Selasa, 20 Maret 2018

BUKAN DEMI APAPUN


Pada tahun itu, saya terus-menerus melakukan Mahanasmakara, bukan demi melihat Kalacakra, hanya belajar kerendahan hati dari bumi.

Pada bulan itu, saya terus-menerus membaca Sutra Kalacakra, bukan demi memahami makna utama Kalacakra, hanya memutar Sutra tanpa tujuan.

Pada hari itu, tangan saya memegang dupa, mulut memanjatkan mantra, pikiran kosong, apapun tidak dipikirkan.

Pada detik itu, tidak menanti kehadiran Anda, namun Anda datang dengan sendirinya, bahkan saling berhadapan.

Ada foto sebagai bukti:
Anda menatap saya.
Saya menatap Anda.
Hati Anda dan saya sangat lembut.
Saya menyentuh ujung jari Anda yang runcing.

Yang ingin saya beritahu pada Anda semua adalah:
Sutra Vajra mengatakan:
Tiada wujud manusia, tiada wujud diriku, tiada wujud insan, tiada wujud kehidupan.

Saya berkata:
Tiada wujud rupa, tiada wujud Dharma, tiada wujud abhava, tiada wujud sunya, tiada wujud duniawi, tiada wujud non duniawi.

Lebih dalam lagi dikatakan:
Tiada tiada wujud rupa, tiada tiada wujud Dharma, tiada tiada wujud insan, tiada tiada wujud kehidupan, tiada tiada wujud rupa, tiada tiada wujud Dharma, tiada tiada wujud abhava, tiada tiada wujud sunya, tiada tiada wujud duniawi, tiada tiada wujud non duniawi.

Lebih lebih dalam lagi dikatakan:
==Tiada wujud berkah dan pahala,
==tiada wujud Bodhisattva,
==tiada wujud Tathagata.

Saya berkata:
Jelas-jelas ada.
Benar-benar sunya.
Dari sunya melihat abhava.
Dari abhava melihat sunya.
Tidak melekat pada sunya maupun abhava.
Lebih naik satu yana.
Tidak terungkapkan.
(Ini tidak terpikirkan oleh manusia biasa)

Tingkatan alam yang saya capai, sebenarnya juga tingkatan alam, segalanya dianggap sunya, mana ada alam tingkatan?

Empat elemen utama adalah sunya.
Pancaskanda adalah sunya.
Segala yang ada adalah sunya.

Saat ini, dengan sendirinya melepaskan semuanya, dilepaskan dengan:
Satu benang pun tidak menempel.
Satu debu pun tidak mengotori.
Satu wujud pun tidak melekat.

Saya menulis buku ini, bukan demi dipercaya orang lain, bukan demi popularitas dan keuntungan, bukan demi kedudukan, bukan demi pendapat sendiri, bukan demi istri, bukan demi anak, bukan demi hasrat, bukan demi cinta, bukan demi keserakahan, bukan demi reputasi, bukan demi perasaan, bukan demi rupa, bukan demi orang lain dan diri sendiri.
Apapun bukan!

Orang bertanya,“Mengapa menulis?”
Saya menjawab, “Demi menulis, saya menulis!”

**dikutip daribuku ke 248: Keajaiban Alam, Judul Asli "Berhadap-hadapan dengan Kalacakra"
  dicopas dari: http://tbsn.org/indonesia/news.php?cid=23&csid=259&id=5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar