Kamis, 25 Februari 2010

Berkelana ke Negeri Arak (alam Chang Fang Yu)


Pada suatu malam, dalam kondisi antara sadar dan mimpi, saya tiba di suatu tempat. Tempat ini belum pernah saya kunjungi sebelumnya, belum pernah tercantum di dalam kitab Sutra, belum pernah saya dengar sebelumnya.

Tempat ini seperti sebuah kota, kota yang sangat mewah dan semarak. Terlihat banyak bangunan bertingkat disana. Penduduk kota terlihat sibuk mondar-mandir. Kondisi kota itu tidak jauh berbeda dengan kondisi kota di alam manusia.

Hanya ada satu hal yang berbeda tentang kota itu. Penduduk kota itu semuanya berwajah merah. Dari tubuh mereka, tercium bau arak. Boleh dikata, semua warga kota itu adalah budak arak.

Masih dengan benak yang penuh dengan tanda tanya, saya melihat sebuah toko di pinggir jalan. Di depan toko itu tergantung spanduk yang bertuliskan kata “ Arak". Ternyata banyak pedagang disana membuka toko khusus arak. Meskipun ada toko yang tidak khusus menjual arak, mereka pasti juga menjual arak.

Saya kemudian melihat orang-orang yang lalu-Ialang di jalanan. Beberapa orang membawa ceret dan cangkir. Sambil berjalan, mereka menuang arak dan meneguknya habis. Di pinggir-pinggir jalan juga terlihat sekitar sepuluh orang berkumpul sambil minum arak. Semua jalan penuh dengan bau arak yang menusuk hidung. Saya sungguh tercengang melihat ini semua! Saya bertanya kepada seorang kakek tua,

"Numpang tanya. Apakah tempat ini?"
"Ini adalah Negeri Arak."

"Mengapa semua penduduk di sini minum arak?"
"Anda seperti tidak tahu saja. Tak ada yang lebih nikmat dari arak."

"Benar juga!"
"Bagus. Anda adalah orang yang mengerti arak kalau begitu." Kakek tua itu memuji saya.

Di pinggang kakek tua itu tergantung sebotol arak. Ia langsung menuangkan secangkir arak untuk say a dan untuk dirinya sendiri. Sekali teguk, ia sudah menghabiskan arak di cangkir nya.

Kakek tua itu berkata, "Di dunia manusia, orang minum teh. Namun, penduduk negeri ini minum arak sebagai pengganti teh."

Menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat ini, saya juga langsung menghabiskan arak di cangkir saya dengan sekali teguk. Saya merasakan sari teh itu masuk lewat kerongkongan saya. Harum nya sungguh tiada tara. Diri terasa melayang-layang. Saya seolah-olah telah menjadi dewa.

Demikianlah saya berjalan-jalan di Negeri Arak. Semua orang yang saya temui di negeri itu terkesan akrabdan baik. Kalau saling bertemu, mereka saling bersulang arak. Lalu, mereka kembali ke urusan dan jalan mereka masing masing.

Meskipun penduduk negeri itu suka minum arak, mereka tidak menjadi mabuk sehingga bicara sembarangan dan membuat keonaran. Arak di negeri itu tidak meracuni, tidak membuat emosi orang meluap. Minum arak di negeri itu sungguh berbeda dengan kondisi di dunia manusia.

Saya tiba di sebuah bar. Pemilik bar itu melayani saya dengan sangat baik. Lampu penerangan di bar itu sangat terang, bagai cahaya bintang-bintang. Ruangan bar terkesan mewah dan elegan. Meja dan kursi nya adalah barang berkwalitas tinggi. Saya menuju ke lantai atas. Disana saya merasa sangat nyaman.

Pemilik bar mengantarkan arak dan berbagai hidangan lezat. Ada kerang, udang, kepiting, rusa wangi, ikan perch berkepala hijau, ....

Arak yang dihidangkan adalah arak mewah yang disebut Zhi Fu Qiong Jiang. Bahkan nama arak ini asing bagi saya.

Pemilik bar memberi saya sebuah cangkir arak yang bentuknya seperti teratai. Bila disentuh, cangkir itu terasa lunak. Cangkir itu bukan terbuat dari kaca, porselin, emas, perak, ataupun plastik. Struktur hiasan nya sangat halus.

Saya bertanya, "Cangkir ini terbuat dari apa?"

"Cangkir ini adalah benda antik di Negeri Arak. Namanya adalah cangkir giok lunak."
Saya belum pernah mendengar bahwa giok ada yang lunak, pantas saat disentuh terasa dingin.

Tiga cangkir arak Zhi Fu Qiong Jiang berturut-turut berhasil saya teguk. Tak saya sangka, begitu arak ini mengalir masuk ke dalam perut, saya merasa bahwa efek arak ini sangat besar, di luar perkiraan saya.
Kepala saya langsung pusing. Terasa seperti ada sengatan di mulut dan hidung. Kadar alkoholnya sangat tinggi. Saya mabuk dan pingsan di atas meja.

Saat saya sedang mabuk, saya mendengar dua orang berdialog.

"Apakah orang ini sudah mabuk?" Suara yang saya dengar itu seperti suara si pemilik bar.
"Orang ini bukan penduduk negeri Arak. Tentu saja ia mabuk." Terdengar suara seorang wanita.

"Ia bukan penduduk negeri arak, namun ia bisa tiba di Negeri Arak. la pasti seorang yang sangat hebat."
"Sekarang, apa yang harus kita lakukan?"

"Beri dia pil Ju Gong"
"Pil Ju Gong sangat berharga."

"Mau tidak mau. Tanpa diberi pil ini, ia bisa mabuk hingga 3000 tahun. Begitu ia tersadar, sudah melewati ratusan zaman," jawab wanita itu.

Dalam kondisi mabuk itu, seseorang memberi saya pil untuk diminum. Saya masih ingat bahwa nama pil ini adalah pil Ju Gong. Tak lama setelah pil ini saya telan, saya menjadi tersadar.

Setelah saya tersadar, pemilik bar dan wan ita itu masih ada di tempat. Meskipun usia wanita itu telah lanjut, ia tidak tampak tua, malah ia tampak sangat cantik jelita. Sifatnya pendiam. Pemilik bar memperkenalkan bahwa wanita ini bemama Feng Chiu. Dia adalah bunga terkenal di Negeri Arak. Sewaktu muda, ia adalah seorang yang sangat mempesona.

Feng Chiu meminta saya untuk minum arak lagi.
Saya menggoyangkan tangan, "Barusan saya baru mabuk. Bisa-bisa saya menjadi bahan tertawaan lagi."

Feng Chiu tertawa lebar, "Penduduk Negeri Arak tidak bisa mabuk. Anda adalah pendatang dari luar sehingga tentu saja anda bisa mabuk. Namun, sekarang anda telah minum pil Ju Gong. Mulai sekarang, anda tidak bisa mabuk lagi. Anda boleh minum arak sepuas nya, tidak akan bermasalah!"

Saya bertanya, "Di dunia manusia, meskipun saya mencicipi arak terkenal yang berkadar alkohol tinggi, saya tidak pemah mabuk sedemikian rupa. Arak Zhi Fu Qiong Jiang itu arak apa sih? Mengapa bisa demikian keras?"

"Arak Zhi Fu Qiong Jiang adalah arak dewa, bukan sembarang arak. Tentu saja anda tidak bisa tahan."

Feng Chiu bertanya, "Bagaimana and a bisa datang ke sini?"
"Saya datang dengan sendirinya."

Saya sangat penasaran tentang Negeri Arak ini. Saya bertanya pada Feng Chiu, "Saya belajar Budhisme dan melatih samadhi. Saya bisa keluar masuk sepuluh alam Dharma dengan leluasa. Saya mampu mencapai ke 4 Alam Suci dan berbagai alam dewa (Kamadhatu, Rupadhatu, maupun Arupadhatu). Saya juga mampu pergi ke alam tingkat rendah seperti alam jin, neraka, setan kelaparan, dan alam binatang. Namun, saya belum pemah tahu sebelumnya tentang keberadaan Negeri Arak."

Feng Chiu bertanya, "Tahukah anda ada berapa alam dewa?"
"Kamadhatu ada 6 alam. Rupadhatu ada 18 alam. Arupadhatu ada 4 alam.
Jumlah keseluruhan nya adalah 28 alam," jawab saya.

Feng Chiu berkata, "Ada yang tidak anda ketahui. Meskipun alam dewa terbagi menjadi 28 alam, ada semacam alam yang dinamakan Samadhatu. Apakah Samadhatu itu? Sebagai contoh, alam dewa Trayastrimsa memiliki Samadhatu yang terbagi menjadi 33 alam. Setiap alam dewa bisa memiliki beberapa Samadhatu. Karena itu, alam alam dewa sungguh tanpa ada batas!"

"Negeri Arak ini termasuk alam mana?" Saya masih terkejut.
Feng Chiu menjawab, "Tahukah and a tentang alam Catur Maharaja?"

"Tahu. "
"Samadhatu alam Catur Maharaja adalah Alam Surya, Alam Candra, dan Alam Rasi."

"Tahukah anda bahwa di bawah alam Catur Maharaja masih ada lagi alam lain?"
"Tidak tahu. "

"Itu adalah alam Jian Shou (alam tangan kokoh), alam Chi Hua Man (alam menggenggam mandala bunga), alam Chang Fang Yu (alam yang selalu lengah). Negeri Arak ini letaknya di tengah-tengah alam Chang Fang Yu."

"Ohhh" Saya lebih terkejut lagi.

Ternyata Negeri Arak berada di tengah-tengah alam Chang Fang Yu. letaknya tepat di bawah Gunung Sumeru. Alam ini didiami para yaksa. Semua telah menjadi jelas.

Saya menjadi tersadar. Chang Fang Yu (Selalu lengah), Negeri Arak, Selalu lengah. Ini benar benar membuat saya tersadar.

"Apakah anda telah mengerti?"
"Sudah mengerti. Terima kasih atas petunjuk anda!"

Saya sangat berterima kasih.

Saya mengangkat cangkir dan bersulang untuk Feng Chiu. Kami berdua minum bercangkir-cangkir arak. Kami sangat gembira, tertawa riang, benar-benar lengah.

Saya bertanya lagi, "Siapa saja yang bisa terlahir di Negeri Arak?"
"Orang yang mati karena mabuk."

Saya berteriak, "Bagaimana mung kin? Saya tidak percaya."
Feng Chiu menjawab, "Percaya atau tidak, terserah anda. Saya sendiri adalah orang yang mati karena mabuk."

Saya membuka mata saya lebar-Iebar serta berkata, "Saya telah membaca kitab Budhis. Dikatakan dalam Sutra Agama bahwa mabuk dapat menimbulkan enam keruntuhan yaitu ;
1. Kehilangan harta,
2. Mendapat penyakit,
3. Menimbulkan pertengkaran,
4. mendapat celaan dan kritik,
5. Kehilangan rasa malu,
6. Melemahkan kebijaksanaan.

Dalam Sutra Parinirvana, dikatakan bahwa mabuk adalah akar kejahatan. Bila dapat menghilangkan sifat mabuk - mabukan, maka akan dijauhi karma buruk. Begitu pula Sakyamuni Buddha pernah bersabda bahwa arak dapat menimbulkan 36 jenis keruntuhan. Salah satunya adalah bahwa dewa naga dan dewa hantu menjadi jahat karena arak. Bila usia habis, pemabuk akan terjerumus ke dalam neraka gunung Thai. la akan dihukum dengan cara tembaga cair dituangkan ke dalam mulut. Cairan itu akan menghanguskan perut, hidup tidak mati pun tidak. Hukuman itu akan diderita nya selama ribuan bahkan puluhan ribu tahun."

Feng Chiu mendengarkan saya dengan tenang, lalu menjawab, "Apa yang anda katakan memang tidak salah. Di dalam Sastra Pencerahan dikatakan, minum arak bila menimbulkan keonaran pada para insan, itu merupakan sebuah- karma buruk. Bila saat seseorang minum arak, tidak berpikir untuk berbuat kebajikan, maka ia bisa mencelakakan para pelaku kebajikan. Bagaikan menuai buah, tapi tidak membuat dinding pemisah."

"Syukurlah kalau anda mengerti. Namun, mengapa seorang yang mati karena mabuk bisa naik ke alam Chang Fang Yu?"

Feng Chiu menjawab, "Orang yang minum arak dapat dikelompokkan dalam berbagai golongan. Sifat arak juga beragam. [Ada] sebagian orang setelah mabuk malah tidur dengan tenang. la juga tidak kehilangan rasa malunya. Semakin ia minum arak, pikirannya semakin jernih. Ada orang yang semakin minum arak semakin kebijaksanaannya bertambah, contohnya adalah Li Bai. Orang semacam ini, sepanjang hidupnya minum arak untuk menghindari penderitaan, kekacauan, pikiran dukha dan sukha. Di dalam kekotoran lahir kesucian.

Sebenarnya arak tidak membawa kebaikan, namun apa yang dilakukan orang tersebut membuahkan kebaikan. Orang-orang budiman seperti ini adalah umat saleh yang tidak pernah berbuat karma buruk. Bila minum arak tapi mampu masuk ke dalam pikiran ilusi bagaikan mimpi, tidak ada pikiran negatif, sebaliknya pikiran menjadi tenang, inilah yang disebut di dalam dukha muncul pikiran sukha. Karena karma, tentu saja ia tidak bisa mencapai buah yang hakiki. Namun, ia bisa naik ke alam Chang Fang Yu. Inilah hukum karma."

Saya membuka mulut saya lebar-lebar, tidak berani percaya.
Feng Chiu berkata, "Jangan bengong. Minum arak." Saya minum secangkir, habis dalam seteguk. Ternyata sungguh menyenangkan!

Feng Chiu balik bertanya kepada saya, "Apakah emosi mu bisa meluap bila minum arak?"
"Tidak."

"Apakah anda jadi melakukan perbuatan asusila bila minum arak?"
"Tidak."

"Apakah anda jadi melakukan perbuatan jahat bila minum arak?"
"Tidak."

"Bila demikian, orang seperti anda bisa naik ke alam Chang Fang Yu”.

Saya dan Feng Chiu meminta pemilik bar menyajikan arak lagi untuk kami nikmati bersama. Inilah yang disebut "Tamu sehati tiba, hati merasa bahagia, pembicaraan menjadi panjang lebar."
Kami mengobrol tentang syair dan Buddha sambil meneguk arak. Tiada beban dan rintangan, melampaui duniawi. Saya masih ingin melanjutkan, namun siapa sangka malam telah larut.

Saya berkata kepada Feng Chiu, "Saya sudah harus pamit."
"Kapan lagi anda akan datang ke sini?"

"Tidak tahu!"
"Mengapa kita baru sekarang bertemu? Baru bertemu, sekarang sudah harus berpisah."

"Penduduk daerah manakah anda?"
Feng Chiu menjawab, "Feng Yuan."

Saat matahari terbit di timur, saya terbangun. Ternyata hanya sebuah mimpi. Namun, saat terbangun, di dalam mulut masih terasa sedikit bau arak. Seluruh wajah saya merah. Nafas saya terasa panas.

Pernah beberapa ternan yang suka pergi ke bar mengajak saya ikut bersama mereka minum arak. Mereka semua menjadi mabuk. Hanya saya sendiri yang tidak mabuk. Semua kawan merasa aneh. Namun, saya sadar bahwa penyebab saya tidak mabuk adalah disebabkan pil Ju Gong yang saya peroleh di Negeri Arak. . .

Suatu kali, kami tiba di sebuah bar yang berlokasl di Feng Yuan. Begitu kami masuk, terpampang selembar foto berukuran besar. Yang mengagetkan, foto itu adalah foto Feng Chiu. Saya memberitahu pemilik bar bahwa saya pernah bertemu dengan wanita di dalam foto itu. Pemilik bar menertawai saya, "Anda bertemu hantu. Dulu ia adalah seorang bunga terkenal. la sudah lama meninggal dunia."

Akhimya pemilik bar bercerita kepada saya: Feng Chiu adalah seorang wanita yang aneh. Awalnya, ia adalah seorang bhiksuni yang telah Iepas jubah (kembali lagi ke kehidupan awam). Lalu, ia langsung membuka usaha bar. la bergaul dengan para tokoh masyarakat. la sangat memperhatikan para pelayan wanita bawahannya. la sering kali berbuat amal untuk membantu orang miskin. la bahkan membantu membiayai para pelayan wanita yang bekerja di bar nya agar menyelesaikan pendidikan mereka. Uang penghasilan nya digunakan untuk mendirikan yayasan sosial. la bahkan juga mengajarkan orang untuk belajar Buddhisme. la adalah seorang Bodhisattva yang hidup di tengah lumpur namun tidak tercemar oleh lumpur. la beramal tanpa ingin diketahui orang lain. la suka menyumbang peti mati dan obat-obatan sampai puluhan ribu dollar. Jumlah orang yang telah ditolongnya sudah tak terhitung lagi. Sayang sekali orang baik ini tidak berumur panjang. Suatu kali, ia kelebihan dosis arak. Sekali mabuk, ia tidak sadar lagi untuk selamanya.

Feng Chiu adalah seorang bhiksuni yang kembali ke kehidupan orang awam.
Ah!
Semua telah jelas bagi saya.

**sumber artikel: buku 'Pakar Dunia Roh', buku ke-1 kisah ke-8, penerbit: Padmakumara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar