Rabu, 24 Februari 2010

Tour ke Alam Surga


Di masa-masa saya memberikan pelayanan konsultasi kepada masyarakat, jumlah tamu yang berkonsultasi kepada saya mencapai puluhan ribu orang. Tamu-tamu itu sungguh bervariasi latar-belakang nya, dari orang kelas atas seperti raja dan bangsawan sampai ke rakyat jelata yang miskin dan gelandangan. Boleh dikata, segala jenis masalah sudah pernah saya alami.

Pada suatu kali, ada seorang wanita datang berkonsultasi. Memakai rok hijau, ia duduk di hadapan saya. Saya paling suka warna hijau. Karena itu, saya menatap nya beberapa kali. Wajah nya berseri-seri dan menawan. Alis mata nya bagai daun willow. Sepasang mata nya mengandung hasrat. Hidung nya kecil dan mancung. Bibir nya merah delima. Tubuh nya langsing. Penampilan nya berpendidikan. Usia nya sekitar 20-an. Rambut nya dipotong ala pelajar, namun agak panjang, menerpa lembut wajahnya. Begitu ia menggerakkan kepala nya, helai-helai rambut nya tergeser ke pelipis. Setelah selesai konsultasi, ia pun pergi. Saya menatap sekilas pada kertas formulir konsultasi nya. Nama nya adalah Yue Er.

Keesokan hari nya, ia antri lagi untuk konsultasi. Kulit nya sangat putih halus. Diantara kerumunan tamu, ia bergerak lemah gemulai, memancarkan kemanjaan yang unik. Selesai konsultasi, ia memutar rok nya bagai batu yang terjatuh di permukaan danau tenang sehingga menimbulkan banyak desir-desiran.

Beberapa hari kemudian, Yue Er datang lagi untuk ketiga kali nya.

Saya bertanya, "Ada masalah apa?"
"Tidak ada."

"Tidak ada itu artinya apa?"
"Saya ingin membuat janji pertemuan dengan Master Lu. Bolehkah kita bertemu saat tidak ada orang lain?

Selama ini, waktu untuk konsultasi sangat singkat. Juga, ada banyak orang yang bisa mendengar percakapan kita. Saya ingin bertanya tentang hal yang bersifat rahasia dan pribadi."

"Ini ......"

Pelayanan konsultasi yang saya berikan biasanya bersifat terbuka. Begitu pintu dibuka, siapapun boleh masuk. Memang saat konsultasi diberikan, ada banyak orang lain yang ikut mendengarkan. Beberapa orang tidak terbiasa dengan kondisi demikian. Terhadap orang yang ingin waktu khusus untuk berkonsultasi secara pribadi dengan saya, saya bias menolak ataupun tidak menolak. Saya hanya menyatakan bersedia bila masalah mereka sangat penting.

Saya bertanya, "Apakah masalah penting?"
"Penting."

"Yakin?"

"Yakin."

"Baiklah, Kau boleh datang dua hari lagi di sore hari, Hari itu saya libur."


Dua hari kemudian, ia datang. Yue Er memakai blus hijau yang indah segar, membawa hijau. Pokoknya, ia tampak sangat cantik jelita dan manis, Ia bertanya tentang masalah asmara yang sepele. Kakak sepupu nya jatuh cinta kepada nya, tapi ia tidak mencintainya. Sepele sekali.

Yue Er kemudian bertanya, "Menurutmu, bagaimana penampilan saya?"
Dengan jujur saya menjawab, "Indah bagai bunga anggrek."

"Apakah kau suka saya?" Ia bertanya terus-terang.
"Saya ...."

"Ayo katakan."
"Baiklah saya akan katakan. Awal dari dua orang saling mencinta biasanya dimulai dengan daya tarik fisik. Setelah saling mengenal, cinta bisa tumbuh. Tumbuhnya cinta hanya bisa dialami dan tidak bisa diungkapkan. Saya rasa begitu."

"Kau tidak menjawab pertanyaan saya."
"Saat ini saya tidak punya perasaan suka ataupun tidak suka. Jadi, saya harus berkata apa?"

"Apa maksudmu?" Ia menjadi dingin.
"Saya bukan orang yang sebentar suka sebentar tidak suka. Itu sebabnya saya tidak akan sembarangan mengatakan nya."

"Ucapan mu beralasan. Saya pikir kau akan mengatakannya.
"Mengapa?"

"Saya pernah membaca buku karya mu yang berjudul ~Kumpulan Asap Hambar~ (buku pertama), ~Kisah Taman Mimpi~ (buku kedua), dan ~Di bawah Jendela Hati~ (buku ke 13). Saya sangat menyukai buku-buku tersebut. Saya rasa kau adalah orang yang penuh dengan cinta."

Saya tertawa, "Oh. Itu saat saya masih muda."
"Lalu sekarang bagaimana?"

"Saya menekuni ajaran Budha, melatih batin."
"Tapi, saya merasa kau sangat tampan, sangat keren, tidak terikat oleh tradisi. Itu sebabnya saya sering rindu bertemu dengan mu."

"Oh!" Saya kaget, tidak sanggup menjawab.

Ketika Yue Er akan beranjak pergi, ia memberi saya sebuah kantong plastik merah. Di dalam nya, ada selembar kertas kecil bertuliskan dua kata: "Rindu padamu." Juga, ada alamat dan nomor telpon.

Meski saya memang terkejut sewaktu membaca tulisan di kertas itu, sebenarnya hal-hal seperti ini sudah sering terjadi pada diri saya.

Sebagai contoh, dulu pernah ada seorang wanita yang cantik dan genit datang berkonsultasi. Ia lalu jadi sering datang, mulai membantu saya mengulek tinta, mengambil kertas Hu ataupun kuas, menyusun kartu nama.

Suatu ketika, ia menyelipkan surat kepada saya yang bertuliskan tujuh kata, "Walet kecil pasti mematuk rumput keluarga Lu." (Wanita itu bernama Yu Yan. Yan berarti walet.) Saya mengabaikan nya. Saya menunjukkan surat itu kepada ibu saya yang juga tidak ambil pusing.


Contoh kedua adalah seorang wanita yang merupakan tetangga saya. Ia adalah putri Wen Yan. Ia sering datang ke rumah ibadah saya untuk bersujud. Adakalanya ia jalan-jalan di depan rumah saya. Sewaktu menatap saya, sepertinya ia ingin mengatakan sesuatu. Ia menaruh surat ke dalam kotak surat saya, mengharapkan saya bertemu dengan nya di taman bunga. Saya tidak pergi. Belakangan ia pun pindah rumah.

Yang menulis surat sebagai cara mendapatkan cinta saya juga tidak sedikit jumlahnya. Sekarang muncul pula Yue Er. Saya prihatin urusan ini berlarut-larut. Jadi, surat nya saya buang.

Pada suatu hari, saya pergi keluar untuk membeli sesuatu. Ketika sedang berjalan kaki, sebuah mobil mewah "mercedes benz" berhenti disamping saya. Orang di dalam mobil melambaikan tangan nya kepada saya. Ia menurunkan kaca jendela. Ternyata ia adalah Yue Er.

"Mari saya antar."
Saya masuk ke dalam mobil nya.

Ia menyetir sangat cepat. Dalam waktu singkat, mobil nya tiba di tempat kediaman nya, sebuah apartemen tinggi.

"Mengapa membawa saya kesini?"
"Kau tidak mengatakan mau kemana." Katanya genit.
Ia berkata lagi, "Bantulah saya melihat tempat sembahyang."

Saya tidak bisa menolak. Tapi, begitu masuk ke rumah nya, ternyata tidak ada tempat sembahyang. Juga, Yue Er hanya tinggal sendirian.

"Dimana tempat sembahyang nya?" ,
"Baru mau pasang."

Saya melihat sekeliling ruangan. Apartemen itu sangat mewah, dibangun dengan bahan berkwalitas tinggi. Dinding nya ditempel kertas dinding. Lampu dari lazuardi. Perabotan nya mahal. Dekorasi nya mewah. Ada dua kamar ticlur dan satu ruang tamu.

Saya menunjukkan tempat yang cocok untuk sembahyang. Ia tidak perhatikan. Sepertinya memasang tempat sembahyang hanya alasan belaka. Hati saya tidak tenang.

Yue Er menuang arak, "Mau minum?"
Saya menjawab jujur, "Sedikit."

Ia memberikan segelas kepada saya, tapi menumpahkan nya ke baju saya. Ia lalu mengambil kain, sepertinya ingin membantu membersihkan baju saya. Tapi, ia tidak mengusap bekas arak yang tumpah di baju saya. Yang ia lakukan adalah mengusap dada saya, lalu bersandar di dada saya. Saya mencium keharuman yang menggiurkan. Hampir saja buah dada nya terlihat saya. Wajah Yue Er bersemu merah. Bahkan lehernya juga merah. Bulu mata nya bagai sutra. Kedua tangan nya meraba lembut. Nafas nya sangat dekat. Nafas nya seperti bunga anggrek. Tangan nya memelintir ujung baju saya. Saya lihat bibir nya basah, lidah nya seperti cengkeh. Saya hanya perlu menundukkan kepala.

Dunia ini serasa berputar. Tubuh saya bergoncang hebat. Tulang dan nadi saya melemah dan kesemutan. Hati saya terlena.

Namun, saya teringat bahwa saya adalah sadhaka (orang yang melatih batin). Saya telah mendapatkan kesempatan berharga terlahir sebagai manusia. Saya telah menemukan guru dan ilmu sejati untuk melatih pil emas keabadian. Saya telah berhasil mempelajari ilmu air dan mantra pengusir setan. Mana boleh hal ini saya ikut hanyut bersama nya? Apakah saya bersedia kehilangan roh sejati? Saat ini pikiran saya bersemi tiada bertepi. Apakah ini yang namanya melatih sifat sejati? Saat ini saya merasakan sentuhan lembut dan mencium keharuman. Apakah ini yang namanya keyakinan yang kokoh? Saat ini nafsu birahi menggebu-gebu. Apakah ini yang namanya bersih? Saat ini berpelukan. Apakah ini yang namanya bermeditasi menghadap dinding?

Saya teringat ucapan guru saya, bhiksu Liao Ming, bahwa air mani (energi vital) merupakan pusaka paling berharga. Jangan sembarang memberikan nya kepada tulang-belulang wanita murahan. Energi vital sejati hasil pelatihan Lien Sen Rinpoche Lu Sheng Yen mana boleh sembarang dibocorkan bagai air yang mengalir.

Dalam Budhisme Eksoterik (Sutrayana), ada Sila "sama sekali tidak boleh menyentuh wanita".
Sekali sentuh, sudah dianggap melanggar sila asusila.


Dalam Budhisme Tantrayana, seorang yogi berlatih hingga berhasil mencapai tahap:
(1) kuat bagai vajra,
(2) teguh bagai baja,
(3) anasvara (air mani tidak bocor),
(4) sunyata, bersih.
Setelah seorang yogi berhasil mencapai tahap ini, baru boleh berlatih anuttara-tantra dimana ada sila lain yang disebut 'sila pembebasan istimewa'. Dari anuttaratantra, yogi mendapat maha bahagia, bersih bercahaya, pencerahan, kebijaksanaan, dan lain lain. Ini adalah ilmu yang paling rahasia. Anuttara-tantra tidak boleh sembarang dilatih, harus terlebih dahulu mendapatkan abhiseka (attunemen) dan ajaran lisan.


Dari guru saya, rahib Liao Ming, saya belajar ilmu-ilmu "ratna bradha-kumbha" (pernapasan botol), "pembangkitan inti kundalini", "enam gaya perubahan Sakya", semuanya merupakan latihan yang dibutuhkan untuk mencapai empat keberhasilan dahsyat diatas.

Saya mendorong Yue Er. Ia memberontak, lalu terjatuh. "Mengapa begitu?" Tanya saya.
Wajah Yue Er bersemu merah, "Apakah saya tidak cantik?"

"Cantik."
Yue Er berkata lagi, "Saya tidak percaya kau tidak menyukai saya."

"Saya memang suka, tapi saya lebih suka ...."
"Lebih suka siapa?"


Saya menunjuk ke langit.

"Di langit, ada yang lebih cantik?"

Yue Er telah salah paham. Saya menunjuk ke langit dalam arti "buah keberhasilan melatih batin". Saya ingin mencapai penerangan sempurna dan berlatih sifat bodhisattva. Namun, saya tetap berkata kepada Yue Er, "Benar. Benar."

"Saya tidak percaya di langit benar-benar ada dewi."

"Benar-benar ada."

"Saya belum pernah melihat dewi kahyangan."

"Saya akan membawamu untuk melihatnya." Saya kelepasan bicara. Saya menyesal.

"Bisakah kau?"

"Seharusnya bisa."

"Kapan?"

"Malam ini dalam mimpi."

"Kau tidak bohong kan?"

"Seharusnya tidak."

"Baiklah. Bila saya sungguh melihat dewi, saya baru akan tenang dan rela."

Terus terang, saya mampu datang dan pergi secara leluasa ke seluruh alam semesta (sepuluh alam dharma). "Loteng giok 9 tingkat" dari Maha Dewi Yao Chi Cing Mu sering saya kunjungi. Para dewi kahyangan seperti dewi Hua Lin, dewi Mei Lan, dewi Qing E, dewi Yao Ji, dewi Yu Zhi, semuanya sangat akrab dengan saya. Juga, para dewi Kamadhatu (alam dewa yang masih mempunyai nafsu) seperti dewi Tai Xuan, dewi Cai Luan, dewi Zhen Liao, dewi Jiang Xuang, dewi Hong Goang, semuanya super cantik. Di istana Zi Xuang yang mempunyai pemandangan paling menakjubkan di sungai langit, tempat tinggal asal saya, ada 20 dayang dewi.


Semua dewi itu mempunyai wajah yang seperti bulan purnama. Mata mereka seperti ombak di musim gugur. Bibir kecil buah persik. Pinggang langsing bagai daun willow hijau. Bukan hanya cantik jelita, tapi juga sangat halus lembut dan gemulai. Riasan wajah mereka seperti musim semi. Sungguh wanita-wanita tercantik di seluruh negri dengan keharuman surgawi. Ketika terbang, mereka melesat cepat dengan mempesona. Ketika berjalan, mereka menebarkan keharuman bunga anggrek.

Apalagi .... Jubah surgawi yang agung, bersih tiada debu. Di atas mahkota terdapat bunga mutiara. Kecantikannya takkan layu. Di sekujur tubuh, ada keharuman tersembunyi, bersih bercahaya. Tersenyum dengan bibir persik, angin musim semi tiada kerisauan.

Malam hari itu, saya bermeditasi di depan altar. Saya membaca mantra roh dewa ; "He he yan yang. Matahari terbit di ufuk timur. Bintang dan rembulan bersembunyi di kegelapan malam. Sinar keberuntungan alam semesta. Semangat terbangkitkan. Budha Dharma menampakkan bayangan. Sifat roh memancar. Dusun raja yang paling agung. Bagai burung luan hong yang berlutut dengan sayap nya. Cepat laksanakan amanat. Shie."


Tangan saya membentuk mudra. Saya mengenakkan "Hu Dewa Berwisata" yang diwariskan oleh guru saya.
Jiwa dan pikiran saya tenang. Berfokus pada alam dewi Yao Chi Cing Mu, loteng giok 9 tingkat.


Angin sejuk menerpa. Roh saya perlahan-lahan keluar dari tubuh fisik, keluar dari ubun-ubun kepala, melayang layang. Saya teringat saya harus membawa Yue Er. Begitu pikiran saya terfokus kesana, tidak sampai satu menit, saya telah tiba di tempat Yue Er. Dengan tangan, saya menekan ubun-ubun kepala nya. Celaka, roh nya terblokir, tidak bisa keluar. Saya terpikir, boleh lewat mata. Maka, saya menggunakan ilmu menarik roh; "Ilmu langit manjur. Ilmu bumi manjur. Ilmu manusia manjur. Menarik roh mu. Cepat keluar. Menembus langit mencapai bumi. Terus berubah tiada henti. Hari ini saya menarik roh. Cepat tampakkan wujud. Atas nama San San Chiu Hou, cepat laksanakan perintah. Shie."

Maka, roh Yue Er keluar lewat mata kanan nya. Sangat kecil seperti cengkeh tiga inchi. Saya mengulurkan tangan, menggenggam nya. Melihat saya, Yue Er jadi tidak takut, malah merasa nyaman berada dalam genggaman saya. Saya mulai mengantar roh Yue Er, berjalan cepat. Baru 15 menit, kami telah tiba di sebuah alam dewa. yang remang-remang. Disitu saya bertemu dewa Ri You, dewa Ye You. Mereka melambai-lambaikan tangan sambil berjalan. Juga saya bertemu Zhi Ri Gong Zhao. Ia juga melambai-lambaikan tangan sambil berjalan.
Yue Er sangat girang. Ia berkata, "Lien Sen, dengan mengandalkan mu, saya bisa berwisata ke alam surga. Kalau sudah puas, baru kembali ke bumi."


"Celaka. Saya lupa memberitahumu," saya panik.
"Ada apa?"

"Kau tidak boleh bicara."
"Mengapa?"

"Begitu kau bicara, kau akan memuntahkan hawa manusia."
"Lalu kenapa?"

"Berabe."

Saya belum selesai menjelaskan kepada Yue Er, tapi 28 prajurit dewa (bintang rsi) sudah datang mengepung saya dengan rapat.

"Prajurit dewa 28 bintang rsi, mengapa mengepung saya?"
Melihat saya, mereka berdiri tegak dan berseru, "Ternyata Yang Arya yang datang. Maaf. Maaf."

Prajurit Dewa Jiao Xing Jun berkata, "Kami tentu tidak berani mengepung Yang Arya. Namun hawa manusia terdeteksi. Mau tidak mau kami harus periksa."

Dalam hati saya berpikir, "Bila saya ke surga sendirian, para dewa tidak akan menghadang saya. Hari ini saya membawa Yue Er. Sayang sekali ia terlanjur bicara sehingga menimbulkan masalah. Hawa manusia bisa mengotori istana surgawi. Bencana itu tidak boleh sampai terjadi. Sekarang terpaksa harus kembali. Tapi, setelah kembali, apa yang harus saya katakan kepada Yue Er?" Saya serba salah.

28 Bintang Rsi tentu saja tahu bahwa saya adalah Lien Sen Rinpoche Lu Sheng Yen. Namun, karena dari tangan saya muncul hawa manusia, mau tak mau para dewa itu harus bertindak mencegah masuknya hawa manusia ke dalam istana surgawi. Mereka berkata, "Harap Yang Arya kembali saja. Datang lain kali."

"Bisa kompromi?"
"Maaf. Ini kewajiban kami."

"Kali ini saja. Lain kali tidak lagi."
Jiao Xing Jun berkata, "Tidak boleh. Hawa manusia yang masuk ke istana surgawi sebenarnya harus dihukum mati tanpa kecuali. Sekarang kami harap Yang Arya kembali saja. Harap Yang Arya berkenan tidak menyulitkan kami."

Saya sebenarnya ingin segera membalikkan badan untuk pulang saja. Namun, saya teringat bahwa saya telah berjanji kepada Yue Er, bahwa saya tidak membohongi nya. {Jika} Pulang jadi seperti membohongi nya. Ini membuat saya tidak puas.

Saya tiba-tiba teringat bahwa saya adalah Tathagata. Siapa yang bukan Buddha? Ah! Hakikat Budha sesungguhnya adalah diri sendiri. Yue Er adalah Budha. Siapa yang bukan Tathagata? Seketika, dari telapak tangan saya, tersembur air amerta yang membawa kebaikan bagi semua makhluk, yang bercahaya tiada banding, yang merupakan cahaya keberuntungan tiada musnah, yang bersih dan sempurna, yang menetap dalam bahagia.

Saya membuka telapak tangan saya.
Ke 28 dewa bintang rsi menganga. Mereka dengan serentak berseru, "Penguasa Bintang Rsi." penguasa bintang rsi? Beliau adalah Dewa Marici. melihat sekilas ke telapak tangan saya.
Di atas tangan, berdiri sesosok dewi yang memegang kipas tak lain tak bukan adalah Dewa Marici Bodhisattva. Beliau berwujud dewi, tinggi nya tiga inchi, berdiri di atas bunga teratai, mengenakan mahkota, memakai batu berharga di dada. Berbagai perhiasan memperagung tubuh Nya. Terlihat sangat berwibawa. Tangan kiri nya memegang kipas langit yang mirip kipas milik dayang Vimalakirti. Tangan kanan nya direntangkan ke bawah. Ke lima jari nya direntangkan, membentuk mudra pengabul keinginan. Ke 28 dewa bintang rsi ber-anjali.


Saya perlahan-lahan naik ke surga. Saya membawa Yue Er melihat Ling Xiao Bao Tian. Surga ini dipenuhi hawa menyejukkan dan cahaya keberuntungan. Angin kebajikan menerpa lembut. Busur pelangi terlihat luar biasa indah. Ada ribuan dewa mengenakkan anting dan gelang, panji lima ilmu. Awan mega menyelimuti sepanjang ribuan mil.

Lalu, saya membawa Yue Er melihat Lei Yin Bao Tian. Pagoda dan panji melambai-lambai. Kanopi pusaka melayang-layang. Bunyi geledek menyuruh kembali ke jalan sejati, membuka lebar pintu kemudahan. Pratima emas sang Bhagawan, wajah giok Arahat, pembabaran ilmu mulia tiada bertepi, bermandikan budi tangit tiada batas.

Lalu, saya membawa Yue Er melihat "Loteng Giok 9 tingkat". Disini bersih dan transparan. Di sekeliling, mengalir 3 alam. Ada berbagai jenis penjelmaan yang memikat. Kita pergi melihat dewi empat penjuru, delapan penjuru, 20 surga. Para dewi disana semuanya cantik tak tersirat dengan kata-kata.

Yue Er sangat terperanjat. Ia melihat semuanya sampai puas.
Beberapa hari kemudian, Yue Er datang mengunjungi saya.

"Saya merasa menyesal. Tidak ada muka untuk bertemu dengan mu."
"Jangan begitu."

"Ternyata surga itu ada. Sekarang, bagaimana saya harus meminta maaf?"
Saya senang ia berkata demikian. Saya berkata, "Melatih batin seperti saya."

"Saya mengangkat guru kepada mu," Yue Er bersujud di hadapan saya.
Yue Er menanyakan hal yang belum dimengerti nya, "Saya seorang manusia yang tidak berpahala naik ke surga. Tapi, mengapa mendadak saya bisa berubah wujud dan naik ke surga? Siapa itu penguasa bintang rsi? Siapa Marici?"

"Dewa Marici adalah nama sesosok Bodhisattva. Beliau muncul dalam wujud dewi, berlari di depan matahari, memiliki kesaktian yang dahsyat dan leluasa, memiliki ilmu menghilangkan wujud yang paling canggih sehingga beliau jarang sekali bisa ditemukan. Dewa Marici Bodhisattva menguasai seluruh dewa dan arwah bintang rsi sehingga ia dijuluki Penguasa Bintang Rsi Hua Man. Kau bisa berubah wujud menjadi Marici karena yidam (makhluk suci yang paling berjodoh dengan) mu adalah Marici.

"Bila kau menyingkirkan semua karma buruk masa lalu mu, maka kau bisa berubah menjadi Marici."
"Saya harus berlatih metode apa?"

"Saya akan mengajarkan mu Sutra Dewa Marici Bodhisattva Dharani dan Sutra Hua Man. Saya akan mewariskan kepada mu metode pelafalan nya dan ilmu menghilangkan wujud nya."

Yue Er ternyata berlatih dengan sangat serius. Belakangan terbongkar rahasia Yue Er. Setelah ia lulus universitas, karena sangat cantik, ia dirayu seorang pria yang sangat kaya. Pria itu menghadiahkan nya rumah dan mobil, tidak menghendakinya bekerja. Dengan kata lain, ia menjadi wanita simpanan pria itu.
Setelah mulai bersadhana (melatih batin), Yue Er sadar bahwa hal itu tidak patut. Ia memutuskan ikatan duniawi tersebut.

Akhirnya, ia menjadi bhiksuni.


**sumber : buku Konsultan Dunia Roh-#?, kisah ke-23, Penerbit: Padmakumara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar