Saya tidak minum kopi.”
“Mengapa?”
“Kopi membuat saya sulit tidur.”
“Di sini tersedia yang non kafein.”
“Oh! Rupanya kota di alam bardo juga tidak ketinggalan, juga tersedia kopi non kafein. Kalau begitu, saya memesan cappuccino non kafein.”

Kami mengobrol dengan leluasa. Ketika saya bertanya padanya bagaimana ia meninggal, wajahnya seketika berubah menjadi muran dan berkata, “Memadu istri muda untuk memperoleh keturunan, tak perlu muda belia, wajah buruk di balik bersolek, semuanya hanyalah sebuah mimpi. Pria kaya memiliki banyak simpanan, mengabaikan istri pertama, semena-mena memuaskan nafsu birahi, nyawa pun tak lagi peduli.”
“Anda istri muda seseorang?”
“Ya.”
“Bagus juga! Biasanya suami lebih menyayangi istri muda,” ujarku.
Xie Qi menghela napas, “Di belakang istri muda, masih ada istri muda. Sheng-yen Lu, tahukah Anda? Orang kaya tidak puas memperistri empat atau lima orang.”
“Sungguh demikian!”
“Sikap orang kaya,” Xie Qi menimpali.
“Apa yang terjadi pada Anda?”
“Saya melompat dari gedung.”
“Anda sungguh bunuh diri dengan melompat dari gedung?”
“Ya,” jawab Xie Qi, “Saya melakukannya dalam kemarahan sesaat.”
“Bukankah dalam buku saya menyarankan orang jangan melakukan bunuh diri?”
“Saat itu pikiran menjadi kosong, tidak teringat.”
“Bukankah Anda baik-baik saja di kota ini?”
“Sheng-yen Lu, Anda mengerti atau pura-pura tidak mengerti? Orang yang bunuh diri akan mengalami kematian ulang pada setiap hari pukul 01.45 atau pada hari ke-1 dan ke-15 penanggalan lunar, sangat tragis. Kota ini hanya tampak luarnya saja begini, semua penghuni di sini sangat menderita.”
“Oh!” saya terperangah.
“Anda harus menolongku meninggalkan tempat ini,” Xie Qi memohon.
Saya mengangguk.
*
Suatu hari, seorang pria perlente bernama Chen De datang menemui saya. Setelah memasuki ruangan, ia segera melepas jas melonggarkan ikatan dasi, lalu memperlihatkan bagian lehernya. Saya melihat segumpal tumor sebesar telur ayam tumbuh di lehernya.
Chen De berkata, “Tumor ganas.”
“Perlu dibedah?”
“Menurut dokter, mesti dibedah, tapi tumor ini demikian besarnya sehingga akarnya sudah tertanam di gumpalan syarat, pembedahan menjadi sulit. Kemoterapi akan mengakibatkan kerontokan dan memutuskan pembuluh kapiler serta kehilangan berat badan. Para dokter sedang berunding mencari solusi terbaik.”
“Saya coba bermeditasi membantu Anda melihat tumor ganas ini.”
“Baiklah.”
Saya memejamkan mata dan memusatkan pikiran, memasuki meditasi. Saya menjadi sadar akan banyak hal yang tidak diketahui oleh orang awam, dengan pengetahuan sejati, seseorang mendapat ketenangan di antara pergerakan atau pergerakan di antara ketenangan. Dalam kondisi penuh kesadaran, saya menjadi sadar akan dunia lain.
Dulu, banyak yang berdebat, “Manakah yang lebih dulu ada, ayam atau telur?” tidak ada jawaban yang mudah atas pertanyaan ini. Ayam berasal dari telur, jadi mungkin seharusnya teluar lebih dulu ada. Tetapi telur dierami oleh ayam, jadi mungkin seharusnya ayam lebih dulu ada daripada telur. Tanpa ayam, dari mana telur berasal? Tanpa telur, dari mana ayam berasal?
Pertanyaan ini telah berulang kali diperdebatkan tanpa memperoleh jawaban yang tuntas. Namun orang yang berlatih meditasi menyadari:
1. Di kala alam baru terbentuk, memang tidak ada ayam juga tidak ada telur.
2. Hawa murni dan hawa keruh mulai terpisah, hawa murni bagaikan putih telur dan hawa keruh bagaikan kuning telur. Hawa murni mengangkasa menajdi langit dan hawa keruh membumi menjadi tanah.
3. Langit dan bumi berinteraksi antara yin dan yang, dari Wuji (Ji berarti batas, Wu Ji berarti tiada batas) timbul Taiji (Tai berarti maksimal, Tai Ji berarti batas maksimal).
4. Taiji membelah jadi dua, bagaikan telur menetas jadi ayam.
Bagi praktisi meditasi yang menjawab pertanyaan ini adalah, “Duluan ada telur, setelah itu ayam.”

Kalau memahami teori ini, dengan sendirinya akan membuka tabir rahasia alam.
Saya, Dharmaraja Liansheng Sheng-yen Lu memahami teori ini, oleh karena itu, saya mampu menganalisa dengan mengamati tumor ganas tersebut.
Tumor ganas itu terkupas berlapis-lapis sampai ke intinya. Saya melhat adanya cahaya arwah di dalam, sesosok makhluk halus bercokol di sana. Rasanya saya pernah melihat sosok tersebut. Begitu saya amati lebih teliti, rupanya Xie Qi.
Saya bertanya, “Anda menetap di mana?”
“Tumor ganas,” jawabnya.
“Jika dokter membedah tumor ganas ini, di mana pula Anda akan menetap?”
“Menyebar ke bagian tubuhnya yang lain.”
“Bagaimana jika ia menjalani kemoterapi?”
“Menetap di angkasa.”
Saya berkata, “Xie Qi, Anda jangan berdebat dengan saya, Anda tidak mampu menetap di angkasa, Anda cuma mampu kembali ke kota di alam bardo.”
“Benar, sekarang mohon Anda menyelamatkan saya.”
“Anda terlalu obsesi akan hal ini, sampai-sampai tega memasuki tubuh Chen De dan menyebabkan ia tumbuh tumor ganas. Anda sungguh keterlaluan.”
XIe Qi membalas, “Saya tidak mungkin berbuat tanpa alasan, justru dia yang menyebabkannya, jangan salahkan saya. Ada karma di balik semua ini.”
“Karma apa?”
“Tanya saja pada Chen De.”
Usai meditasi, saya membuka mata dan memberitahu Chen De bahwa sesosok makhluk halus bernama Xie Qi berdiam di dalam tumor ganas lehernya. Di antara mereka berdua terdapat ikatan karma, sehingga ia bercokol di tumor ganas dalam tubuhnya.
Saya bertanya pada Chen De apakah mengetahui hal tersebut?
Chen De terperanjat mendengarkan hal ini, lalu ia mulai bercerita:
Pada Bulan Qingming (bulan di mana keluarga berziarah ke pemakaman) yang lalu, Chen De bersama keluarga berziarah ke pemakaman leluhur. Mereka mencabuti rumput liar yang tumbuh merambat di sekeliling makam. Setelah itu, mereka menyiapkan meja untuk menata sesajian vegetarian yang disukai leluhur sewaktu masih hidup. Lalu mulai membakar dupa dan berdoa, terakhir membakar kertas sembahyang.
Ada perbedaan mencolok antara orang Tionghua dan orang Barat dalam kebiasaan berziarah ke pemakaman. Sesaji yang dipersembahkan orang Tionghua untuk leluhur berupa makanan, sementara orang Barat menggunakan bunga. Dulu, orang Barat suka menertawakan orang Tionghua bahwa orang Tionghua hobi makan, tapi apakah orang yagn sudah dikubur dapat bangun untuk mencicipi makanan? Lalu, orang Tionghua juga membalas bertanya, apakah orang yang sudah dikubur dapat bangun untuk menikmati bunga?
Apakah leluhur Chen De bangun dari kuburannya mencicipi makanan atau tidak, Chen De tentu tidak tahu. Ketika keluarganya sedang mempersiapkan sesajian, ia merasa bosan dan berjalan-jalan di sekitar tanah kuburan. Ia melihat ada sebuah kuburan baru sekitar tiga puluh meter di sebelah kanan, ia pun menghampiri dan mengamati batu nisannya. Di atas batu nisan terukir aksara, “Di sini terbaring putri tercinta Xie Qi”.
Chen De segera tahu bahwa ini seorang wanita muda yang pemakamnnya diurus oleh orang tuanya. Ada sebuah foto tercetak di batu nisan. Setelah mendekat, ia melihat wajah seorang wanita muda ayu yang memiliki sepasang mata yang indah, sungguh mempesona.
Chen De segera terpesona lalu berseru, “Sungguh sayang.”
Tanpa disengaja, Chen De beranjali, “Kelak saya menikah, alangkah bahagianya kalau dapat memperistri seorang wanita secantik yang di dalam kuburan ini.”
Chen De membidik kameranya ke arah foto Xie Qi yang di atas batu nisan. Diam-diam ia mencetak dan menyimpannya di dalam dompet saku. Ia selalu berharap dapat menikahi seorang wanita secantik Xie Qi.
Setelah mendengarkan kisah Chen De, saya terasa sungguh tidak masuk akal, “Apakah Anda sungguh melakukan hal demikian?” tanyaku.
“Sungguh.”
Chen De mengeluarkan selembar foto dari dompet saku. Benar, itu adalah Xie Qi.
“Sungguh tidak dapat dipercaya, Anda telah tergoda oleh kecantikannya sampai-sampai melakukan hal demikian! Tidak heran bila Anda diganggu oleh makhluk halus.”
“Sekarang bagaimana?” Chen De kebingungan.
Saya berkata pada Chen De bahwa saya harus menggunakan dua cara:
Cara pertama, membangun altar, melalui kekuatan menjapa mantra dan membaca sutra menyeberangkan arwah Xie Qi, agar ia terlahir ke alam yang lebih layak.
Cara kedua, saya akan menggunakan Sadhana Sumur Emas, dengan menggores kuas tulis bertinta merah pada tumor ganas sambil menjapa, “Garis pertama menjadi kali, garis kedua menjadi sungai, garis ketiga dan keempat menjadi sumur emas. Ini bukan sembarang kuas tulis, tapi milik cendekiawan Gunung Lu. Mengarah ke atas langit menjadi jernih, mengarah ke bawah bumi menjadi damai, mengarah ke manusia umur panjang, mengarah ke makhluk halus segera tumimbal lahir. Demikian amanat suci ini segera terlaksana.”
Dalam mantra asli berbunyi, “Mengarah ke makhluk halus segera musnah, saya koreksi menjadi “Mengarah ke makhluk halus segera tumimbal lahir.”
Saya menginginkan Chen De berulang kali menemui saya. Sadhana Sumur Emas mempunyai kekuatan besar, begitu kuas tulis bertinta merah menggoresi tumor ganas, ukuran tumornya segera mengecil. Kedua kali menggores, tumornya menjadi semakin kecil. Setelah tujuh kali, tumornya mengecil menjadi seukuran mutiara. Saya melakukan Sadhana Sumur Emas sebanyak sepuluh kali. Tumornya betul-betul lenyap.
Goresan kuas tulis menakutkan makhluk halus
Dalam sekejap menyeberangi tiga alam
Sadhana Sumur Emas muncul di dunia
Menggelegar terbebas dari samsara
Chen De terselamatkan, ia luput dari derita pembedahan.
Kalau saja Chen De tidak menemui saya, kemungkinan besar ia akan menjalani operasi dan kemoterapi. Yang semula sehat akan tersiksa setengah mati, itupun kalau dapat disembuhkan. Kalau tidak, alangkah menyedihkan.
Chen De ingin memberikan saya foto Xie Qi. Saya berkata, “Anda sajalah yang simpan!”
“Tidak bermasalah?” Chen De ragu.
“Sekarang sudah tidak bermasalah, sebagai kenang-kenanganlah, he-he!”
Kasus Chen De tidaklah terlalu unik, cukup umum. Berikut ini ada beberapa kasus yang mirip.
Kasus pertama:
Seorang pria pada saat gadis tetangga yang dikenalnya itu meninggal dunia, ia berseru di hadapan peti mati sewaktu jenasah akan diberangkatkan ke pemakaman, “Sungguh sayang, sungguh sayang.”
Pada malam itu juga, ia menderita demam. Dalam keadaan setengah sadar, ia melihat gadis tersebut.
Sejak itu, setiap pukul empat sore, ia akan merasakan adanya hembusan udara dingin, tubuhnya mengigil dan ia merasakan gadis itu kembali berkunjung.
Fisik pria ini semakin hari semakin melemah, jiwanya labil, sering terbangun pada tengah malam, keringat dingin bercucuran, jantung berdebar-debar. Dokter menganggapnya menderita flu.
Pria ini datang menemui saya. Begitu dilihat, saya langsung tahu ia kena sabetan.
Cukup dengan dua cara menyelesaikan:
Pertama, songsha, yaitu menghantar makhluk halus.
Kedua, melakukan simabandhana pada tempat tinggal, ruang tidur atau diri yang bersangkutan agar makhluk halus tidak lagi datang mengganggu.
Masalah sabetan, saya telah cukup lama menyelidikinya. Sebagian orang mudah kena sabetan, sebagian orang tidak. Pada umumnya, orang yang mempunyai bazi (angka yang mencatatkan tahun, bulan, tanggal, dan waktu kelahiran seseorang) rendah mudah kena sabetan. Bagi yang mempunyai bazi tinggi, berhawa yang berat, tidak mudah kena sabetan.
Menurut pengamatan saya, orang yang lahir pada bulan kedua atau bulan kesebelas penanggalan imlek, mengalami tingkat kemungkinan kena sabetan yang lebih tinggi. Jika seseorang yang terkena sabetan tidak segera diobati, lama kelamaan akan menderita gangguan mental, tutur katanya mulai lantur, dan mudah berhalusinasi. Dalam istilah kedokteran dinamakan schizophrenia. Dari sudut pandang ilmu spiritual, disebut sabetan atau kesurupan.
Kasus kedua:
Seorang ibu sudah bertahun-tahun lengannya terasa ngilu. Ia sudah memeriksakan diri ke banyak dokter dan tabib, obat yang digunakan mulai dari pil, salep, koyo, suntik, akupuntur…, semuanya tidak membawa hasil. Akhirnya ia datang menemui saya.
Dalam pengamatan meditasi, saya melihat sesosok arwah pria menjerat di lengannya, berarti lengan yang ngilu itu termasuk kasus sabetan pula, sungguh di luar dugaan.
Pria yang saya maksud rupanya bekas pacar ibu ini yang mati tenggelam di laut beberapa tahun yang lalu. Ketika itu, ibu ini sangat sedih. Dari perkiraan waktu, rasa ngilu itu mulai timbul bersamaan dengan tenggelamnya si pacar.
Setelah saya bantu menyelesaikan masalahnya, rasa ngilu di lengannya segera hilang. Penyakit kronis yang tak dapat ditangani oleh dokter, ternyata sembuh di tangan saya, sungguh menakjubkan!
Kasus ketiga:
Ada pula seorang wanita yang mudah kena sabetan, begitu ia berpapasan dengan hal pelayatan atau prosesi pemakaman yang tidak sempat ia elak, setiba di rumah, hal yang sial akan menyertai dirinya. Ia segera merasa pusing, mual, hilang nafsu makan, sulit tidur, demam serta berjiwa labil. Memotong sayur pun jarinya mudah teriris, berjalan kaki pun mudah terjatuh, tubuh mudah terluka. Pokoknya, segala kemalangan segera menghampiri dirinya.

Mungkin Anda akan mengatakan wanita ini hanya mengalami gangguan jiwa, semula saya juga mengira demikian. Tetapi setelah ia mendatangi saya, tidak hanya menderita demam, kedua matanya tampak cekung dan berlingkaran hitam seperti panda. Yang lebih gawat lagi, di balik tubuhnya berkerumuman sekelompok arwah. Saat itu, saya baru memastikan bahwa dirinya kena sabetan.

Kasus sabetan wanita ini tidak mudah diatasi, sebab ia akan kembali terkena sabetan lagi setelah selesai ditangani, demikian terus berlangsung. Akhirnya saya mengajarkannya menjapa Mantra Vajra Acalanatha Vidyaraja, membangun altar Acalanatha Vidyaraja di ruamhnya, menekuni Sadhana Acalanatha Vidyaraja dengan membentuk Mudra Acalanatha Vidyaraja.
Ia bersadhana dengan khusyuk.
Sejak itu, setiap berpapasan dengan hal pelayatan atau prosesi pemakaman, ia segera membentuk mudra dan menjapa mantra tiga kali mengundang kehadiran Acalanatha agar memberi perlindungan. Sejak itu, ia tidak lagi mengalami masalah.
Oleh karena itu, bagi orang yang bazinya rendah, orang yang hawa tubuhnya berkisar yin, orang yang mudah kena sabetan, saya sering menyarankan agar menjapa Mantra Vajra, menggelar altar serta bersadhana Vajrapala. Hal ini akan memberi manfaat perlindungan, dan ini adalah Sadhana Tantra Vajrabala yang sangat penting.
*
Sepengetahuan saya, seseorang terkena sabetan, tetap dikarenakan pengaruh pikrian yang berkaitan erat dengan nafsu. Meski pengaruh pikiran tidak tampak, tetapi makhluk halus akan mengetahuinya. Oleh karena itu, dapat mengakibatkan sabetan.
Saya pribadi pernah mengunjungi Neraka Fengdu. Saya menyadari satu hal, setiap orang yang naik ke alam dewa yang berjumlah dua puluh delapan tingkat, mayoritas termasuk orang yang bersih dari nafsu. Sedangkan setiap orang yang turun ke Neraka Fengdu, mayoritas adalah orang yang mempunyai nafsu kuat.
Melihat karma hitam setinggi gunung, karmawarana sedalam laut, meskipun banyak dikarenakan perbuatan dosa antara lain pembunuhan, penculikan, perampokan, pembakaran, pencurian, dan lain sebagainya, namun, dosa yang paling banyak diperbuat bahkan yang paling sering diulangi perbuatannya oleh manusia, adalah dosa perzinahan.
Menurut Hukum Karma, bagi yang memperkosa dan menodai kaum wanita, akan menderita selama 500 kalpa di neraka Fengdu sebelum terlahir kembali sebagai hewan seperti keledai, kuda, atau sapi; 500 kalpa kemudian baru mampu memperoleh wujud manusia, itu pun bukan sebagai manusia terpandang, melainkan wanita tuna susila yang rendah.
Bagi yang menodai janda atau rohaniwan, akan menderita selama 800 kalpa di Neraka Fengdu sebelum terlahir kembali sebagai hewan seperti kambing atau babi untuk dijagal oleh manusia; 800 kalpa kemudian baru mampu memperoleh wujud manusia, itu pun bukan sebagai manusia utuh, melainkan menjadi penyandang cacat seperti tunanetra, tunarungu, dan lain sebagainya.
Bagi yang melakukan incest (hubungan intim antara anggota keluarga sedarah) antara seorang ayah dan putri; antara seorang ibu dan putra; atau antara sesama saudara kandung; antara orang berumur dengan yang usia belia atau sebaliknya; yang berhubungan sejenis baik antara sesama pria maupun wanita; akan menderita selama 1.500 kalpa di Neraka Fengdu sebelum terlahir kembali sebagai hewan seperti ular atau tikus, 1.500 kalpa kemudian baru mampu kembali memperoleh wujud manusia. Ia pun usianya tidak panjang, ada yang mati saat masih dalam kandungan ibu, atau mati saat masih balita, tak dapat menikmati hari tua.
Begitu pula bagi yang memproduksi buku-buku porno yang menyesatkan pikiran orang, dosanya lebih berat. Akan memasuki Neraka Avici yang penderitaannya tak kunjung usai. Hanya jika semua buku porno lenyap dari peredarannya baru dapat dibebaskan.
Saya pernah mengatakan bahwa akibat buruk yang ditimbulkan buku-buku porno sangat parah dan tak terkira. Seorang gadis dari keluarga baik-baik tak sengeja menyentuh buku porno, akan mudah terdoga dan sulit mengendalikan nafsu rendahnya yang bergejolak hingga terjerumus menjadi wanita jalang. Di bawah pengaruh buku porno atau lukisan porno, seorang wanita saleh akan kehilangan nama baik; kaum pelajar baik pria maupun wanita akan kecanduan melakukan masturbasil dan hal ini akan merusak fisik tubuh yang masih belia dan memperpendek usia tumbuh. Buku porno selain merusak kepribadian diri seseorang, yang lebih parah lagi, akan menghancurkan etika dan kehidupan diri orang lain, sungguh mencelakakan. Menurut saya, dosa yang diakibatkan dari buku porno atau lukisan porno tak ada habisnya.
Saya tahu bahwa dalam samudera karma, lima keserakahan akan harta, seks, tahta, makan dan tidur, susah dihentikan, terutama nafsu seksual. Di alam fana ini, banyak terjadi interaksi antara kaum pria dan wanita, dosa yang paling mudah diperbuat adalah perzinahan. Banyak satria sejati luluhlantak di hadapan godaan seksual. Sejak dahulu kala, baik orang yang berbudi luhur, orang yang dungu, orang yang berbakat, begitu berurusan dengan nafsu rendah, semuanya sama, menyerah total hingga nama baik pun ternoda.
Dunia jaman sekarang berbeda dengan jaman dulu. Akhlak manusia jaman sekarang semakin rendah, komoditas seksual bertumbuh subur bak jamur, segala lapisan manusia dari yang muda hingga lansia, banyak yang menggandrungi tempat-tempat maksiat. Demikain pula pembicaraan orang semakin berbau haram. Betapa kasihannya makhluk ini, banyak yang terjerumus menjadi penghuni alam neraka.
Perzinahan mengakibatkan karma buruk yang amat berat, camkanlah!
  1. Anak istri memikul karma.
  2. Nama baik ternoda.
  3. Keturunan menanggung akibat.
  4. Yang kaya menjadi miskin.
  5. Yang terpandang menjadi terhina.
  6. Yang sehat mati muda.
  7. Tersiksa di alam neraka.
  8. Terjerumus di tiga alam samsara.
Sebagai sadhaka, hendaknya menyadari bahwa rupa itu sunya, lewati godaan rupawan yang tak lain hanya seonggok tulang bewajah kulit yang penuh kotoran berbau amis. Hendaknya mawas diri, jangan sampai terjatuh!
Mari kita semua melepaskan diri dari kekhayalan yang menyesatkan dan bersama-sama menapaki Jalan Kebenaran.

*
sumber:http://tbsn.org/indonesia/news.php?cid=23&csid=146&id=1574

Tidak ada komentar:

Posting Komentar