Sabtu, 16 Mei 2020

MAHA PETAKA (penulisan kisah porno yang mengapuskan segala keberkahan)




Suatu hari, seorang novelis ternama Xie Run datang berkunjung.

Xie Run tahu saya setiap hari menulis buku tanpa berhenti dan telah menulis buku lebih dari seratus jilid. Ia merasa kagum. Dan, saya juga tahu Xie Run adalah seorang penulis yang berpotensi, karyanya berbobot, bukan kelas sembarangan. Saya juga sangat respek padanya. Penulis yang demikian datang menemui saya, tentu saya merasa tersanjung.

Xie Run bertanya pada saya, "Dharmaraja Lian Sheng, saya dengar Anda bisa berhubungan dengan alam halus?"

"Lumayan."

"Bisakah bantu saya menanyakan sesuatu?"

Saya jadi tertawa, "Penampilan Anda hebat, terkenal di mancanegara, berwawasan luas, masih adakah hal yang perlu dipertanyakan?"

Dengan nada serius, Xie Run berkata, "Anda benar, seumur hidup saya tidak pernah percaya pada alam halus, juga tidak percaya hal supranatural. Terhadap hasil karya Anda, saya pernah mencemoohkannya. Tetapi hal itu sudah berlalu, mohon Anda tidak tersinggung. Tahun ini usia saya enam puluh empat tahun. Sepanjang hidup saya ini, soal kepintaran saya tidak ketinggalan dari orang lain, soal kemampuan saya tidak kalah dari orang lain. Namun, di kalangan pendidikan saya tidak pernah memperoleh jabatan tinggi, begitu pula di instansi pemerintah. Pernah ada beberapa kesempatan baik, juga pupus. Anda lihat saya ini penulis ternama, sebenarnya cita-cita saya tak pernah tercapai, selalu dikesampingkan orang lain."

"Sungguh demikiankah?" saya tercengang.

"Anda lihat saya ini orang terkenal," kata Xie Run, "Sesungguhnya uang tak punya, jabatan pun tak ada, rumah tangga pun hancur berantakan, rumah pun tidak ada. Fisik saya sudah tidak sesehat dulu lagi, seumur hidup ini hanya memiliki beberapa buku kusam saja. Kesulitan selalu datang mencekam, seolah-olah ada sebuah tangan yang tidak tampak telah menepis segala harta dan kedudukan saya. Kiranya di alam ini ada suatu kekuatan yang mengendalikan takdir. Saya tidak mengerti mengapa demikian, mohon Anda sudi membatu saya cari tahu."

"Baiklah!" jawabku.

Di hadapan Xie Run, saya memejamkan kedua mata. Batin saya berdoa pada Tri Adinata, yaitu Maha Dewi Yaochi, Amitabha Buddha, dan Ksitigarbha Bodhisattva.

Seseorang bernama Xie Run, hendak mengetahui karma baik-buruknya. Melalui kemahiran meramal, kemuliaan Margah, mohon segera memberi petunjuk. Menepis rintangan kabut, memperoleh jawaban. Demikian amanat ini.

Saat itu, di depan mata saya sekonyong-konyong tampak cahaya putih berkilauan. Di tengah cahaya putih terdapat sebuah lubang, seorang bocah berpakaian warna hijau muncul dengant tangan memegang sebuah buku daftar nama.

Di atas buku daftar nama dengan jelas tertera nama Xie Run. Si bocah membuka kitab daftar nama dan memperlihatkannya padaku. Saya terperanjat melihat isi kitab tersebut....

Rupanya Xie Run memiliki jatah sebagai pejabat. Di perguruan tinggi tidak hanya sebagai dosen, mestinya bisa menjabat sebagai dekan, bahkan akan dipekerjakan pada bagian eksekutif di instansi pemerintah. Memiliki harta dan kedudukan, berumah tangga yang harmonis.

Kesehatannya sangat baik, usianya bertahan hingga delapan puluh sembilan tahun.

Karakter Xie Run sangat bersetia-kawan dan berbudi luhur.

Lantas, mengapa bisa begini?

Di akhir catatan terdapat beberapa kalimat yang hurufnya sangat kecil. Rupanya ketika Xie Run masih muda, demi honor karangan yang tidak seberapa yang ditawarkan oleh pihak penerbit, secara tidak serius ia telah menuliskan buku cerita porno sebanyak enam jilid, bentuknya tipis dan hasil cetakannya kasar. Cara penulisannya blak-blakan, penuh desahan porno. Tulisan yang tak bertanggungjawab.

Hanya dikarenakan enam buku cabul itulah kajayaan hidup yang bakal dimiliki oleh Xie Run terhapus semua.

Kini, semuanya tampak jelas. Saya membukakan mata, lalu bertanya, "Sewaktu masih muda, apa yang Anda lakukan?"

"Sekolah, selalu juara satu."

"Apakah menulis naskah?"

"Ya, terbit di surat kabar."

"Menerbitkan buku?"

"Waktu itu belum."

"Saya katakan sudah," saya menegaskan, "yang tipis, cerita porno." saya berterus-terang.

Dengan mulut menganga tampak wajah Xie Run mulai memerah. Dari raut mukanya mencerminkan ia tak dapat percaya.

"Oh! Anda mengetahui juga, memang ada, memang ada."

"Enam buku?"

"Betul, enam buku." Xie Run menganggukkan kepala.

"Enam buku cabul inilah yang telah merampas segala kemewahan hidup Anda, yang tak henti-henti pula telah mencelakai Anda. Hari ini kalau bukan berkat pahala yang telah Anda himpun pada kelahiran yang lampau, nyawa Anda pun sudah tak terjamin."

Xie Run amat terkejut, "Sungguh demikian parahkah?"

"Buku cabul dapat menggoyahkan cita-cita seseorang, mengajak orang memasuki jalan yang sesat, merusak moral dan akhlak bagi pria dan wanita yang membacanya!" tuturku.

Saya katakan:
Hanya alam hewan tak mengenal ikatan suami-istri.
Tak tahu budaya malu dalam hal birahi
Selaku manusia hendaknya bermoral tinggi
Kalau tidak, tiada beda dengan hewan
Berzinah adalah pangkal dari segala dosa
Jauhi semua ini bila ingin menapaki jalan sadhana.

Saya lanjut berkata, "Kita manusia lahir dari nafsu birahi, setiap manusia mempunyai akar nafsu birahi, sehingga kebiasaan buruk ini susah dihilangkan. Menurut hukum karma, manusia lahir dari nafsu birahi, akan mati karena nafsu birahi pula. Oleh karena itu, bagi yang memahami ini semua, hendaknya membatasi diri dalam perbuatan yang berkaitan dengan nafsu rendah. Manfaatnya adalah tubuh sehat, umur panjang, berprestasi, dan bintang sejahtera selalu menyinari. Sebaliknya, menambah keserakahan orang dalam hal demikian, tentu dirinya akan kehilangan segala-galanya, Dewa Murka akan menghampiri dirinya."

Setelah mendengarkan hal ini, Xie Run menganggukkan kepala, "Bagaimana dengan suami-istri?"

"Hubungan intim suami-istri juga tidak boleh di luar batas. Pokoknya mesti membatasi diri, kalau tidak akan memperpendek usia."

Xie Run bertanya, "Kesalahan saya ini telah telanjur, bagaimana pertobatannya?"

Saya menjawab, "Setahu saya, orang yang menulis buku cerita porno dan menggambar ataupun mengukir gambaran porno, rintangan karmanya baru selesai bila hasil karya itu sendiri sudah lenyap dari peredaran. kalau tidak, karma buruk akan selalu menyertai dirinya!"

Xie Run sangat ketakutan, "Begitu parahkah?"

"Memang," saya berkata, "Andai kata keenam buku cabul ini terus beredar, pengaruhnya tentu masih berkepanjangan. Coba pikir, bagaimana mungkin karma buruk bisa lenyap?"

"Saya menulis buku ini hanya iseng dan gara-gara tertarik pada honor saja, tak disangka malah mengundang maha petaka yang demikian parah. Sekarang bagaimana?"

Saya beritahu Xie Run, "Kelihatannya hanya ada dua cara. Kesatu, tulislah buku bermuatan moral yang menyadarkan orang agar jangan berzinah. Kedua, begitu melihat buku cabul, langsung dibakar."

"Ini bagus sekali!" jawab Xie Run. Lalu, ia pergi dengan perasaan bahagia.

Belakangan, Xie Run mengirimkan sepucuk surat mengucapkan terima kasih pada saya. Dalam surat ia mengagumi akurasi saya meramal, di samping itu, ia juga sudah mulai percaya dan memuja Buddha, tidak berani lagi berkomentar bahwa hukum karma itu sesuatu yang takhayul.

Untnuk membuktikan kebenaran ramalan saya, ia malah mengirimkan saya keenam buku cabul itu. Rupanya ia masih menyimpan naskah aslinya dengan nama samaran penulis Yin Gen (akar birahi). Judul buku antara lain: Kesenangan dalam Kesenangan, Kebahagiaan Bersenggama, Nyonya Komisaris....

Saya teringat semasa masih remaja, rasanya pernah melihat buku-buku semacam ini dipajang bebas di toko loak pasar malam yang terletak di jalan Liu He, gang II, Kaoshiung. Buku-buku ini sungguh telah membejatkan moralitas kawula remaja.

Xie Run berpesan agar saya mewakili dirinya membakar habis enam buku cabul tersebut untuk menyatakan tobat.

Saya kabulkan permintaannya.

Demikian sebait gatha sebagai catatan:
Orang cabul tidak bangun dari mimpi
Selalu terhanyut dalam nafsu birahi
Malapetaka akan tiba suatu saat nanti
Hendaknya sabar bahwa sunya itu bersifat sejati



Sumber : buku ke-145_Batin Teduh Seketika
http://tbsn.org/indonesia/newsClass.php?cid=23

Tidak ada komentar:

Posting Komentar