Jumat, 05 Februari 2010

Kelenteng Hantu

Banyak orang mengira bahwa kelenteng, vihara, cetya, dan rumah ibadah lainnya pastilah tempat berdiam para makhluk suci. Tapi, saya tidak berpikir demikian. Banyak rumah ibadah sekarang ini sebenarnya merupakan tempat hantu.


Banyak biksu dan pendeta Taois tidak dapat melihat dan mendengar hantu sehingga mereka mengira kalau patung di altar berbentuk Budha, maka pastilah Budha yang ada disana, bila patung nya berbentuk dewa, maka pastilah dewa yang ada disana. Mereka tidak menyangka bahwa rumah ibadah mereka telah berubah menjadi tempat hantu, bahwa sinar Budha sudah hilang dari rumah ibadah mereka. Hawa hantu lebih dingin dan kotor. Ada pula hantu yang cukup sakti karena pengaruh lokasi atau karena telah menghisap (makan) sesuatu yang berdarah sehingga mereka dapat merajai sebuah gunung atau menguasai sebuah kelenteng. Bila tingkah laku mereka lurus (benar), maka ini tidak masalah. Tetapi, bila mereka sesat dan membuat onar, sungguh merupakan dosa besar.


Di Taiwan, ada kisah "Perang Antara 5 Raja dan Hantu Bocah". Cerita ini merupakan hal yang benar benar terjadi. 5 jendral dari Kelenteng 5 Raja adalah dewa alam bardo. Di sisi Kelenteng Lima Raja, ada sebuah kuburan seorang bocah remaja. Kuburan ini Hong-Suinya sangat bagus yaitu berupa lubang lipan. Lubang lipan ini dapat menghasilkan seribu tangan dan seribu mata. Sebutir mutiara yang ada di dalam lubang dapat dijadikan senjata ampuh. Karenanya, roh remaja ini semakin hari semakin kuat dan sakti. Pada tubuhnya, tumbuh seribu tangan dan seribu mata. Ia pun menggenggam senjata ampuh. Ini membuat ke 5 jendral kaget sekali. Mereka mengerahkan pasukan untuk mengeroyok si bocah sakti ini.


Pertempuran berlangsung sangat seru. Ternyata roh bocah ini dapat menjelma menjadi berjuta-juta roh dan mampu mengimbangi ke 5 jendral. Akhirnya, bodhisattva Avalokitesvara muncul untuk mendamaikan konflik antara ke 5 Jendral dan si roh bocah sakti. Tanah yang ada di sisi Kelenteng 5 Raja diberikan kepada si hantu bocah. Si hantu bocah mengangkat diri nya sendiri menjadi Raja Wan San dan memimpin dunia hantu. Meskipun 5 Jendral dari Kelenteng 5 Raja memang perkasa, kesaktian Raja Wan San tidak kalah hebatnya. Asap dupa di Kelenteng Raja Wan San selalu mengepul tebal. Belahan roh Raja Wan San menyebar ke seluruh propinsi. Untuk meresmikan satu patung nya di rumah untuk disembahyangi saja, setiap bulan orang harus membayar uang sewa beberapa ribu dollar, aneh bukan?


Ada seorang peramal memberitahu saya bahwa di sebuah puncak gunung, ada sebuah kelenteng yang megah sekali dan konon amat manjur. Ia mendesak saya untuk berkunjung ke sana. Karena saya tertarik akan hal kelenteng, maka saya pergi. Kelenteng ini cukup besar dan berhadapan dengan sebuah ceruk yang sangat besar. Dari kejauhan, tampak Gunung Tatu dan Gunung Pakua dari Cang Hua. Panoramanya indah sekali. Di balik gunung, ada tanah kuburan. Dewa Utama kelenteng ini adalah Mahadewa Suen Thien dari kutub utara. Pada aula utama, ditempatkan patung Mahadewa Suen Thien. Di aula belakang, ditempatkan patung para Buddha. Di aula samping, ditempatkan patung Konghucu, Ksitigarbha, dan sebagainya. Umat yang datang bersembahyang sangat banyak. Saya mau tidak mau ikut berdesak-desakan dengan para umat yang datang. Di pekarangan tengah kelenteng, saya melihat sebuah sumur tua yang sudah kuno sekali. Di sisi, terukir kata "Sumur Emas". Saya menengok ke dalam sumur. Di dalam sumur ada air. Ketika sedang tidak menaruh perhatian, ternyata saya melihat bahwa di dalam air ada banyak sekali hantu yang sedang menari. Saya merasa heran. Di dalam kelenteng yang begitu besar, di dalam sumur, bisa bersembunyi banyak sekali makhluk halus yang menari-nari. Sungguh tak terbayangkan. Ketika saya sedang merenung, dari dalam sumur muncul segumpal hawa roh yang terasa dingin. Seorang wanita setengah baya yang amat cantik dan berbusana kuno berdiri di pinggir sumur, benar benar seperti manusia hidup. Orang lain tak dapat melihatnya. Ia memperhatikan saya.


"Ada urusan apa tuan kesini?"

"Untuk berdoa kepada Mahadewa."

"Tahukah anda siapa kami?" Mata wanita cantik itu terlihat jernih sekali meskipun amat menakutkan.

"Tidak. Siapakah ibu?"

"Penunggu kelenteng ini. Kami muncul berkat pengaruh kekuatan hawa tanah pada roh kami. Yang ada di patung Mahadewa adalah suami saya. Yang ada di patung Ksitigarbha adalah anak saya. Patung patung lainnya didiami oleh anggota keluarga ataupun teman akrab saya. Kami dengan senang hati menolong manusia dengan kemampuan kami. Harap jangan bingung dengan hal ini."

"Apakah ibu mengenal saya?"

"Ya. Tuan menulis buku rohani. Hal ini sudah tersebar kemana-mana baik di surga maupun di dunia hantu. Meskipun kami termasuk bodoh, kami menghargai kebajikan tuan. Buku rohani anda sungguh ajaib dan dapat menolong para dewa dan manusia. Bahwa anda akan datang kesini sudah dilaporkan terlebih dahulu oleh 2 hantu penjaga pintu. Rahasia kami ada di dalam sumur. Tempat ini adalah kuburan kami sekeluarga. Mahadewa Suen Thien pernah berkunjung ke sini sehingga diberi nama tempat Mahadewa."

"Kalau begitu, bagus sekali." Saya beranjali.

"Kami memang hantu namun kami juga ingin melatih diri menjadi dewa. Hawa hantu dingin sekali. Namun, bila berlatih, kami bisa naik tingkat menjadi dewa. Sang Mahadewa telah mengamati bahwa kami selama hidup berbaik hati dan belum pernah melakukan kesalahan besar. Maka, beliau telah menugaskan Wang Thien Cuen sebagai dewa pengawas kelenteng ini. Pada setiap tanggal 1 dan 15 (penanggalan lunar), ia turun ke sini untuk memeriksa kebajikan dan kesalahan kami sebagai bahan pertimbangan pengangkatan kami sebagai dewa di kemudian hari. Tuan boleh menuliskan hal ini di dalam buku namun hendaknya jangan membocorkan alamat lokasi agar kami terhindar dari gangguan orang bodoh.


Dewasa ini, dunia hantu juga mengenal latihan pembinaan rohani, sebaliknya manusia di dunia sering menganggap kepalsuan sebagai yang sejati. Sesungguhnya cukup banyak hantu yang telah naik tingkat menjadi dewa, bahkan banyak yang melebihi manusia!"


Mendengar hal ini, saya merasa sangat malu. Hantu pun mengetahui pentingnya pelatihan diri. Ini berarti hantu telah melebih manusia. Setelah member hormat kepada wanita cantik itu, saya mohon diri. Ketika keluar dari kelenteng, ada dua petugas hantu penjaga pintu mengantar saya.

Memandang kelenteng yang megah ini, saya menaruh prihatin! Saya telah melihat cukup banyak.


Sumber : ebook HUM5, artikel ke 23.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar